Prancis Investigasi Kekerasan Prajurit AL terhadap Demonstran
ANGKATAN Laut (AL) Prancis menyelidiki keterlibatan sejumlah prajurit yang bebas tugas dan menggunakan topeng memukuli demonstran. Di luar instruksi, mereka juga menangkap sejumlah pengunjuk rasa selama pekan lalu di Lorient.
Kota itu menjadi markas sekaligus pangkalan utama AL Prancis. Surat kabar lokal Le Telegramme menerbitkan foto-foto prajurit AL mengklaim sebagai kelompok antiperusuh.
Berbekal topeng dan penutup wajah lainnya, mereka memukuli dan menangkap sejumlah pengunjuk rasa pada Jumat (30/6). Surat kabar Ouest France juga menerbitkan hasil wawancara dengan seorang pria berusia 25 tahun yang mengaku anggota AL Prancis.
Baca juga: Macron Usulkan Sanksi bagi Orangtua Pelaku Kerusuhan
Dia bersama 30 rekannya dari AL Prancis mendukung polisi menghalau demonstran. Unit angkatan laut Forfusco yang berbasis di Lorient telah membuka penyelidikan atas kasus ini.
"Sampai hasilnya diketahui, tidak akan ada komentar lebih lanjut,” kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita AFP.
Wali kota Lorient Fabrice Loher mengatakan kepada AFP bahwa dia tidak dapat memastikan kasus ini secara rinci. Tetapi dia juga melihat orang-orang bertopeng selama kerusuhan terjadi.
Baca juga: Butuh Rp16 T untuk Perbaiki Dampak Kerusuhan Prancis
"Kami mengira mereka perusuh. Yang penting bagi saya adalah apa yang dikatakan Forfusco,” katanya.
Ia mengkhawatirkan dampak insiden tersebut terhadap reputasi kotanya. Jaksa Lorient Stephane Kellenberger mengatakan tidak ada penyelidikan yang dilakukan tanpa adanya keluhan dan bukti pelanggaran hukum.
Seorang petugas polisi yang tidak disebutkan namanya, dikutip Le Telegramme, mengatakan petugas awalnya membiarkan kelompok antiperusuh ikut campur karena membantu tugas kepolisian. Setelah beberapa hari, keterlibatan AL Prancis berlebihan.
Surat kabar itu mengutip seorang saksi yang mengatakan kelompok antiperusuh sebagai patriot. Forfusco terdiri dari penembak laut dan komando pasukan khusus, menurut situs web kementerian pertahanan Prancis.
Lebih dari 3.500 orang telah ditangkap di Prancis selama seminggu terakhir, dalam kekerasan terburuk di negara itu sejak 2005. Itu dipicu oleh penembakan fatal seorang remaja asal Afrika utara, Nahel, oleh polisi di Paris barat.
Kerusuhan menyebar ke lusinan daerah lain dan menimbulkan perdebatan sengit tentang rasisme, selain penanganan terhadap pengunjuk rasa yang berlebihan. (The Guardian/Z-1)
Terkini Lainnya
Belum Diakomodasi, Puluhan Emak-Emak di Depok kembali Gelar Aksi Tuntut Kepastian PPDB
Wartawan Bandung Unjuk Rasa di DPRD Jawa Barat, Tolak RUU Penyiaran
Wartawan di Bali Kompak Tolak Revisi UU Penyiaran
Tolak Revisi UU Penyiaran, Aliansi Jurnalis Gelar Aksi di Depan DPR RI
Gelar Aksi, HMI Subang Kritisi Kinerja Penjabat Bupati
Miliarder Tekan Pejabat AS Hentikan Demo pro Palestina
2 Kelompok Jemaat Gereja Tawuran di Cawang, Polisi Turun Tangan
Polresta Tangerang Buru Penyelenggara Konser Musik Yang Ricuh di Tangerang
Kerusuhan Kaledonia Baru: Macron Bergerak Setelah Kerusuhan Mematikan
Situasi di Haiti kian Kacau, Tiongkok Evakuasi 51 Warganya
2 Tewas dan 4 Luka akibat Kerusuhan Penjara di Ekuador
Dede Yusuf: Jangan Sampai Temuan TGIPF Hanya Berupa 'Paper Works' Saja
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap