visitaaponce.com

Korban Tewas Kebakaran Hutan di Hawaii Capai 89 orang

Korban Tewas Kebakaran Hutan di Hawaii Capai 89 orang
Puing-puing rumah warga yang terbakar dalam kebakaran hutan paling mematikan di Hawaii, Amerika Serikat.(AFP)

JUMLAH korban kebakaran dahsyat yang melanda sebuah kota di Hawaii terus bertambah, sedikitnya 89 orang tewas dalam kebakaran hutan paling mematikan di Amerika Serikat selama lebih dari 100 tahun.

Lebih dari 2.200 bangunan rusak atau hancur saat api melanda kawasan Lahaina. Kondisi itu, menimbulkan kerugian sebesar US$5,5 miliar dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Pihak Kepolisian Hawaii telah memulai penyelidikan terhadap penanganan kebakaran tersebut. Apalagi penduduk setempat mengatakan bahwa tidak ada peringatan sebelumnya. "Gunung di belakang kami terbakar dan tidak ada yang memberi tahu kami," kata Vilma Reed kepada AFP.

Baca juga : Collin Morikawa Donasi untuk Korban Kebakaran Hutan di Hawaii

"Anda tahu kapan kami tahu ada kebakaran? Saat itu di seberang jalan dari kami,” sebutnya.

Rumah Reed hancur akibat kobaran api dan kini dia bergantung pada uluran tangan dan kebaikan orang asing. "Ini adalah rumah saya sekarang," kata wanita berusia 63 tahun ini sambil menunjuk ke arah mobil yang ditempatinya bersama putri, cucu dan dua ekor kucingnya.

Baca juga : Penduduk Kembali Menemukan Rumah-rumah Hancur akibat Kebakaran di Hawaii

Kota Lahaina berpenduduk lebih dari 12.000 jiwa dan bekas rumah keluarga kerajaan Hawaii, kini telah menjadi reruntuhan. Begitu juga hotel dan restorannya yang ramai telah menjadi abu.

Sebuah pohon beringin yang menjadi pusat komunitas selama 150 tahun telah menjadi korban kebakaran. Namun masih berdiri tegak, dahan-dahannya gundul dan batangnya yang berjelaga berubah menjadi kerangka yang janggal.

Gubernur Hawaii Josh Green mengatakan kepada para wartawan pada Sabtu (12/8) bahwa jumlah korban tewas akan terus bertambah.

"Ada 89 korban jiwa yang telah terukur," katanya.

"Jumlah ini akan terus meningkat. Kami ingin mempersiapkan masyarakat untuk itu,” ujarnya.

Kelompok penelitian nirlaba National Fire Protection Association menyebut jumlah korban jiwa yang baru ini menjadikan kebakaran tersebut sebagai peristiwa kebakaran paling mematikan di Amerika Serikat sejak 1918, di mana 453 orang tewas di Minnesota dan Wisconsin.

 

Sedikit yang bisa diidentifikasi

Kepala Polisi Maui John Pelletier mengatakan bahwa hanya sebagian kecil dari zona bencana yang telah disisir dan hanya dua dari 89 korban yang telah diidentifikasi karena parahnya luka bakar yang mereka alami.

"Sisa-sisa yang kami temukan berasal dari api yang melelehkan logam," katanya.

"Kami harus melakukan tes DNA secara cepat untuk mengidentifikasi semuanya,” sebutnya.

"Ketika kami mengambil jenazah... mereka hancur berantakan,” tambahnya.

Anggota Kongres Hawaii, Jill Tokuda, mengatakan bahwa para pejabat terkejut dengan tragedi tersebut.

"Kami meremehkan tingkat mematikannya, cepatnya api," katanya.

Gubernur Green membela respon yang dilakukan dengan cepat, menurutnya, dalam situasi ini menjadi lebih rumit dengan adanya beberapa titik api dan kekuatan angin.

"Setelah melihat badai itu, kami ragu banyak yang bisa dilakukan dengan api yang bergerak cepat seperti itu," katanya.

Jaksa Agung Hawaii Anne Lopez mengatakan bahwa pihaknya akan memeriksa pengambilan keputusan penting dan kebijakan yang ada menjelang, selama, dan setelah kebakaran hutan di pulau Maui dan Hawaii minggu ini.

Pulau Maui mengalami banyak pemadaman listrik selama krisis, sehingga banyak penduduk yang tidak dapat menerima peringatan darurat di ponsel mereka.

Tidak ada sirene darurat yang dibunyikan, dan banyak penduduk Lahaina yang mengatakan bahwa mereka mengetahui adanya kebakaran karena para tetangga yang berlarian di jalan meneriaki orang-orang untuk pergi.

"Kita harus memastikan bahwa kita melakukan yang lebih baik," tambah Tokuda.

Kebakaran ini terjadi setelah peristiwa cuaca ekstrem lainnya di Amerika Utara pada musim panas ini. Kebakaran hutan yang memecahkan rekor masih terjadi di seluruh Kanada dan gelombang panas yang melanda bagian barat daya Amerika Serikat.

Eropa dan beberapa bagian Asia juga mengalami suhu yang melonjak, kebakaran besar dan banjir mendatangkan malapetaka. Para ilmuwan mengatakan bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh manusia memperburuk bahaya alam, membuatnya lebih mungkin terjadi dan lebih mematikan.

Bagi banyak orang yang melarikan diri dari kobaran api, penderitaan bertambah karena mereka tidak dapat kembali ke rumah mereka.

Kepolisian Maui mengatakan bahwa anggota masyarakat tidak akan diizinkan masuk ke Lahaina. Bahkan bagi mereka yang dapat membuktikan bahwa mereka pernah tinggal di sana.

"Jika rumah Anda atau bekas rumah Anda berada di daerah yang terkena dampak, Anda tidak akan diizinkan (masuk) sampai daerah yang terkena dampak dinyatakan aman," kata siaran pers.

"Siapa pun yang memasuki area bencana, akan dikenai tindak pidana ringan yang dapat dihukum hingga satu tahun penjara dan denda US$2.000,” tambah laporan itu.

Beberapa warga menunggu di pembatas jalan selama berjam-jam, berharap diizinkan masuk untuk menyisir abu atau mencari hewan peliharaan atau orang yang mereka cintai yang hilang. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat