visitaaponce.com

Netanyahu Semakin Tidak Dipercaya

Netanyahu Semakin Tidak Dipercaya
Warga Israel yang anggota keluarganya disandera kelompok Hamas melakukan unjuk rasa di Tel Aviv(AFP/AHMAD GHARABL)

MASYARAKAT Israel tidak mempercayai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka tidak ingin Netanyahu memimpin lagi dan meminta serta menekannya untuk mundur.

Masalah tawanan Israel yang saat ini ditahan Hamas di Jalur Gaza adalah masalah paling penting dan paling sensitif dalam masyarakat Israel. Tidak hanya keluarga para tawanan yang mengatakan bahwa Netanyahu dan kabinet perangnya tidak berbuat cukup. Seluruh masyarakat Israel yang melakukan demonstrasi, yang mencoba untuk meningkatkan tekanan terhadap Netanyahu dan pemerintahannya.

Keluarga para tawanan ini telah mengatakan selama hampir 50 hari bahwa pemerintah tidak berbuat banyak untuk membantu mereka. Bahkan pemerintahan Netanyahu tidak menyampaikan pesan apa pun kepada pihak keluarga.

Baca juga: Presiden Kuba Pimpin Unjuk Rasa Dukung Palestina

“Komunikasi sangat rendah ketika menyangkut masalah para tawanan di Jalur Gaza,” sebut laporan Al Jazeera, Jumat (24/11).

Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari mengatakan jeda kemanusiaan akan dimulai pada Jumat (24/11) pukul 07:00. Gelombang pertama sandera sipil akan diserahkan sekitar pukul 16:00, saat 13 sandera akan diserahkan.

“Tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel juga akan dibebaskan pada Jumat,” kata Al Ansari.

Baca juga: Bantai Rakyat Palestina Rugikan Israel Rp747 Triliun

Ia menambahkan bahwa daftar nama narapidana telah disetujui, tanpa menyebutkan berapa jumlahnya. Langit Gaza akan bersih dari drone selama jangka waktu tertentu untuk memungkinkan pembebasan sandera terjadi di lingkungan yang aman.

Sebanyak 50 sandera akan dibebaskan total dalam empat hari dengan imbalan penghentian pertempuran, dan pembebasan 150 warga Palestina yang saat ini ditahan di penjara-penjara Israel.

Peningkatan signifikan bantuan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza juga merupakan bagian dari perjanjian tersebut, karena lembaga-lembaga bantuan mengulangi peringatan akan kondisi kemanusiaan yang mengerikan di wilayah kantong tersebut. (Aljazeera/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat