visitaaponce.com

Banjir dan Tanah Longsor Menewaskan 47 Orang di Tanzania

Banjir dan Tanah Longsor Menewaskan 47 Orang di Tanzania
Banjir di Tanzania(Ilustrasi)

SEBANYAK 47 orang tewas dan 85 lainnya luka-luka akibat tanah longsor akibat banjir di Tanzania. Hujan deras pada Sabtu (2/12) melanda kota Katesh, sekitar 300 kilometer utara ibu kota Dodoma.

“Hingga [Minggu] malam ini, jumlah korban tewas mencapai 47 orang dan 85 orang terluka,” kata Komisaris Regional di wilayah Manyara di Tanzania utara, Ratu Sendiga.

Ia memperingatkan jumlah korban jiwa kemungkinan akan meningkat. Banyak jalan di kawasan itu yang tertutup lumpur, air, serta pohon dan batu yang tumbang.

Baca juga: Ada 18 Titik di Bali Berpotensi Banjir Bandang

Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan, di Dubai untuk menghadiri konferensi iklim COP28, memerintahkan pengerahan lebih banyak upaya pemerintah untuk menyelamatkan masyarakat.

“Kami sangat terkejut dengan kejadian ini,” katanya dalam pesan video yang diposting online oleh Kementerian Kesehatan Tanzania.

Baca juga: Tekan Potensi Banjir, Pemprov DKI Didorong Meruntinkan Program Pengerukan Kali

Setelah mengalami kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya, Afrika Timur selama berminggu-minggu dilanda hujan lebat dan banjir yang terkait dengan fenomena cuaca El Nino.

El Nino adalah pola cuaca alami yang berasal dari Samudera Pasifik dan mendorong peningkatan panas di seluruh dunia, menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah dan hujan lebat di wilayah lain.

Hujan lebat telah menyebabkan lebih dari satu juta orang di Somalia mengungsi dan menyebabkan ratusan orang tewas. Pada bulan Mei, hujan lebat menyebabkan banjir besar dan tanah longsor di Rwanda yang menewaskan sedikitnya 130 orang.

Tanduk Afrika adalah salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim, dengan kejadian cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi dan intens.

Sejak akhir 2020, Somalia serta sebagian Ethiopia dan Kenya mengalami kekeringan terburuk di kawasan ini dalam 40 tahun terakhir.

Pada 2019, sebanyak 265 orang meninggal dan puluhan ribu orang mengungsi selama dua bulan curah hujan yang tiada henti di beberapa negara di Afrika Timur.

Dampak El Nino, pola cuaca yang berkontribusi terhadap peningkatan suhu global, dapat diperburuk oleh perubahan iklim, kata para ilmuwan.

Sebagai tanggapannya, para pemimpin Afrika mendorong pajak global baru dan perubahan pada lembaga keuangan internasional untuk membantu mendanai aksi perubahan iklim.

Peluncuran dana kerugian dan kerusakan pada KTT COP28 di Dubai awal pekan ini dipuji sebagai sebuah peristiwa bersejarah. Karena itu akan menjadi saksi bagi para pencemar terbesar dalam sejarah untuk membayar kerugian yang diderita oleh negara-negara yang paling terkena dampak krisis iklim. sekaligus menjadi pihak yang paling tidak bertanggung jawab atas hal tersebut.

Namun rincian dana tersebut belum dijelaskan secara rinci, dan meskipun 118 negara telah berjanji untuk meningkatkan energi ramah lingkungan pada pertemuan puncak tersebut, dunia masih jauh dari target Perjanjian Paris yang membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Para ilmuwan memperkirakan dampak terburuk El Nino saat ini akan terasa pada akhir 2023 dan hingga tahun depan.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat