visitaaponce.com

Hamas dan Jihad Islam Tolak Usulan Mesir untuk Lepaskan Gaza

Hamas dan Jihad Islam Tolak Usulan Mesir untuk Lepaskan Gaza
Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina memberikan dukungan terhadap Gaza di New York, AS, 25 Desember 2023.(AFP/Charly Ttriballeau.)

HAMAS dan sekutunya, Jihad Islam, menolak usulan Mesir agar mereka melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza dengan imbalan gencatan senjata permanen. Kedua kelompoknya itu juga menginginkan sekitar 10 ribu warga Palestina dibebaskan dengan imbalan 100 tahanan Israel.

Dua pejabat dari Hamas dan kelompok Jihad Islam kemudian secara terpisah membantah yang dikatakan sumber tersebut tentang perundingan itu. Izzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas, menambahkan "Tidak akan ada negosiasi tanpa penghentian agresi sepenuhnya. Kepemimpinan Hamas berupaya sekuat tenaga mengakhiri agresi dan pembantaian rakyat kami sepenuhnya, bukan hanya sementara," katanya.

Itu mengacu pada lebih dari 20.670 warga Palestina yang tewas dalam perang 11 minggu dengan Israel. Berbicara tanpa mau disebutkan namanya, seorang pejabat senior Jihad Islam yang mengetahui perundingan di Kairo juga menggemakan bantahan al-Rishq.

Baca juga: Investigasi Bongkar Klaim Israel bahwa Rumah Sakit Gaza terkait Hamas

Sumber-sumber Mesir mengatakan bahwa Hamas dan Jihad Islam, yang mengadakan pembicaraan terpisah dengan mediator Mesir di Kairo, menolak menawarkan konsesi apa pun selain kemungkinan pembebasan lebih banyak sandera yang ditangkap pada 7 Oktober ketika militan masuk ke Israel selatan menewaskan 1.200 orang.

Sekitar 100 orang Israel masih menjadi tahanan Hamas dan Jihad Islam. Sementara 120 lain telah dibebaskan dalam pertukaran sandera dengan Israel beberapa pekan lalu.

Mesir mengusulkan visi dan bukan rencana konkret, juga didukung mediator Qatar, yang akan melibatkan gencatan senjata dengan imbalan pembebasan lebih banyak sandera. Kemudian ini mengarah pada kesepakatan lebih luas yang melibatkan gencatan senjata permanen serta perombakan kepemimpinan di Gaza.

Baca juga: Desa Kristen Tepi Barat Palestina Berdoa untuk Perdamaian Gaza

Mesir mengusulkan pemilu sambil memberikan jaminan kepada Hamas bahwa anggotanya tidak akan dikejar atau diadili. Namun, kelompok Islam tersebut menolak konsesi apa pun selain pembebasan sandera, kata sumber tersebut. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan di Gaza.

Seorang pejabat Hamas yang baru-baru ini mengunjungi Kairo sebelumnya menolak memberikan komentar langsung mengenai tawaran spesifik untuk gencatan senjata kemanusiaan sementara. Selain itu, ini mengindikasikan penolakan kelompok tersebut dengan mengulangi sikap resminya. "Kami juga mengatakan (kepada pejabat Mesir) bahwa bantuan untuk rakyat kami harus terus berjalan dan harus ditingkatkan serta harus menjangkau seluruh penduduk di utara dan selatan," kata pejabat itu.

Jihad Islam, yang juga menyandera tahanan di Gaza, mengutarakan pendiriannya. Delegasi Jihad Islam yang dipimpin Ziad al-Nakhala saat ini berada di Kairo untuk bertukar pikiran dengan para pejabat Mesir mengenai tawaran pertukaran tahanan dan masalah lain.

Namun seorang pejabat mengatakan kelompok tersebut mengakhiri serangan militer Israel sebagai prasyarat untuk negosiasi lebih lanjut. Jihad Islam menegaskan, kata pejabat itu, bahwa setiap pertukaran tahanan harus didasarkan pada prinsip semua untuk semua.

Artinya, pembebasan semua sandera yang ditahan di Gaza oleh Hamas dan Jihad Islam sebagai imbalan atas pembebasan semua warga Palestina yang dipenjara di Israel. Secara terpisah, pejabat Jihad Islam Ali Abu Shaheen kemudian mengatakan gerakan ini menegaskan kembali posisinya bahwa agresi terhadap rakyat Palestina harus diakhiri dan mereka tidak mendukung gencatan senjata sementara.

Abu Shaheen membenarkan bahwa para pejabat Mesir menyampaikan serangkaian gagasan tetapi tidak memberikan rincian apa pun. "Saudara-saudara Mesir mempresentasikan makalah, ide-ide, dan prinsip-prinsip umum untuk diskusi. Kami akan mempelajari ide-ide tersebut di tingkat kepemimpinan gerakan dan berkonsultasi dengan faksi-faksi Palestina lain untuk mencapai posisi bersatu," kata Abu Shaheen.

Sebelum perang, terdapat 5.250 warga Palestina di penjara-penjara Israel, tetapi jumlahnya kini meningkat menjadi sekitar 10 ribu karena Israel telah menangkap ribuan warga Palestina lain di Tepi Barat dan Gaza sejak 7 Oktober, menurut Asosiasi Tahanan Palestina. Hingga Senin (25/12), Gaza mengalami salah satu malam paling mematikan dalam perang yang telah berlangsung selama 11 minggu tersebut. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 70 orang tewas akibat serangan udara Israel di pusat Jalur Gaza yang kecil dan terkepung. (CNA/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat