visitaaponce.com

Pemanasan Global Jadi Tantangan Baru Pariwisata Dunia

Pemanasan Global Jadi Tantangan Baru Pariwisata Dunia
Wisatawan tengah bersantai di salah satu pantai di Maladewa, Selasa (26/12/2023).(AFP/AFRAH MOHAMED)

PERUBAHAN iklim dan pemanasan global yang mengancam ekosistem dan infrastruktur menjadi tantangan besar bagi berbagai destinasi pariwisata terkenal di dunia.

Seperti dilansir dari Antara, Rabu (28/2), Maladewa, yang harus mewaspadai kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, menghadapi risiko tenggelamnya 77 persen daratan mereka pada 2100, menurut Kementerian Pariwisata negara itu. Karibia, yang sangat bergantung pada pariwisata, mengalami pemutihan terumbu karang dan naiknya permukaan air laut.

Sementara di Eropa, Pegunungan Alpen menghadapi penurunan curah salju sehingga mempengaruhi pariwisata musim dingin. Venesia menghadapi tantangan iklim dengan kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem, yang mengancam situs bersejarah mereka.

Baca juga : September jadi Bulan Terpanas di Jepang

Sejumlah wilayah pesisir populer di Asia Selatan sedang bergulat dengan degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pariwisata berlebihan dan polusi. Thailand, Malaysia, dan Filipina telah menerapkan langkah-langkah untuk melestarikan ekosistem pesisir mereka.

Afrika juga menghadapi risiko kehilangan keanekaragaman hayati secara signifikan yang berdampak pada wisata safari. Menurut data Bank Dunia, benua ini bisa kehilangan 50 persen spesies burung dan mamalia serta 20 persen hingga 30 persen kehidupan di danau pada 2100.

Sektor penerbangan, yang penting bagi pariwisata, juga menghadapi tantangan akibat panas ekstrem. Beberapa perusahaan penerbangan AS harus mengurangi muatan penumpang dan bagasi atau menunda penerbangan saat cuaca menyentuh 46 derajat Celcius.

Baca juga : Ilmuwan Memprediksi Seberapa Ekstrem Badai dan Curah Hujan di Masa Depan

Perilaku wisatawan juga berubah akibat kenaikan suhu. Penelitian Komisi Eropa menunjukkan bahwa jika pemanasan global terus berlanjut, aktivitas wisata di Eropa mungkin akan bergeser dari selatan ke utara.

Hal ini bisa menyebabkan penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah selatan dan meningkatkan jumlah wisatawan ke wilayah utara. Menurut data Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia pada 2022, sektor pariwisata berkontribusi sebesar 7,6 persen atau 7,7 triliun dolar AS (sekitar Rp120,5 kuadriliun) terhadap perekonomian global.

Meski masih dalam masa pemulihan dari pandemi covid-19, industri ini kini harus menghadapi tantangan tambahan akibat dampak buruk perubahan iklim. Nilai sektor ini sebelum COVID-19 adalah 10 triliun dolar AS (sekitar Rp156,5 kuadriliun) atau sekitar 10,4 persen dari perekonomian global.

Baca juga : Panas Dimana-mana, Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca Sekarang Juga !

Hasil penelitian Universitas Cambridge menyoroti dampak negatif kenaikan permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan oksidasi laut terhadap infrastruktur pendukung pariwisata bahari.

Selain itu, terjadi kerusakan terumbu karang, kenaikan suhu, dan kebakaran hutan yang semakin mengancam destinasi wisata.

Sebuah penelitian pada 2023 oleh World Economic Forum (WEF) menekankan dampak negatif panas ekstrem terhadap wisatawan, seperti kebakaran hutan di Yunani, gelombang panas di Italia, dan pembatalan penerbangan di Amerika Serikat. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat