visitaaponce.com

Peringatan Hari Perempuan Dirayakan di Jalanan hingga Pengadilan

Warga di seluruh dunia memeringati Hari Perempuan Internasional pada Jumat (8/3) dengan beragam cara. Beberapa memperingatinya dengan mendesak undang-undang inovatif dan berpihak kepada kaum hawa, sementara di negara lainnya berupaya mereformasi aturan mengenai isu-isu utama, seperti hak aborsi, dan sebagainya.

Berikut adalah ringkasan dari beberapa aksi yang dilakukan di sejumlah negara untuk memeringati Hari Perempuan Internasional.

Afghanistan

Baca juga : Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Iran Mulai Mogok Makan

Sekelompok kecil perempuan melancarkan demonstrasi yang jarang terjadi, setelah tindakan keras yang dilakukan otoritas Taliban memaksa para aktivis turun ke jalan.

Sejumlah perempuan di beberapa provinsi berkumpul untuk menuntut agar pembatasan pekerjaan, perjalanan, dan pendidikan dicabut, kata aktivis dari kelompok Purple Saturdays.

Pakistan

Baca juga : Profil Narges Mohammadi, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dari Iran

Ratusan perempuan berunjuk rasa di kota-kota besar untuk menyoroti maraknya tindak pelecehan di jalanan, kerja paksa, dan kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen.

“Kami menghadapi segala macam kekerasan: kekerasan fisik, seksual, budaya di mana perempuan ditukar untuk menyelesaikan perselisihan, pernikahan anak, pemerkosaan, pelecehan di tempat kerja, dan di jalanan,” kata Farzana Bari, penyelenggara utama acara di Islamabad.

Irlandia

Baca juga : Aksi Hari Perempuan Internasional, Polisi Siagakan 2.600 Personel Amankan Demonstrasi

Para pemilih mengambil bagian dalam referendum ganda mengenai proposal untuk memodernisasi konstitusi mereka, yang dapat memperluas definisi keluarga dari yang didasarkan pada pernikahan menjadi "hubungan yang langgeng".

Usulan perubahan lainnya adalah menggantikan istilah kuno seputar “tugas rumah tangga” seorang ibu dengan klausul yang mengakui perawatan yang diberikan oleh anggota keluarga.

Italia

Baca juga : 8 Maret Hari Perempuan Internasional, Ini Sejarah, Fakta, Tema Tahun 2023

Ribuan orang melakukan unjuk rasa di Roma dan Milan menyerukan diakhirinya kekerasan terhadap perempuan menyusul sejumlah kasus penting dimana perempuan muda dibunuh oleh pacar mereka.

Sambil memegang spanduk, menari, dan meneriakkan slogan-slogan, setidaknya 10 ribu orang berkumpul di ibu kota Italia di Circo Massimo, sebuah arena balap zaman Romawi kuno

Spanyol

Baca juga : Korona Merebak, Warga dari 4 Negara Ini Dibatasi Masuk Indonesia

Puluhan ribu perempuan melakukan unjuk rasa di Barcelona, Madrid, dan kota-kota lain, banyak di antaranya mengenakan pakaian ungu, warna yang diasosiasikan dengan hak-hak perempuan.

Menurut perkiraan polisi, 40 ribu perempuan melakukan unjuk rasa di Barcelona saja, dan sekitar 30 ribu di jalan-jalan di Madrid pada Jumat malam.

Iran

Baca juga : 16 Negara Tertua di Dunia dan Sudah Ada Mulai dari 6000 SM

Penerima Hadiah Nobel Perdamaian yang dipenjara, Narges Mohammadi, menyerukan diakhirinya "apartheid gender", yang tidak hanya memperkuat diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan tetapi juga memperkuat otoritas rezim agama dan otoriter.

Dia mengecam rezim di Iran dan Afghanistan karena secara sistematis mengatur kondisi penindasan, dominasi, tirani (dan) diskriminasi terhadap perempuan.

Jepang

Baca juga : Jepang Tersungkur di Hadapan Iran

Enam pasangan memperingati Hari Perempuan Internasional dengan mengajukan tuntutan kepada pemerintah atas hak untuk menggunakan nama keluarga yang berbeda setelah menikah.

Berdasarkan undang-undang yang berlaku sejak abad ke-19, pasangan menikah harus memilih nama suami atau istri, dan sekitar 95% memilih nama laki-laki, menurut pengacara penggugat.

Inggris

Baca juga : Italia dan Spanyol Tolak Bersekutu dengan AS di Laut Merah

Para pengunjuk rasa di London berpakaian seperti karakter dari "The Handmaid's Tale", novel distopia karya Margaret Atwood tentang masa depan di mana perempuan direduksi menjadi barang bergerak. Mereka memegang plakat yang menyerukan hak-hak perempuan di Iran.

Demonstrasi terpisah di Lapangan Parlemen ibu kota menyoroti penderitaan perempuan di Afghanistan, dan menyerukan hak anak perempuan untuk bersekolah.

Prancis

Baca juga : Membela Perjuangan Palestina Prioritas Utama Iran sejak Revolusi 1979

Presiden Emmanuel Macron telah memasukkan hak aborsi ke dalam konstitusi Prancis, negara pertama yang melakukan tindakan tersebut. “Kami tidak akan berhenti sampai janji ini ditepati dimanapun di dunia,” katanya.

Ribuan orang, sebagian besar perempuan, melakukan demonstrasi di Paris dan beberapa kota di Prancis. Di Paris terjadi perselisihan antara aktivis pro-Palestina dan pro-Israel.

Sementara itu, mantan perdana menteri Elisabeth Borne mengecam "seksisme berbahaya" yang menurutnya merasuki politik Prancis dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Hari Perempuan Internasional.

“Laki-laki di dunia politik, mereka semua berkepentingan untuk menerapkan aturan-aturan maskulin, hal ini menghilangkan persaingan,” katanya kepada stasiun televisi Prancis RTL. (AFP/Cah/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat