visitaaponce.com

Abdel Fattah al-Sisi Janjikan Modernisasi dan Demokratisasi di Mesir

Abdel Fattah al-Sisi Janjikan Modernisasi dan Demokratisasi di Mesir
Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Mesir (kanan) bersama Kanselir Austria Karl Nehammer( Egyptian Presidency / AFP)
Abdel Fattah al-Sisi untuk kali ketiga dilantik sebagai Presiden Mesir pada Selasa (2/4). Pemimpin negara dengan jumlah penduduk terbesar di jazirah Arab ini berhasil mengamankan masa jabatannya hingga 2030.

Berkuasa selama satu dekade terakhir, mantan panglima militer berusia 69 tahun itu bersumpah untuk tetap setia pada negaranya. Dia berjuang melawan krisis ekonomi yang parah dengan bantuan miliaran dolar pinjaman dan investasi luar negeri.

Ia berjanji untuk mewujudkan aspirasi bangsa Mesir untuk membangun negara yang modern dan demokratis. Dia memenangkan pemilu pada bulan Desember dengan 89,6% suara melawan tiga orang yang tidak diketahui, setelah penantang oposisi dianulir atau dipenjara.

Masa jabatan enam tahun kali ini akan menjadi masa jabatan terakhirnya. Kecuali ia kembali melakukan amandemen konstitusi yang memperpanjang masa jabatannya.

Baca juga : IMF Setujui Dana Talangan US$820 Juta bagi Mesir

Dalam pidato pelantikannya di depan parlemen, Sisi mengatakan dia memperbarui sumpahnya untuk melanjutkan upaya membangun Mesir.

Sisi, eks menteri pertahanan Mesir naik ke tampuk kekuasaan setelah terjadi protes massal terhadap Presiden Mohammed Morsi yang digulingkan pada 2013. Dia terpilih sebagai presiden pada tahun berikutnya dan kemudian terpilih lagi pada 2018, keduanya dengan perolehan sekitar 97% suara.

Para pakar berspekulasi mengenai perombakan kabinet yang akan terjadi, namun pemerintah belum mengumumkannya. Pengambilan sumpah jabatannya juga menandai peresmian Ibu Kota Administratif Baru Mesir, yang terletak di gurun timur Kairo.

Baca juga : IMF Memberikan Bantuan US$820 Juta Guna Selamatkan Ekonomi Mesir

Megaproyek senilai US$58 miliar ini merupakan puncak pemerintahan Sisi, yang telah menggelontorkan miliaran dolar untuk infrastruktur Mesir namun dikritik karena belanja besar-besaran yang dipicu oleh utang.

Tagihan utang luar negeri Kairo meningkat lebih dari tiga kali lipat selama dekade terakhir hingga mencapai rekor US$165 miliar, menurut angka bank sentral. Sementara cadangan mata uang asing mencapai US$35 miliar.

Selama dua tahun terakhir, Mesir telah berjuang untuk menahan dampak krisis ekonomi. Itu menyebabkan mata uangnya kehilangan dua pertiga nilainya dan inflasi melonjak hingga mencapai rekor 40% pada tahun lalu.

Baca juga : Mesir Kantongi Tambahan Pinjaman IMF Seiring Anjloknya Pound

Namun, pada kuartal pertama 2024, Mesir mengalami aliran pinjaman dan kesepakatan investasi senilai lebih dari US$50 miliar , yang menurut Kairo akan mengurangi kekurangan mata uang asing dan merevitalisasi perekonomian.

Uni Emirat Arab pada bulan Februari mengumumkan kesepakatan pengembangan lahan senilai US$35 miliar untuk Ras al-Hikma Mesir, yang menurut Dana Moneter Internasional dapat membantu Mesir membangun kembali penyangga untuk menghadapi guncangan.

Banyak sekali perjanjian yang menyusul, termasuk dengan IMF yang menggandakan pinjaman sebesar US$3 miliar, dan Uni Eropa serta Bank Dunia yang menjanjikan pendanaan baru. (AFP/M-3).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat