visitaaponce.com

Sekjen PBB Peringatkan Bencana Kemanusiaan Besar jika Israel Invasi Rafah

Sekjen PBB Peringatkan Bencana Kemanusiaan Besar jika Israel Invasi Rafah
Seorang anak laki-laki duduk di tengah reruntuhan di lokasi sebuah bangunan yang terkena pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan.(AFP)

SEKJEN PBB Antonio Guterres memperingatkan bencana kemanusiaan yang luar biasa akan terjadi di Gaza jika Israel melancarkan operasi militer di sekitar kota Rafah. Operasi itu melumpuhkan kerja lembaga-lembaga bantuan di wilayah tersebut.

Awal pekan ini, pasukan darat Israel merebut wilayah timur kota tersebut, termasuk perbatasan Rafah di sisi Palestina yang melintasi antara Mesir dan Gaza. Namun mereka belum memasuki wilayah utama yang dibangun untuk pengungsi.

"Di perbatasan Rafah di Gaza, pasukan memusnahkan beberapa sel teror dalam pertempuran jarak dekat dan dengan serangan udara," kata militer.

Baca juga : Hamas Tegaskan Gencatan Senjata Gaza Kembali ke Titik Awal

Namun belum ada tanda-tanda serangan besar-besaran yang dijanjikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan setelah Presiden AS Joe Biden pada Rabu mengancam untuk menghentikan pengiriman senjata jika ia melanjutkan.

"Jika kita harus berdiri sendiri, kita akan berdiri sendiri," kata perdana menteri yang berhaluan keras itu dalam pernyataan pada Kamis malam. "Kami bertekad dan bersatu untuk mengalahkan musuh-musuh kami dan mereka yang ingin menghancurkan kami," sebutnya.

Netanyahu telah berulang kali mengatakan bahwa Israel tidak dapat mengalahkan Hamas dan menghilangkan kemungkinan kelompok militan tersebut mengulangi serangan berdarah pada 7 Oktober tanpa mengirimkan pasukan darat ke Rafah untuk mencari pejuang Hamas yang tersisa.

Baca juga : Keraguan dan Ketidakpastian Nasib Gencatan Senjata di Gaza

Namun Washington telah memperingatkan bahwa dampak reputasi buruk dialami Israel jika mereka menyerbu sebuah kota di mana sekitar 1,4 warga sipil berlindung, karena akan jauh lebih besar daripada keuntungan militer yang mungkin didapat.

Gedung Putih memperbarui penentangannya pada Jumat tetapi menyatakan belum ada operasi besar yang dilakukan terhadap kota tersebut. "Tentu saja kami memperhatikannya dengan penuh kekhawatiran, tetapi saya tidak akan mengatakan lebih jauh bahwa apa yang kami lihat di sini dalam 24 jam terakhir berkonotasi atau mengindikasikan operasi darat yang luas, besar (atau) besar," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.

Mengungsi lagi

Operasi militer Israel di sekitar Rafah telah menimbulkan dampak buruk terhadap warga sipil Gaza.

Baca juga : PBB Desak Penyelidikan Penembakan Massal oleh Israel di Gaza

Penyeberangan Rafah, yang ditutup oleh pasukan Israel pada Selasa, ialah satu-satunya yang biasanya digunakan untuk pengiriman bahan bakar dan PBB mengatakan bahwa habisnya persediaan bahan bakar di Gaza telah secara efektif menghentikan operasi badan bantuan.

Badan Kementerian Pertahanan Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina, COGAT, mengatakan pihaknya telah mengirimkan 200.000 liter (52.834 galon) bahan bakar ke Gaza menggunakan penyeberangan berbeda pada Jumat.

Jumlah tersebut, menurut PBB, diperlukan setiap hari untuk menjaga agar truk bantuan tetap bergerak dan generator rumah sakit tetap berfungsi.

Baca juga : Saudi Peringatkan Bencana Kemanusiaan jika Israel Deportasi Warga Rafah Palestina

"Lebih dari 100.000 orang, banyak di antara mereka yang mengungsi dari daerah lain di Gaza, telah meninggalkan Rafah minggu ini," kata Badan PBB.

Banyak dari mereka telah kembali ke kota Khan Yunis, tempat pertempuran sengit terjadi awal tahun ini, atau berkumpul di tempat perlindungan di sepanjang pantai di pusat kota Deir al-Balah.

Kembali ke titik awal

Tim perunding Israel dan Hamas meninggalkan Kairo pada Kamis setelah perundingan tidak langsung yang berlangsung selama dua hari mengenai syarat-syarat gencatan senjata di Gaza.

Hamas mengatakan bahwa penolakan Israel terhadap rencana gencatan senjata yang diajukan oleh mediator pada perundingan telah membuat perundingan kembali ke titik awal.

Para pejabat PBB dan Eropa mengutuk serangan terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA. Serangan itu memaksa mereka menutup sementara kantor pusatnya di Jerusalem timur yang dianeksasi Israel pada Kamis.

Ketua UNWRA Philippe Lazzarini mengatakan badan tersebut terpaksa bertindak setelah dua kali serangan pembakaran yang dilakukan oleh ekstremis Israel di sekeliling kompleks tersebut dan keselamatan staf dalam risiko serius.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pihaknya mengutuk keras serangan tersebut. "Tanggung jawab Israel untuk menjamin keselamatan pekerja kemanusiaan. UNRWA adalah penyelamat yang tak tergantikan bagi jutaan orang di Gaza dan wilayah tersebut," katanya pada X.

Pemungutan suara Palestina

Majelis Umum PBB memberikan suara terbanyak untuk mendukung upaya Palestina menjadi anggota penuh di badan dunia tersebut. Ini langkah simbolis setelah Amerika Serikat memveto langkah tersebut di Dewan Keamanan.

Resolusi tersebut menyatakan bahwa warga Palestina harus diterima di PBB dan memberi mereka hak tambahan sebagai pengamat mendapat 143 suara mendukung, 9 menolak, dan 25 abstain. Otoritas Palestina yang bermarkas di Tepi Barat mengatakan hasil pemungutan suara PBB menunjukkan Palestina pantas menjadi anggota penuh.

Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan pihaknya mengirimkan pesan kepada Hamas bahwa kekerasan akan membuahkan hasil. "Resolusi ini merupakan sinyal yang sangat jelas bagi Israel dan AS bahwa sudah waktunya untuk menganggap serius status negara Palestina," pungkasnya. (france24/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat