visitaaponce.com

800.000 Orang Meninggalkan Rafah Tanpa Pilihan

800.000 Orang Meninggalkan Rafah Tanpa Pilihan
Diperkirakan 800.000 orang meninggalkan Kota Rafah di perbatasan selatan Gaza sejak serangan darat Israel, menghadapi krisis air dan makanan(Al Jazeera)

DIPERKIRAKAN 800.000 orang telah meninggalkan Kota Rafah, di perbatasan selatan Gaza, sejak militer Israel melancarkan serangan darat dua pekan lalu. Mereka berupaya menghindari kematian dari serangan Israel, namun menghadapi krisis air dan makanan.

Ketua Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan warga sipil yang pernah mengungsi sebelumnya meninggalkan Rafah. Mereka menuju ke daerah tengah dan Khan Younis.

Lazzarini mengatakan orang-orang mengungsi ke tempat-tempat yang kekurangan air atau sanitasi yang memadai, termasuk Al Mawasi, sebuah kota pesisir, dan kota Deir al-Balah, yang penuh dengan pengungsi baru-baru ini.

Baca juga : UNRWA Kecewa dengan Negara-negara Donor

Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, telah menyatakan keberatannya terhadap perluasan operasi di Rafah, tempat 1,4 juta warga sipil Palestina berlindung sebelum operasi dimulai.

Bentrokan hebat dan pemboman dari darat dan udara mengguncang Rafah pada hari Sabtu, ketika Israel memperoleh wilayah dalam serangan terhadap militan Hamas.

Israel melakukan apa yang disebutnya operasi tepat terhadap teroris dan infrastruktur di Rafah dan Jabalia di Gaza utara melawan munculnya kembali militan Hamas di sana.

Baca juga : Gedung Putih Berupaya Mengeluarkan Dokter AS yang Terperangkap di Gaza

Pasukan dan tank Israel menyerbu ke Jabalia pada Sabtu (18/5), kamp pengungsi terbesar dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza di mana 15 warga Palestina tewas, dan puluhan lainnya terluka.

Menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas dan layanan darurat sipil di Gaza, tim menerima lusinan panggilan telepon tentang kemungkinan korban jiwa tetapi tidak dapat menjawab karena serangan darat dan pemboman udara Israel.

“IAF (angkatan udara Israel) terus beroperasi di Jalur Gaza dan menyerang lebih dari 70 sasaran teror selama beberapa hari terakhir, termasuk fasilitas penyimpanan senjata, situs infrastruktur militer yang menjadi ancaman bagi pasukan IDF (Pasukan Pertahanan Israel), dan militer," kata militer Zionis dalam sebuah pernyataan.

Baca juga : Teror Berlanjut di Rafah saat Warga Gaza Bersiap Hadapi Invasi Israel

Dalam apa yang media Israel katakan sebagai hasil intelijen yang diperoleh selama serangan terakhir, mereka mengumumkan penemuan jenazah seorang pria yang termasuk di antara sekitar 250 sandera yang disandera oleh militan Hamas dalam serangan tanggal 7 Oktober.

Pasukan Israel menyerang

Sayap bersenjata Hamas, bersama dengan Jihad Islam, dan Fatah mengatakan mereka menyerang pasukan Israel di Jabalia dan Rafah dengan roket anti-tank, mortir, dan alat peledak yang ditanam di beberapa jalan. Hasilnya menewaskan dan melukai banyak tentara Israel.

Militer Israel mengatakan 281 tentara tewas dalam pertempuran sejak serangan darat pertama di Gaza pada 20 Oktober. Badan-badan bantuan telah berulang kali memperingatkan akan meluasnya kelaparan dan kekurangan bahan bakar dan pasokan medis di wilayah kantong tersebut.

Baca juga : Bantuan Terhambat, Ancaman Kelaparan kian Akut

Makanan tiba di Gaza

Truk-truk mulai mengirimkan kiriman bantuan pada hari Jumat melalui dermaga sementara yang dibangun Amerika Serikat di pantai Jalur Gaza. PBB mengatakan kelaparan mengancam ratusan ribu orang di Gaza dan perang antara Israel dan Hamas mengancam menggagalkan operasi bantuan kemanusiaan.

Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan pada Sabtu (18/5) bahwa 10 truk berisi makanan tiba dari dermaga di gudangnya di Deir al-Balah. Makanan tersebut yakni biskuit berenergi tinggi, nasi, pasta, dan lentil yang akan didistribusikan ke mitra.

Pasokan akan menjalani pemeriksaan keamanan Israel di Siprus sebelum tiba di dermaga dan harus melalui pos pemeriksaan tambahan Israel begitu mereka mendarat, kata pejabat pemerintah Washington.

Namun, PBB mengatakan bahwa konvoi truk yang tiba melalui darat adalah metode yang paling layak, efektif dan efisien untuk mengirimkan bantuan ke Gaza. “Untuk mencegah kengerian kelaparan, kita harus menggunakan rute tercepat dan paling jelas untuk menjangkau masyarakat Gaza dan untuk itu, kita memerlukan akses melalui darat sekarang,” kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq.

Persimpangan Rafah yang merupakan koridor bantuan kemanusiaan utama di perbatasan Mesir telah ditutup sejak militer Israel melancarkan apa yang disebutnya operasi terbatas di kota Rafah pada 7 Mei.

PBB dan kelompok bantuan lainnya mengatakan bahwa Israel perlu berbuat lebih banyak untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, yang telah hancur akibat perang. (VoA/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat