Kasus Penyakit Autoimun Diprediksi Meningkat Pasca Covid-19, Perempuan Waspadalah
![Kasus Penyakit Autoimun Diprediksi Meningkat Pasca Covid-19, Perempuan Waspadalah!](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/23a8d67c485cfec40c41d3a8c2908b80.jpg)
KASUS penyakit autoimun mengalami peningkatan setelah pandemi covid-19. Hal ini diungkapkan oleh seorang dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi di RS Siloam Lippo Village Tangerang Steven Sumantri.
"Jumlah kasus penyakit autoimun di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, mengalami peningkatan dramatis, terutama setelah pandemi dan sering kali tidak terdeteksi dengan cepat," kata Steven Sumantri seperti dikutip melalui Antara, Kamis (9/5).
Bukan hanya itu, kasus autoimun saat ini dianggap sebagai pandemi yang 'bisu' karena banyak yang tidak disadari oleh masyarakat.
Baca juga : Pentingnya Taiwan Dalam Upaya Global Menghadapi Pandemi di Masa Depan
Steven menjelaskan bahwa penyakit autoimun dapat menyerang siapa pun tanpa memandang usia atau jenis kelamin, meskipun lebih sering terjadi pada perempuan usia produktif.
Penyakit autoimun seperti lupus, sindrom, artritis reumatoid, psoriasis, miastenia gravis, tiroiditis hashimoto, dan multipel sklerosis, merupakan kelompok penyakit kompleks di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit justru menyerang sel-sel sehat karena salah mengenali mereka sebagai ancaman.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab seseorang terkena penyakit autoimun, mulai dari faktor genetik dan lingkungan hingga gaya hidup masyarakat saat ini.
Baca juga : Inovasi Kepolisian atas Penanganan Pandemi Jadi Kunci Keberhasilan dari Operasi Aman Nusa II
Untuk pencegahan, dia menyarankan menerapkan gaya hidup sehat seperti berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, serta mengonsumsi makanan bergizi, buah, dan sayur.
"Sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika gejala berlanjut lebih dari 6 minggu," tambahnya.
Pengobatan untuk penyakit autoimun bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat dampak penyakitnya, mulai dari obat antiinflamasi, steroid, imunosupresan, hingga terapi biologis. (Ant/Z-10)
Terkini Lainnya
Komisi III DPR RI Setuju dengan Jokowi agar KPK Usut Bansos Covid-19
KPK Periksa Dua Saksi Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden
KPK Sebut Modus Korupsi Bansos Presiden dengan Mengurangi Kualitas
KPK Ungkap Kerugian Negara Rp125 Miliar dalam Kasus Bansos Presiden
Risiko Kredit Bermasalah Segmen UMKM Meningkat
Jemaah Haji Disarankan tidak Menyentuh Mata dan Hidung, Mengapa?
Lupus si Penyakit Seribu Wajah, Diderita oleh Selena Gomez dan Isyana Sarasvati
Halsey Ungkap Dirinya Idap Lupus dan Leukemia
Anda Berisiko Terkena Lupus? Pastikan Cukup Istirahat
Penderita Lupus Diminta tidak Konsumsi Suplemen Penguat Imun
Anak Perempuan Diingatkan Waspadai Lupus Sejak Dini
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap