visitaaponce.com

PSI LPJ APBD DKI 2019 Tidak Tuntas dan Kurang Mendalam

PSI : LPJ APBD DKI 2019 Tidak Tuntas dan Kurang Mendalam
Gedung Balaikota DKI Jakarta(Antara/Muhammad Adimaja)

ANGGOTA Komisi C DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI Anthony Winza Probowo menilai pembahasan pertanggungjawaban APBD 2019 Pemprov DKI Jakarta tidak mendalam dan kurang tuntas. Menurutnya, pembahasan pertanggungjawaban anggaran masih dirasa menggantung. Akibatnya, berbagai masalah sering terulang dari waktu ke waktu.

“Penjelasan Pemprov DKI mengenai realisasi belanja hanya secara global alias gelondongan dan diberikan 5 menit sebelum rapat dimulai. Padahal, sebenarnya ada hal-hal yang perlu dibahas secara lebih mendalam. Misalnya hambatan-hambatan dalam menjalankan anggaran, sehingga di APBD berikutnya bisa lebih optimal. Jangan sampai sudah dianggarkan tapi lagi-lagi penyerapan dan performanya tidak optimal,” tutur Anthony saat melakukan konferensi pers secara virtual, Rabu (2/9).

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi A Fraksi PSI August Hamonangan memberikan contoh di Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat). Di dalam rapat terungkap ada temuan BPK dalam pembelian robot pemadam dengan jumlah sekitar Rp1,4 miliar dan Rp840 juta. Akibatnya, Dinas Gulkarmat harus mengembalikan kelebihan tersebut kepada daerah.

“Temuan BPK ini baru disampaikan setelah kami tanya. Seharusnya temuan BPK seperti ini dipaparkan di awal, sehingga kita semua bisa mengetahui dan ambil sikap. Perlu diingat bahwa APBD disusun bersama-sama antara eksekutif dan DPRD. Dengan demikian, pihak eksekutif dan DPRD punya tanggung jawab yang sama untuk menjaga agar pelaksanaan anggaran bisa efisien dan efektif,” jelas August.

Contoh lain dikemukakan Wakil Ketua Komisi E dari Fraksi PSI Anggara Wicitra Sastroamidjojo yakni mengenai anggaran Formula E di Dinas Pemuda Olahraga. Pada APBD 2019, Pemprov DKI membayar uang commitment fee sebesar Rp360 miliar untuk pelaksanaan Formula E tahun 2020. Sementara itu, pada APBD 2020 juga telah dibayarkan commitment fee sebesar Rp 200 miliar untuk pelaksanaan Formula E tahun 2021.

Di sisi lain, pelaksanaan Formula E tahun ini yang sedianya dilakukan bulan Juni telah dibatalkan akibat pandemi covid-19. Sedangkan Formula E tahun 2021 belum ada kejelasan.

Baca juga : PKL yang Jualan di Trotoar akan Disertifikasi oleh Pemprov DKI

“Sampai sekarang belum jelas bagaimana nasib uang commitment fee yang sudah terlanjur dibayarkan sebesar Rp560 miliar. Kami tidak melihat adanya kemauan politik atau political will dari Pak Gubernur untuk mengembalikan uang ini, padahal sekarang sedang kondisi defisit anggaran,” ucap Anggara.

Contoh berikutnya adalah anggaran penanganan banjir. Di era Gubernur Anies Baswedan, pelaksanaan normalisasi sungai mandek. Sementara bencana banjir terus mengancam Ibukota.

“Kalau kami tanya, katanya ada masalah pembebasan lahan. Tapi sudah tiga tahun masalah ini selalu berulang, tidak ada perbaikan. Mungkin karena memang tidak ada kemauan untuk menangani banjir,” ujar Anggara.

Anthony menegaskan, pembahasan pertanggungjawaban APBD adalah kesempatan terakhir bagi DPRD untuk melakukan evaluasi kemampuan eksekutif melaksanakan anggaran. Dari situ, bisa dinilai dan diputuskan bagaimana alokasi anggaran di APBD berikutnya.

“Ini adalah proses yang sangat penting, jangan hanya jadi formalitas tahunan. Fraksi PSI tidak bisa dan tidak akan serta merta menyetujui pertanggungjawaban APBD begitu saja. Kita minta data dibuka dan dibahas secara mendalam,” pungkas Anthony. (OL-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat