visitaaponce.com

Sejumlah Pihak Diduga Manfaatkan Polemik Kasus Brigadir J

Sejumlah Pihak Diduga Manfaatkan Polemik Kasus Brigadir J
Pemakaman Brigadir J(Antara Foto/Wahdi Septiawan)

GELOMBANG pemberitaan terkait kasus kematian Brigadir J di rumah dinas Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Ferdy Sambo tidak terjadi secara alamiah. Diduga pelbagai informasi melalui media massa maupun media sosial dimainkan oleh berbagai kepentingan politik yang menyertainya. 

Hal itu dikatakan salah satu aktivis 98 Mahendra Uttunggadewa. Menurut dia, peristiwa terbunuhnya Brigadir J merupakan perkara pidana biasa. Namun belakangan menjadi 'panggung' bagi para free rider (penunggang bebas) dengan berbagai isu seksi dan mengundang daya polemik berkekuatan tinggi penuh kontroversi.

"Aroma politik tercium keras dari adanya upaya trial by press yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif mengingat kasus polisi tembak polisi yang terjadi bukanlah kali pertama," kata Mahendra dalam keterangannya, Selasa (2/8). 

Ia mencontohkan insiden polisi tembak polisi di Lombok Timur, NTB, pada Oktober 2021. Briptu HT, anggota Subbagian Humas Polres Lombok Timur tewas di sebuah perumahan seusai ditembak Bripka MN, anggota Polsek Wanasaba Lombok Timur.

"Tapi entah mengapa peristiwa ini gaungnya tidak semeriah kasus polisi tembak polisi yang terjadi di rumah Kadiv Propam Polri," katanya. 

Mahendra menilai kasus polisi tembak polisi kini digunakan oleh berbagai kalangan untuk melontarkan pandangan spekulatif untuk kepentingan sendiri. Setidaknya ada tiga pihak yang ikut menungggangi kasus ini. 

Pertama, sambung dia, adalah para kandidat capres. Alasannya, tidak semua kandidat capres bisa dan cocok memanfaatkan fenomena remaja penggemar Citayam Fashion Week (CFW) untuk mengerek popularitas pribadinya.

"Namun kandidat capres tersebut punya stempel untuk menjadikan kasus polisi tembak polisi jadi panggung pencitraan politiknya," urai Mahendra yang akrab disapa Dandhi ini. 

Pihak kedua yang ikut menggoreng kasus polisi tembak polisi ini adalah kelompok khilafah pengusung isu intoleransi. Targetnya adalah balas dendam karena banyak pimpinan mereka yang ditangkap. 

"Mereka ikut menggebuki Polri seperti yang biasa mereka lakukan ketika mengobrak-abrik pedagang kecil makanan dan minuman di saat bulan puasa." 

Sedangkan pihak ketiga adalah para pengacara yang ikut memanfaatkan kasus hukum ini dengan tampil probono membela kepentingan keluarga korban dengan berbagai argumen dan tuntutan hukum yang emosional dan serba pokrol bambu. 

"Kasus kematian Brigadir J dieksploitasi dan dijadikan momentum promosi gratis untuk mengiklankan kantor pengacara miliknya dengan memanfaatkan semua ruang media massa dan media sosial. Tak peduli apapun argumen hukumnya, yang penting bombastis dan kontroversial agar bisa jadi viral seperti virus yang dengan cepat menyebar hingga menciptakan pandemik sosial," tandasnya.

Penembakan itu terjadi di rumah dinas Kadiv Propam di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pukul 17.00 WIB, Jumat (8/7). Brigadir J yang merupakan sopir dinas istri Sambo ditembak Bharada E, pengawal dan pengamanan Sambo.

Kapolri kemudian membentuk tim khusus yang dipimpin Wakil Kapolri Komjen Gatot Eddy Pramono terkait peristiwa ini. Tim khusus turut melibatkan Kompolnas dan Komnas HAM. (J-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : MEGAPOLITAN

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat