visitaaponce.com

Pedagang Anggap Sepinya Pasar Tanah Abang Akibat Persaingan Tidak Sehat

Pedagang Anggap Sepinya Pasar Tanah Abang Akibat Persaingan Tidak Sehat
Kondisi terkini pedagang di Blok A Pasar Tanah Abang(MI / ADAM DWI)

EFREM, 38, hanya bisa menyaksikan saat melihat rekan-rekan sesama pedagang di Blok A  Pasar Tanah Abang mulai menutup toko akibat sepinya pembeli. Pengunjung pusat grosir tekstil terbesar di Indonesia itu mulai berkurang sekitar 3-4 bulan yang lalu.

"Mulai terasa sekali sih setelah Idhul Adha. Kalau pas Idul Fitri itu masih oke," kata Efrem kepada Media Indonesia, Sabtu (16/9).

Ia membantu istrinya berdagang tunik dan baju muslim di Blok A Tanah Abang. Sehari-hari, istrinya rela bolak balik dari tempat tinggalnya di BSD, Tangerang ke Tanah Abang demi melanjutkan usaha keluarga itu.

Baca juga: Satpol PP Jakpus Tertibkan PKM di Pasar Tanah Abang

Bahkan, menurut dia, usaha di Pasar Tanah Abang saat ini jauh lebih buruk daripada saat pandemi covid-19. Bahkan adik iparnya yang memiliki kios khusus untuk menjual secara grosiran di Pasar Metro Tanah Abang sudah menutup tokonya.

"Pandemi sepi. Tapi ini lebih sepi lagi," kata dia.

Baca juga: Ormas Tanah Abang Dukung Abraham Sridjaja Maju Pileg 2024

Hal ini suka tidak suka membuat omzet toko milik istrinya terjun bebas.

"Dulu bisa di atas 10 juta sehari. Sekarang turun jauh bahkan sampai di bawah 50%," imbuhnya.

Ia menduga sepinya Pasar Tanah Abang terjadi karena ulah para pemilik pabrik konveksi besar yang langsung terjun berjualan di aplikasi Tiktok.

"Persaingannya tidak sehat. Kalau yang punya pabrik besar langsung jualan kan otomatis matiin reseller dia juga. Matiin para pedagang kecil juga karena harga dia pasti lebih murah," ungkap Efrem.

Ia pun berharap ada harapan ketika DPR RI mulai mengkritisi hingga berencana melarang aplikasi Tiktok berjualan. Ia berharap anggota dewan bisa memberi perhatian serius terhadap masalah ini karena jika dibiarkan, UKM di Indonesia akan mati.

"Nggak hanya itu, dampaknya kan pasti ke pemerintah juga karena pajak dari kita berkurang. Kita kan bayar pajak. Pemerintah ada dapat untung dari penyewaan kios juga. Itu bisa hilang kalau toko lebih banyak yang tutup," kata dia.

Sepinya Pasar Tanah Abang pun diamini oleh Riah, 56, pembeli asal Depok, Jawa Barat. Ia sudah belasan tahun berbelanja di Tanah Abang secara grosir untuk dijual kembali secara keliling di beberapa RT di tempat tinggalnya. Menurut dia, pola pengunjung di Pasar Tanah Abang sesungguhnya sudah terbentuk.

"Akhir dan awal bulan ramai. Tengah bulan sampai tanggal tua itu sepi. Tapi kalau sekarang akhir dan awal bulan pun ramainya nggak seberapa dibanding dulu," jelasnya.

Ia menyayangkan sekarang banyak toko-toko yang tutup. Sebab, meskipun banyak persaingan usaha dari toko online, pelanggannya tidak berkurang. Masih banyak yang menghubunginya untuk memesan dibelikan baju di Tanah Abang dan nantinya dibayar secara kredit.

"Tapi sekarang justru susah cari baju yang dipesan karena banyak toko langganan sudah tutup. Atau saya harus jalan lebih jauh cari di blok-blok lain kalau di Blok A nggak ada. Karena saya lebih sering belanja di Blok A," ungkapnya. Riah pun berharap pemerintah bisa turun tangan untuk menangani permasalahan ini. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat