visitaaponce.com

Jelang Imlek, Vihara Tertua di Pulau Jawa, Dharma Sakti, Masih Sepi Pengunjung

Jelang Imlek, Vihara Tertua di Pulau Jawa, Dharma Sakti, Masih Sepi Pengunjung
Vihara Dharma Sakti, Jakarta.(Dok. MI/Ramdani)

HIASAN lampu lampion, dupa dan berbagai lilin ukuran mega berjajar di berbagai sudut Vihara Dharma Sakti yang berada di Jalan Kemanggisan Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat. Vihara tertua di pulau Jawa itu juga telah berbenah dan mempersiapkan berbagai macam pernak-pernik serta perlengkapan untuk perayaan tahun baru Imlek yang jatuh pada esok hari, Sabtu (9/2).

Pengurus Vihara, Luis Tan (24) mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan perayaan tahun Baru Imlek pada tahun lalu, jumlah pengunjung Vihara baik untuk beribadah atau sekadar berkunjung terbilang sepi tahun ini, disinyalir bahwa hal tersebut karena momen Imlek yang jatuh pada hari (long weekend) atau libur panjang.

“Tahun ini terasa perayaan tahun baru imlek terasa lebih sepi, jumlah umat yang hadir lebih sedikit karena kami melihatnya dari pesanan lilin yang ada juga tidak banyak. Penyebabnya mungkin karena perayaan Imlek ini berada di long weekend, sehingga mungkin umat lebih memilih untuk pergi ke luar kota, jadi ini mempengaruhi jumlah pengunjung,” ujar Luis saat ditemui Media Indonesia di kawasan Petak Lima, Glodok, Jakarta Barat pada Jumat (9/2).

Baca juga : Dua Lampion Raksasa Siap Meriahkan Imlek di Kelenteng Tri Dharma Hiang Thian Siang Tie, Kubu Raya Kalbar

Luis mengatakan bahwa menjelang Imlek tahun sebelumnya, umat Buddha dan Konghucu yang datang beribadah bisa mencapai 500 orang, sementara pada tahun ini hanya sekitar 100-200 orang.

“Bahkan tahun sebelum covid bisa mencapai ribuan umat dan pengunjung dari berbagai daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan lainnya. Sekarang jumlahnya berkurang, tapi umat yang ibadah masih didominasi oleh keluarga,” ujar pria berdarah Tionghoa itu.

Kendati demikian, pria yang telah mengurus Viharaa sejak satu dekade lalu itu menjelaskan, perayaan imlek tahun ini terasa lebih istimewa karena melambangkan shio naga. Dikatakan bahwa naga merupakan salah satu shio yang terbaik dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa.

Baca juga : Jelang Imlek, Kelenteng Purwokerto Bagikan 200 Paket Sembako ke Warga Tionghoa Pra Sejahtera

“Khusus di perayaan imlek, umat akan melaksanakan sembahyang shio. Menurut kepercayaan orang-orang Tionghoa, naga adalah shio yang paling tinggi kastanya karena dia hanya muncul selama 12 tahun sekali dan setiap kemunculannya itu pun berbeda-beda tergantung dengan kalender Chinese,” jelasnya.

Pada perayaan tahun baru imlek, Luis menjelaskan bahwa puncak ibadah umat Budha akan dilaksanakan pada malam imlek tepat pukul 12 malam. Khusus untuk Vihara Dharma Sakti, pengunjung akan datang dalam rangka menghargai para dewa yang diluhurkan.

“Ibadah akan dirayakan pada saat di malam Imlek, jadi khususnya umat Buddha akan datang pada jam 12.00 malam dan nanti ada perayaan petasan. Setiap Vihara memiliki sebuah dewa-dewa dari langit yang dituakan dan dihormati karena mereka telah ada di Wihara ini sejak lama,” tuturnya.

Baca juga : Menengok Kelenteng Tertua di Yogyakarta dan Persiapannya Menyambut Imlek

Setiap perayaan Imlek, Luis mengatakan bahwa pihaknya akan mempersiapkan berbagai alat dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk para umat beribadah, mulai dari persembahan hingga mempersolek dengan hiasan serba merah.

“ Biasanya seperti lilin dipercaya sebagai pelita kita selama tahun ini, lalu kami juga menyediakan dupa, persembahan berupa buah-buahan yang wajib ada seperti apel, jeruk dan nanas,” jelasnya.

Momen Berbenah Diri

Sebagai salah satu yang merayakan Imlek, Luis memaknai imlek sebagai momen untuk berbenah diri untuk menyambut tahun baru. Selain itu, perayaan imlek yang tepat pada momen politik, Luis juga menghimbau agar umat selalu damai dalam menghadapi pemilu 2024.

Baca juga : Jelang Imlek, Lilin-lilin Besar Hiasi Vihara di Kota Bandung

“Kami memang tidak ada deklarasi mendukung siapapun, terkait tahun politik sebaiknya umat Budha dan Konghucu yang merayakan imlek harus selalu damai dan mengikuti aturan yang ada,” jelasnya.

Kondisi di vihara yang telah menjadi cagar budaya tersebut, kata Luis, kemungkinan akan berubah lebih ramai pada Sabtu (9/2) atau Minggu (10/2).

Sementara itu, di lokasi, terdapat beberapa pengunjung yang melakukan ibadah di salah satu Dhammasala,yakni tempat kebaktian umat yang bisa dimasuki masyarakat umum. Sebagian membakar garu atau semacam lidi yang digunakan untuk ibadah. Kebanyakan dari mereka adalah kaum lansia.

Baca juga : Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto Siapkan 400 Lilin untuk Imlek 2575

Di luar Dhammasala, beberapa orang melakukan pemberian persembahan kepada leluhur berupa sejumlah makanan dan melakukan pembakaran kardus-kardus berisi baju, celana, uang dan beberapa barang lainnya.

Salah satunya adalah Brian (65), pria asal Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia mengatakan bahwa tradisi tersebut rutin dilakukannya setiap tahun untuk menghormati leluhur.

“Kami bisa datang ke Vihara sebelum perayaan Imlek, sebelum berkumpul dengan keluarga besar, saya kesini bersama keluarga saya percaya makanan, pakaian serta uang yang dipersembahkan dalam tradisi tersebut dapat menjadi bekal bagi para leluhur yang telah meninggal,” ujarnya.

Baca juga : Konflik Internal Klenteng Kwan Sing Bio Tuban Berakhir Damai

Sementara itu, Kepala Unit Polsek Taman Sari, Jakarta Barat, Soepomo mengungkapkan pengamanan jelang Imlek tahun ini terus dilakukan oleh pihak aparat gabungan sejak tiga hari sebelum perayaan imlek hingga perayaan hari imlek.

“Untuk saat ini, pengunjung yang datang memang agak lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu tapi kami dari pihak kepolisian dan TNI melaksanakan penjagaan dan monitoring terhadap pelayanan Imlek. Secara umum, kondisinya kondusif dan aman sehingga masyarakat bisa beribadah dengan tenang,” ujar Soepomo.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat