visitaaponce.com

Hutan Menyala Tahura DjuandaKala Rimba Bercerita

Hutan Menyala: Tahura Djuanda Kala Rimba Bercerita
Hutan Menyala Hutan Menyala: Tahura Djuanda adalah inovasi destinasi wisata di masa pandemi berupa wahana pengalaman audio visual.(Ist)

HUTAN Menyala Hutan Menyala: Tahura Djuanda adalah inovasi destinasi wisata di masa pandemi berupa wahana pengalaman audio visual di tengah hutan yang diorkestrasi oleh Sembilan Matahari (NM) dan The Lodge Maribaya, bekerja sama dengan Taman Hutan Raya Djuanda.

Melalui Hutan Menyala, NM yang selama ini dikenal melalui video mapping pada bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia ingin mengisyaratkan sebuah arah baru yang lebih sejalan dengan harapannya untuk lebih terlibat aktif dalam pelestarian lingkungan hidup, yang akan disisipkan dari sekarang hingga proyek lainnya di masa mendatang.

Kiprah ini merupakan cerminan dari pesan yang diusung oleh studio interdisipliner asal Bandung ini dalam rangka memasuki usianya yang ke-14, yaitu: Bright Society, Bright Environment, dan Bright Economy.

“Kita sudah terlalu lama memperlakukan alam dengan semena-mena. Kita terlanjur menganggap bahwa ia akan terus hadir dalam kehidupan, walau seburuk apapun kita perlakukan alam,” tutur Adi Panuntun.

“Hutan Menyala ingin mengajak pengunjung untuk mengkaji ulang hubungan antara manusia dengan alam, khususnya dengan hutan,” jelasnya.

Pendiri dan CEO Sembilan Matahari tersebut melanjutkan, “Dengan sentuhan teknologi serta cerita yang disampaikannya, Hutan Menyala menampilkan sebuah pertunjukan cahaya, komposisi suara, dan proyeksi digital dalam satu kesatuan ruang alami.

Tujuannya tidak lain adalah untuk memperkokoh peran Tahura Djuanda sebagai area konservasi, edukasi, dan rekreasi.”

Pesan yang digaungkan oleh NM sejalan dengan visi The Lodge Maribaya dalam mewujudkan destinasi alam yang terpercaya, dengan pelayanan dan pengalaman yang terbaik, dalam upaya menggugah rasa kepedulian pengunjung terhadap pentingnya pelestarian alam.

Menurut Heni Smith, CEO dari The Lodge Group, konservasi alam dapat dilakukan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya, salah satunya dengan meningkatkan awareness melalui digital art.

“Hutan yang biasanya hanya bisa dilihat di siang hari, ternyata bisa disulap menjadi cantik dan dinikmati di malam hari,” paparnya.

Wisata alam ini menawarkan terobosan baru di masa pandemi. Sebuah inovasi untuk menyiasati berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan sebuah event, yang industrinya demikian terdampak di masa sekarang.

“Kami ingin berbagi semangat dengan teman-teman yang lain. Bahwa dalam keterbatasan pun, kita tetap dapat menghasilkan sesuatu yang positif dan membangun, sekaligus menggiatkan lagi ekonomi dengan memberdayakan masyarakat sekitar,” lanjut Heni.

Hutan Menyala akan mentransformasi berbagai area dalam Tahura Djuanda menjadi sebuah petualangan fantasi yang istimewa.

Ia bercerita tentang Gunung Sunda, Pohon Beringin, menampilkan beragam karakter seperti keluarga Rusa, Kera Ekor Panjang, dan pasukan Kunang-Kunang serta Lebah Madu.

Ditampilkan dalam alur permainan audiovisual nan metaforik dan memesona, Hutan Menyala mengajak kita semua untuk mengkaji ulang prioritas kita di masa sekarang, dimana sudah semestinya kita perlu lebih peduli dan menyadari betapa pentingnya lingkungan hidup serta kesinambungannya.

Perpaduan antara alam, seni, dan teknologi ini bertujuan untuk mengundang kita agar lebih mencermati serta mempelajari kembali sikap kita terhadap lingkungan sekitar. Lebih khusus lagi, dalam kaitannya dengan peran penting Tahura Djuanda sebagai benteng ekosistem alami bagi Kota Bandung maupun Jawa Barat.

Peran ini menggarisbawahi ketergantungan kita terhadap Tahura Djuanda, sekaligus mengingatkan betapa pentingnya agar area konservasi ini tetap terjaga.

Kepala Taman Hutan Raya Djuanda, Lian Lubis, berpendapat,“Dalam beberapa tahun Tahura akan menjadi hutan tropis yang asyik bagi kegiatan masyarakat. Langkah-langkah konservasinya ditentukan sejak awal. Tentunya tidak sembarangan tanam pohon, agar tetap teratur.”

Beliau melanjutkan, “Pengelola Tahura juga memberi keterangan petunjuk jalan hingga spesies pohon. Dengan demikian jelajah Tahura Djuanda bukan hanya menikmati udara yang asri, tetapi juga wisata edukasi sejarah dan pengetahuan biologi.”

Detail Event Hutan Menyala: Tahura Djuanda dibuka untuk umum pada tanggal 9 Oktober 2021, mengacu pada regulasi dan protokol kesehatan dari pemerintah. Waktu operasional setiap hari Rabu sampai Minggu pukul 18.00 - 22.00 WIB.

Voucher kunjungan hanya dapat diperoleh secara online melalui: https://hutanmenyala.thelodgemaribaya.com.

Dengan lokasi di alam bebas dengan udara terbuka, Hutan Menyala tetap menjaga protokol kesehatan demi keamanan dan kenyamanan bersama, sesuai prosedur yang dianjurkan pemerintah.

Jumlah pengunjung per hari akan dikenakan kuota agar physical distancing tetap terlaksana. Pengecekan suhu badan, cuci tangan dan fasilitas sanitasi, serta penggunaan masker juga akan diberlakukan.

Setiap voucher akan berkontribusi terhadap penanaman bibit pohon yang akan disebar di seluruh Jawa Barat dengan bantuan dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.

Hutan Menyala: Tahura Djuanda didukung oleh Bank BJB, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, dan Satoe Komunika sebagai Event Organize. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat