visitaaponce.com

Pendakian Puncak Halau-halau Dibuka

Pendakian Puncak Halau-halau Dibuka
Pendaki dengan latar puncak gunung halau-halau(ANTARA FOTO/Bayu Pratama)

PENDAKIAN menuju puncak Gunung Halau-halau rute Desa Kiyu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, mulai dibuka untuk umum. Seolah bereuni, puluhan pendaki yang datang dari berbagai daerah kembali merasakan sensasi mendaki puncak tertinggi (1901 mdpl) di Provinsi Kalimantan Selatan.

Ada kegembiraan dan kerinduan yang dirasakan para pendaki, mengingat selama dua tahun pendakian Gunung Halau-halau ditutup untuk umum, karena pandemi covid-19. Pembukaan kembali pendakian ini juga memberikan sumber penghasilan tambahan bagi warga desa dari penjualan kerajinan, hasil bumi juga warung makan dan minum serta pendapatan bagi Pokdarwis setempat.

Pembukaan pendakian dan wisata Gunung Halau-halau ini diumumkan secara resmi Kepala Adat Desa Kiyu, Makurban, awal pekan kemarin.

"Pendakian dan wisata Gunung Halau-halau kembali kita buka, namun harus tetap mematuhi aturan adat dan protokol kesehatan," ujar Makurban.

Baca juga: Ekspedisi 1000 MDPL Tanam Kopi di Gunung Halau-halau

Gunung Halau-halau atau sering disebut Gunung Besar merupakan gunung yang dikeramatkan bagi warga suku dayak Meratus. Gunung yang merupakan bagian dari puncak Pegunungan (seven summits) Meratus membelah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Tanah Bumbu.

Selain Halau-halau, beberapa gunung yang juga cukup populer bagi kalangan pendaki adalah Gunung Hauk di Kabupaten Balangan, Gunung Periuk di Hantakan, Hulu Sungai Tengah serta Gunung Kahung dan Gunung Aur Bunak di Kabupaten Banjar. Meski memiliki ketinggian lebih rendah dibandingkan gunung-gunung di Pulau Jawa, namun track pendakian Pegunungan Meratus ini sangat sulit karena harus melewati belantara hutan hujan tropis,  sungai, lembah dan lereng yang terjal dan curam.

Terlebih saat musim penghujan, pendaki dihadapkan ancaman longsor dan meluapnya sungai membuat jalan terputus. Lembah dan jalur menanjak yang lembab menjadi habitat pacet. Pendakian ke gunung ini, dapat melalui dua jalur pendakian, yakni Desa Kiyu dan Desa Kadayang, Hulu Sungai Selatan. Pendakian ke Gunung Halau-halau ini umumnya memerlukan waktu hampir sepekan pergi pulang.

Puncak Tiranggang dan Desa Juhu

Beberapa waktu lalu Tim Ekspedisi Meratus 1000 mdpl beranggotakan kelompok jurnalis Pena Hijau Indonesia, Serikat Petani Indonesia, mahasiswa dan masyarakat lokal melakukan penanaman kopi jenis Arabika di kawasan Puncak Tiranggang. Kawasan perbukitan dengan ketinggian 830 mdpl yang merupakan jalur menuju puncak Halau-halau.

Oleh masyarakat adat dan Pokdarwis setempat kawasan yang sebelumnya hanya pos peristirahatan bagi pendaki ini, kini dijadikan obyek wisata baru dengan pemandangan indah layaknya Puncak Andong di Jawa Tengah. Puncak Tiranggang  merupakan titik persimpangan pendakian menuju puncak Gunung Halau-halau dan Desa Juhu, desa terpencil di kaki Pegunungan Meratus.

Puncak Tiranggang menyajikan pemandangan indah puncak Gunung Halau-halau dan deretan puncak gunung lainnya. Di sisi lain, akan terlihat pemandangan wajah kota kabupaten dengan kerlap kerlip lampu menawan pada malam hari.

Kepala Balai Adat Tiranggang, Dadat, berharap kawasan ini dapat menjadi obyek wisata agroforestry, menambah ekonomi masyarakat pegunungan dan sekaligus ikut melestarikan alam.

"Dulu kawasan meratus ini banyak ditebang oleh perusahaan kayu (HPH), selain adanya praktik penebangan liar. Kami ingin kawasan hutan disini yang sebagian adalah hutan adat kami, kembali pulih," tegasnya.

Bagi pecinta alam dan pendaki, nama Desa Juhu tidak asing. Desa yang berada di ketinggian 560 mdpl dan merupakan desa tertinggi di Kalsel ini berada satu jalur pendakian Gunung Halau-halau 1.901 mdpl. Perjalanan menuju desa ini jauh lebih berat dibandingkan mendaki ke puncak gunung. Karena itu tidak banyak orang yang berani datang ke Desa Juhu.

Desa Juhu berjarak 8-12 jam berjalan kaki bagi warga lokal dari Desa Kiyu yang merupakan desa terakhir yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Bagi masyarakat awam perjalanan untuk mencapai Desa Juhu membutuhkan waktu dua hari satu malam.(OL-5)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat