visitaaponce.com

Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul Sisakan Kesedihan bagi Masyarakat Mranggen

Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul Sisakan Kesedihan bagi Masyarakat Mranggen
Suasana haru di Desa Mranggen ketika menyambut kedatangan jenasah korban kecelakaan bus pariwisata yang mengalami kecelakaan di Bantul.(MI/Widjajadi)

KECELAKAAN maut saat bus pariwisata menabrak tebing Bukit Bego di Padukuhan Kedungbueng, Kalurahan Wukirsari, Kecanatan Kapenewon Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogjakarta, Minggu (6/2) siang, menorehkan duka mendalam bagi masyarakat Mranggen, Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Hal itu karena yang menjadi korban dalam kasus kecelakaan yang menewaskan 14 orang itu, sembilan di antaranya merupakan warga Desa Mranggen. 

Mereka yang tewas itu merupakan keluarga karyawan pabrik konveksi Adiva di Desa Mranggen yang sedang dalam perjalanan berwisata.

Baca juga: Waduh! 90 Persen Kecelakaan Bus dan Truk Terjadi di Jalan Menurun

Bahkan ada 4 korban yang merupakan satu keluarga terdiri dari seorang kakek, suami, istri, serta cucu. 

Suasana sedih, haru dan duka cita mendalam itu terlihat ketika empat peti jenazah sampai di rumah duka, Senin (7/2) dini hari.

Tangis sejumlah warga Dusun Kedungrejo Desa Mranggen, Polokarto, Sukoharjo mengiringi kedatangan empat peti jenasah dalam satu keluarga itu dan dua peti dari keluarga lain dalam satu dukuh.

Bahkan rasa pilu tidak terbendung saat empat peti jenazah terdiri satu keluarga terdiri dari suami istri, nenek dan seorang cucu diturunkan dari ambulans. 

Keempat korvan itu adalah Pasutri Sugiyono, 58, dan istrinya Parjiyem 55, serta nenek Pariyono Kasinem, 70, dan cucunya Rifan, 10.

Sedangkan dua peti lain yang datang bersamaan adalah tetangga dusun yakni Sri Wahyudi, 55, dan Alfiana, 13, yang juga cucu dari warga Dusun Kedunggandu Desa Mranggen.

Para warga yang berkumpul menyambut kedatangan enam jenasah, terutama kaum perempuan banyak yang menangis. Terlebih ketika semua jenasah diturunkan dari mobil ambulans.

Adegan memilukan ketika kedua orangtua almarhum Rifan meminta agar peti jenasah anaknya dibuka. Tetapi permintaan itu tidak dizinkan, sebagai upaya menghindari hal hal yang tidak dikehendaki.

Ayah-ibunda Rifan itu akhirnya hanya bisa menangisi anaknya sambil mengelus elus peti jenasah. Sejumlah tokoh masyarakat mencoba menenangkan mereka, agar semua jenasah yang datang hisa disalatkan secara bersama sama.

Kepala Desa Mranggen Darmadi mengatakan masyarakat di desanya berduka atas meninggalnya enam orang dalam dua keluarga itu.

"Sebenarnya masih ada tiga warga Mranggen lain yang ikut jadi korban, namun keluarganya meminta dimakamkan di desa kelahiran mereka di Wonogiri," kata dia.

Kecelakaan yang menewaskan belasan korban, yang merupakan keluarga besar karyawan pabrik konveksi Adiva, Polokarto itu terjadi pada Minggu (6/2) siang, ketika bus pariwisata yang mengantar mereka berwisata di kawasan Bantul, DI Yogjakarta menabrak tebing Bukit Bego.

Pada jalanan menurun, bus nahas itu mencoba menghindari sebuah sepeda motor. Namun, karena pengemudi kurang mengetahui medan, justru bus tidak bisa menghindari tebing, dan kemudian menabrak dengan keras.

Bus pun hancur dan membuat para penumpang tidak bisa menyelamatkan diri. Banyak dari mereka mengalami luka dan sebagian lainnya meninggal di lokasi kejadian.

Dari proses evakuasi, yang meninggal di lokasi 10 orang, dan kemudian bertambah empat orang dari yang dirawat di rumah sakit. 

Pengemudi bus, Veriyanto ikut tewas. Kasus laka maut bus menabrak tebing ini masih dalam pengusutan. (OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat