visitaaponce.com

Potret Suram Dunia Pendidikan Di NTT, Dari Kelas Darurat Hingga Ujian Di Hutan

Potret Suram Dunia Pendidikan Di NTT, Dari Kelas Darurat Hingga Ujian Di Hutan
Siswa SMPN Satap Wela Pandang di Desa Golo Linus, Elar Selatan, Manggarai Timur, NTT mengerjakan ujian online di hutan sebuah bukit.(MI/Gabriel Langga)

DUNIA pendidikan beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih memprihatinkan, tidak seindah dan sebaik dunia pendidikan di kota-kota besar. Di Pulau Flores misalnya. Di Kabupaten Manggarai Timur, masih ada sekolah yang menggunakan kelas darurat hingga harus menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) di hutan demi pendidikan bagi bagi siswa.

Seperti yang dirasakan para siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satap Wela Pandang di Desa Golo Linus, Kecamatan Elar Selatan, Manggarai Timur. Para siswa harus mengikuti kegiatan dalam ruangan kelas darurat beralasan tanah.

Kondisi ruangan pun sebenarnya tidak layak untuk melaksanakan KBM seperti kondisi bangunan yang terbuat dari kayu dan berdinding bambu serta berlantai tanah.

Disaat musim hujan, KBM tidak berjalan lantaran atap sengnya dipastikan bocor. Meski begitu para siswa tetap semangat mengikuti proses belajar yang diberikan oleh para guru.

Jhenobius, seorang guru SMPN Satap Wela Pandang, menuturkan SMPN Satap Wela Pandang didirikan pada 2019 dan belum memiliki gedung yang permanen. Sekolah ini, jelasnya, dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Lantai masih tanah sedangkan dinding dibuat dari belahan bambu dan beratapkan seng.

"Sekolah darurat ini usianya sudah tiga tahun. Selama ini proses belajar mengajar kita menggunakan bangunan darurat saja," ungkap Jhenobius, Sabtu (24/9).

Ia mengatakan, jika musim turun, kondisi sekolah makin memprihatinkan. Ruangan sekolah dipastikan digenangi air hujan dan lantai kelas berlumpur.

Selain kondisi bangunan yang memprihatinkan, sekolah ini juga minim fasilitas seperti alat-alat untuk praktik siswa. "Persoalan ini kita sudah disampaikan kepada pemerintah setempat. Tetapi, sampai saat ini belum ada jawaban kapan gedung permanen SMPN Satap Wela Pandang akan dibangun oleh pemerintah," papar dia.

Perjuangan guru dan siswa SMPN Satap Wela Pandang bertambah jika harus mennggunakan jaringan internet. Sepertio saat pelaksanaan Ujian Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) Manggarai Timur beberapa waktu lalu. Para siswa dan guru terpaksa melaksanakannya di hutan sebuah bukit untuk mendapatakan sinyal internet.

"Saat ujian ANBK, para siswa dan guru pasti menuju ke atas bukit Pingabali dengan membawa laptop dan telepon genggam sebagai hotspot. Mereka berjalan kaki sekitar enam kilometer.  Disana kita bangun tenda darurat untuk tempat siswa melaksanakan ujian," ungkapnya.

Kondisi serba sulit ini diakui seorang murid SMPN Satap Wela Pandang, Diana Klaudia Kalo membuat murid tidak nyaman saat proses belajar di sekolah. "Kami takut bangunan kelas roboh. Apalagi musim hujan disertai angin. Kami tidak nyaman betul di dalam kelas," kata Diana Kalo.

Ia mengaku iri dengan sekolah lain di Kabupaten Manggarai Timur yang sudah memiliki gedung sekolah yang baik. "Semoga pemerintah  bisa perhatikan sekolah kami ke depan. Kasian kami pak, setiap ikut les itu selalu dihantui rasa takut," pungkasnya. (OL-15)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat