visitaaponce.com

Tradisi Rabu Trewa di Larantuka, Pukul Tiang Listrik dan Seret Seng di Jalan

Tradisi Rabu Trewa di Larantuka, Pukul Tiang Listrik dan Seret Seng di Jalan
Sejumlah remaja memukul bunyi-bunyian, seperti seng, di depan Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana di Kota Larantuka, Flotim, NTT, Rabu (5/4).(Metro tv/ Fransiskus Gerardus Molo)

RATUSAN warga membeludak di jalan-jalan Kelurahan Lohayong hingga Kelurahan Pohon Siri, Kecamatan Larantuka, Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT) pada pukul 19.30 Wita. Mereka memukul tiang dan menyeret seng di sepanjang jalan kota tua itu. Derit seng yang menyentuh bibir aspal menimbulkan gesekan hingga menyebabkan bunyi-bunyian panjang dengan durasi selama 5 menit.

Aksi para remaja dimulai dari Kapela Tuan Ana (Putera Allah) menuju Kapela Tuan Ma (Bunda Allah). Tradisi bunyi-bunyi saat Rabu Trewa di Larantuka menandakan situasi berkabung dan duka memasuki Tri Hari Suci.

Rabu Trewa merupakan tradisi mengenang Yesus ditangkap, diarak, dan kemudian disalib.

Baca juga: Jelang Ritual Semana Santa, Ribuan Peziarah Tiba di Kota Larantuka

Ada pemandangan yang unik di sisi bahu kanan jalan. Beberapa peziarah dari luar daerah turut menonton tradisi Rabu Trewa, yang dimulai dengan bunyi-bunyian sebagai tanda memasuki Tri Hari Suci. Dua peziarah yang duduk di kursi roda ikut menyaksikan tradisi Rabu Trewa menjelang Tri Hari Suci Semana Santa di Larantuka pada malam hari.

Para peziarah yang menamakan diri komunitas Frans Tour itu berjumlah 23 orang.

“Sungguh mengagumkan, karena banyak hal baru yang kita tahu di Flores Timur, baik alamnya, budayanya, dan tradisi,” ujar Enjel Pratiwi, dari Komunitas Frans Tour Jakarta.

Baca juga: Polres Flotim Siapkan 187 Personel untuk Amankan Tradisi Semana Santa

Enjel Pratiwi mengatakan, tujuan kehadiran mereka di kota Larantuka guna mengikuti perayaan Semana Santa.

“Saat nonton Rabu Trewa, awalnya kaget karena gaduh. Kegaduhan ini memang seperti bentrok, tapi kita diberitahu bahwa itu memang suatu kebudayaan bukan karena ada bentroknya,” katanya.

Lebih jauh ia mengatakan, tim Frans Tour akan berada di Larantuka selama 5 hari. Setelah itu mereka akan ke Maumere dan ke Kelimutu, Ende.

Sementara itu, Maria Veronika Kusuma Jaya, perempuan paruh baya kelahiran 31 Juli 1960, yang duduk di kursi roda itu terlihat senang karena ikut ambil bagian menonton tradisi Rabu Trewa di kota Larantuka.

“Bangga, senang. Larantuka itu memang beda ya, tidak sama di Jawa dari soal tradisi,” ungkapnya senang.

Sementara itu, Siwi Dwi Niti Swati, peziarah yang datang dari Jakarta mengatakan, dirinya sudah lama mendengar soal Semana Santa.

Ia mengaku cukup terbantu dengan literatur soal Semana Santa dari kakak iparnya, yang kebetulan berasal dari Larantuka bermarga Diaz.

“Ini pertama kali saya datang ke Larantuka. Saya juga ingin tahu tentang Semana Santa, yang memiliki tradisi yang hebat sekali. Saya kan buat status, banyak yang komentar ‘wah di mana itu?’ Saya bilang di Larantuka. Mereka bilang ikut-ikut. Kelihatan tahun depan pasti mereka ikut,” pungkas Siwi Niti. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat