visitaaponce.com

KLB Rabies di NTT, Warga Diedukasi Lakukan Tata Laksana Gigitan Hewan Rabies

KLB Rabies di NTT, Warga Diedukasi Lakukan Tata Laksana Gigitan Hewan Rabies
Anjing milik warga di Kabupaten Sikka, NTT disuntik vaksinasi rabies.(MI/Gabriel)

PEMERHATI Rabies dari Rumah Sakit TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), dokter Asep Purnama, mengingatkan kepada korban gigitan anjing rabies di Timor Tengah Selatan segera melakukan tata laksana gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) .

Untuk mencegah kematian, luka bekas gigitan harus dicuci air mengalir dan sabun selama 10-15 menit, kemudian diberikan vaksin antirabies (VAR) dan serum antirabies (SAR) sesuai indikasi.

"Diberikan dari awal, saya jamin akan baik, kalau sudah terlambat, maka kita harus sampaikan baik-baik kepada korban maupun keluarganya karena ini sudah terlambat," kata dokter Asep, Rabu (14/6).

Baca juga: Satu Lagi Korban Meninggal Akibat Digigit Anjing Rabies di NTT

Untuk penularan rabies, dapat dicegah dengan vaksinasi pada hewan penular rabies terutama anjing. Syaratnya dengan cakupan lebih dari 70% dari populasi anjing untuk memunculkan kekebalan kelompok, seperti vaksinasi yang dilakukan pada penyakit polio, cacar, dan covid-19.

Terkait kasus gigitan anjing rabies yang mengakibatkan tiga orang meninggal di Timor Tengah Selatan, menurut dokter Asep, vaksin telat diberikan dan virus rabies telah sampai ke otak para korban.

Baca juga: Total Korban Gigitan karena Rabies di NTT Menjadi 251 Orang

"Kalau berhasil, puji Tuhan, alhamdulillah, kalau tidak berhasil, bukan karena vaksinnya tapi virusnya sudah terlalu cepat menuju ke otak dibandingkan sang antibodi menetralkan virus rabies," ujarnya.

"Jika sudah muncul gejala rabies, tidak gunanya divaksin, (korban) pasti tidak tertolong," tambah dokter Asep.

Kematian Tinggi

Menurut dokter Asep,, angka kematian korban gigitan HPR di dunia tergolong tinggi, yakni hampir 60.000 orang per tahun atau 10-15 orang meninggal per menit. Korban gigitan terbanyak anak-anak karena memiliki postur tubuh yang rendah sehingga anjing gampang menggigit di bagian kepala, wajah, dan leher.

Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dari 257 kasus gigitan, 124 korban adalah anak-anak, terdiri dari 44 balita dan 80 anak usia sekolah.

Dia menyebutkan, korban rabies yang sudah timbul gejala takut air dan takut angin, 100% tak dapat diselamatkan, tetapi 100% pula rabies bisa dicegah antara lain dengan vaksinasi anjing dan manusia.

Dokter Asep mengatakan, pencegahan rabies yang terbaik ialah menghindari anjing. Untuk itu, warga di kabupaten tersebut diingatkan menjadi pemilik anjing yang bertanggung jawab dengan cara mengikat dan mengandangkan anjing piaraan masing-masing.

Pasalnya, sewaktu-waktu anjing peliharaan bisa menyebabkan kematian. Karena seringkali pemilik anjing tidak tahu bahwa ada virus rabies pada anjingnya.

"Jangan sampai ada virus rabiesnya, pada masa inkubasi, sewaktu-waktu dia akan muncul gejalanya dan bisa membunuh kita," tutup dokter Asep.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat