visitaaponce.com

Tangani Stunting di Sumsel, 1.000 Bidan Diberi Edukasi

Tangani Stunting di Sumsel, 1.000 Bidan Diberi Edukasi
Sebanyak 1.000 bidan di Sumsel mendapat edukasi penanganan stunting di Palembang.(MI/Dwi Apriani )

SEBANYAK 1.000 bidan di Sumatra Selatan (Sumsel) mendapat edukasi terkait penanganan stunting lebih masif. Langkah ini dilakukan untuk  menurunkan angka stunting yang masih terjadi di Bumi Sriwijaya.

Diketahui, Sumsel berhasil menurunkan angka stunting tertinggi di Indonesia dari 24,8% pada 2021 menjadi 18,6% pada 2022 atau 6,2%. Langkah positif penanganan stunting ini diharapkan dapat terus
berlanjut sampai menyentuh 14% sesuai target nasional.

"Edukasi melibatkan 1.000 bidan penting dilakukan sebagai salah satu garda terdepan di negara ini untuk membantu dalam pelayanan para bumil dan anak, khususnya di desa-desa," kata Gubernur Sumsel Herman Deru, Selasa (27/6) malam.

Baca juga: Kemenkes Anggarkan Pemberian Protein Hewani untuk Turunkan Stunting

Guna merealisasikan angka itu, kata Herman, diperlukan upaya masif dan komprehensif melakukan beragam pendekatan. Salah satunya program bapak asuh anak stunting, timbang bayi serentak, serta fokus kepada edukasi calon ibu dan ibu muda.

"Stunting kita terbaik se-nasional, dan ini harus kita pertahankan sebagai sebuah prestasi yang didapatkan dengan cara kolaborasi," jelas Deru.

Baca juga: Masalah Stunting harus Dikeroyok

Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo membenarkan kerja kolaborasi bersama dengan daerah untuk menekan angka stunting. Tidak hanya sisi makanan yang diperhatikan, alokasi anggaran serta berbagai gerakan untuk masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan menjadi fokus untuk penanganan.

Ia menilai, daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi akan memiliki persentase angka stunting yang tinggi, dengan permasalahan ekonomi dan pendidikan yang buruk.

"Beberapa daerah tersebut di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Barat (Sulbar), dan Papua. Itu (daerah) yang presentase stuntingnya masih di atas 30%," ungkap Wardoyo.

Tak hanya pengaruh gizi, pihaknya juga mencatat penyebab stunting lainnya akibat pernikahan. Yakni menikah terlalu dini dan menikah terlalu tua atau di atas 30 tahun.

Pihaknya terus melakukan berbagai upaya dalam penurunan angka stunting, termasuk dengan melibatkan para pengusaha, peran swasta serta instansi-instansi di setiap daerah. "Sesuai instruksi presiden, kita libatkan semua pihak-pihak ke dalam program kita mulai dari pengusaha, swasta, TNI, Polri termasuk peran produsen obat seperti Dexa Medica," jelas dia.

Direktur Corporate Affairs Dexa Group Tarcisius Tanto Randy menegaskan akan mendukung berbagai program pemerintah, termasuk penanganan stunting. Salah satu yang dilakukan di Sumsel adalah kegiatan edukasi dan intervensi stunting terhadap 1.000 bidan aktif di wilayah tersebut.

"Kita juga berupaya mendorong penurunan stunting di Indonesia melalui produk Herba Asimor yang membantu memperlancar kualitas dan kuantitas ASI. Sehingga para ibu bisa memberikan ASI terbaik bagi sang bayi," pungkasnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat