visitaaponce.com

Pawai Pakaian Tradisional, Mahasiswa Asing di Universitas Syiah Kuala Ramaikan Festival Kuliner

Pawai Pakaian Tradisional, Mahasiswa Asing di Universitas Syiah Kuala Ramaikan Festival Kuliner
Mahasiswa asing di Universitas Syiah Kuala Aceh melakukan parade pakaian tradisional negara masing-masing(MI/AMIRUDDIN ABDULLAH)

RASA persaudaraan bangsa-bangsa di dunia sangat kental mewarnai Forum
Internasional Food Festival (IFF) di Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh. Mereka antusiasi mengenakan pakaian tradisional negara asalnya pada parade penutupan festival.

Para mahasiswa Aceh menyambut gelaran ini. Mereka sangat mengagumi kemauan mahasiswa asing dari Benua Amerika, Afrika, dan Asia, yang mengenakan pakaian khas tradisional negaranya masing-masing.

"Parade Internasional seperti ini harus terus ada. Karena bisa membuka
wawasan untuk tahu khazanah budaya bangsa lain," kata Alwin, warga.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kewirausahaan USK, Prof Mustanir mengatakan, tujuan pegelaran parade internasional ini untuk memperkenalkan keragaman budaya dunia kepada mahasiswa dan warga
pengunjung.  Saat ini ada banyak mahasiswa asing di USK. Kehadiran mereka begitu berharga untuk saling belajar dan mengenal budaya antar bangsa."

Ashyyev Toyly, mahasiswa USK asal Turkmenistan, mengaku senang ikut
terlibat dalam Parade Internasional ini. Dia tampak percaya diri
mengenakan busana turkmen telpek (topi) dan turkmen don (baju) khas
negaranya. Modelnya adalah baju terusan hitam berpadu luaran bendera
Turkmenistan.

"Senang bisa memperkenalkan budaya Turkmenistan di Indonesia, khususnya
Aceh. Parade Internasional ini menjadi pengalaman tak terlupakan selama
saya kuliah di USK," tutur Toyly.

Selain Parade Internasional ini, IFF 2023 juga menghadirkan beberapa
kegiatan lain, di antaranya demo masak masakan internasional, mini game, beauty talkshow, dan hiburan musik.

Sejarawan Muhammad Adli Abdullah, mengatakan, memperkenalkan beragam
pakaian adat, budaya dan makanan khas bangsa-bangsa di dunia merupakan upaya membuka wawasan masyarakat luas. Itu tak ubahnya membuka jendela dunia agar siapa saja memahami dan bengetahui berbagai warisan dunia yang perlu dilestarikan.

"Ini sangat positif. Semua kita bisa memahami dan menerima perbedaan antarsuku bangsa. Dengan demikian kita bisa saling mengakui dan menghormati keberagaman warna di dunia" tandas staf pengajar USK itu. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat