visitaaponce.com

Bencana Leuwigajah Bisa Terulang di Sarimukti

Bencana Leuwigajah Bisa Terulang di Sarimukti
Evakuasi korban longsoran sampah di TPA Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat, pada 22 Februari 2005.(Antara)

KEBAKARAN yang melanda Tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat berpotensi menimbulkan bencana yang jauh lebih buruk seperti yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah.

Hal itu disampaikan anggota Tim Masyarakat Peduli Sarimukti Tim Masyarakat Peduli TPA Sarimukti (TMP-TPAS), Wahyu Dharmawan. Ia merasa, jika peristiwa itu terjadi pada malam hari, berarti mesti dikesampingkan kebakaran karena dipicu faktor terik matahari.

"Pemberitaan menyebutkan dugaan sementara akibat puntung rokok, tapi sekali lagi rasanya tak banyak orang beraktivitas pada malam hari, apalagi ini di tengah tumpukan sampah. Tapi biarlah kepolisian atau penegak hukum yang melakukan penyidikan," kata Wahyu saat dihubungi, Kamis (24/8).

Baca juga : TPA Sarimukti Terbakar, Sampah Kembali Menggunung di Bandung Raya

Ia menduga, ada faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran, yaitu potensi adanya hidrokarbon dan gas metan di permukaan yang mudah terbakar. Akibatnya, ketika terjadi kebakaran api menjadi sulit dipadamkan.

"Sebelumnya kami sudah pernah mengingatkan potensi terjadinya kebakaran di TPA Sarimukti. Musibah ini terjadi karena akumulasi dari gas metan di permukaan dan banyaknya material yang berasal dari hidrokarbon atau plastik yang ada di sana," ujarnya.

Baca juga : Hari Peduli Sampah Nasional, Mengenang Tragedi TPA Leuwigajah

Wahyu mengungkapkan, karena akumulasi metan yang ada di permukaan sampah cukup banyak sehingga menjadi sumber api yang sulit dipadamkan.

"Tantangan terbesar kedalaman TPA Sarimukti sudah lebih dari 50 meter yang sampahnya sudah bertingkat. Terjadi akumulasi dari tumpukan sampah yang sudah menahun dimana adanya mikroorganisme yang menghasilkan metan," ungkapnya.

 

Perlakuan khusus

Untuk menanggulangi kebakaran, ia melanjutkan, perlu ada perlakuan khusus untuk mengisolasi agar metan keluar dengan menyalurkan melalui jalur-jalur pipa. Bisa jadi, metan yang terdapat di permukaan menipis, tapi yang paling mencemaskan adalah metan yang terjebak di bawah tumpukan sampah.

"Apabila ada jalur keluar bagi metan karena terpicu oleh sesuatu, boleh jadi berpotensi meledak. Mengingat kandungan kalorinya setahu saya sekitar 9.000, dan plastik 6.000 memudahkan meledak," jelas Wahyu.

Dengan demikian, peristiwa seperti yang terjadi pada TPA Leuwigajah sangat mungkin bisa terulang di Sarimukti. Untuk mencegah terulangnya kembali kebakaran di lokasi pembuangan sampah, Wahyu berharap sampah anorganik seperti plastik, besi, dan kaca dilarang dibuang ke TPA Sarimukti.

"Bila dimungkinkan atas kesepakatan bersama, daerah di Bandung Raya yang memanfaatkan TPA Sarimukti untuk tidak membuang sampah yang mengandung karbon dan mudah terbakar," tuturnya.

Dirinya pun curiga semua material sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti masuk kategori bahan beracun berbahaya (B3). Pasalnya, hasil uji laboratorium menunjukkan air lindi mengandung logam berat yang sudah melebihi ambang batas. Akibat kebakaran ini, boleh jadi banyak logam berat yang ikut terbakar.

"Itu artinya asapnya juga beracun. Maka tidak bisa tidak yang harus turun tangan adalah Pemprov Jawa Barat dengan kekuatan penuh, tidak hanya sebatas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar selaku pengelola. Begitupun BNPB segera turun karena ini sudah tanggap darurat karena kasus polusi akibat kebakaran ini," tandasnya. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat