visitaaponce.com

Seluas 36 Hektare Lahan Pertanian di Garut Gagal Panen, Petani Rugi Rp11,6 M

Seluas 36 Hektare Lahan Pertanian di Garut Gagal Panen, Petani Rugi Rp11,6 M
Ilustrasi tanaman padi yang gagal panen (puso) akibat kekeringan di musim kemarau.(Antara)

MUSIM kemarau panjang yang terjadi di setiap daerah banyak lahan pertanian di Priangan Timur termasuk Kabupaten Garut, Jawa Barat berdampak kekeringan dan menyebabkan 36 hektare lahan mengalami gagal panen (Puso). Kekeringan yang terjadi mengakibatkan petani mengalami kerugian mencapai Rp11,6 miliar.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga mengatakan, kekeringan panjang yang terjadi di wilayahnya banyak lahan terdampak hingga menyebabkan 36 hektare mengalami gagal panen (puso) tersebar di 42 kecamatan. Namun, musim kemarau panjang yang terjadi telah menyebabkan petani menelan kerugian mencapai Rp11,6 miliar karena gagal panen.

"Lahan pertanian yang mengalami kekeringan ringan di luas lahan 242 hektare, sedang 195 hektare dan berat 96 hektare yang tersebar di 42 kecamatan. Akan tetapi, untuk potensi besar kekeringan dari sektor pertanian berada di wilayah utara dan selatan yakni Kecamatan Malangbong, Limbangan, Selaawi, Peundeuy, Banjarwangi dan Singajaya," katanya, Jumat (22/9).

Baca juga: BMKG Prakirakan El Nino di NTT Bertahan Sampai Awal 2024

Beni mengatakan, lahan pertanian yang sudah terdampak kekeringan ringan, sedang, berat dan gagal panen memang sekarang ini sudah menyebar di 42 kecamatan dan upaya yang dilakukan hanya memanfaatkan lokasi sumber air untuk bisa dipompanisasi. Karena, hampir setiap tahun pada musim kemarau di daerah tersebut menjadi langganan kekeringan tetapi perlu adanya antisipasi agar setidaknya bisa mengurangi lahan yang terdampak.

"Untuk kerugian yang dialami para petani padi pada musim kemarau sekarang ini mencapai Rp11,6 miliar, tapi petani jagung masih kecil hanya di bawah seratus juta karena mereka sejak awal tidak memaksa menanam. Namun, memang di wilayah Kecamatan Malangbong, Limbangan, Selaawi, Peundeuy, Banjarwangi dan Singajaya sudah zonasi merah sehingga tidak ada sama sekali sumber air yang bisa dieksplorasi," ujarnya.

Baca juga: BMKG Yogyakarta Sebut 26 Kecamatan di DIY Berstatus Awas Kekeringan Meteorologis

Menurutnya, untuk lahan pertanian berada di Peundeuy memang untuk sekarang ini masih dilakukan pompanisasi dan kebetulan masih ada sumber air yang bisa dieksplor tapi yang paling berat berada di Desa Cigawir, Selaawi. Akan tetapi, untuk mengatasi situasi perlunya jaminan hidup (jadup) untuk petani maupun buruh tani agar mereka memiliki cadangan pangan yang berupaya bantuan sembako dan lainnya.

"Untuk lokasi zona merah harus melakukan pengeboran sumur dangkal terutamanya guna mencegah supaya tidak setiap tahun terjadi minimal bisa dikurangi. Namun, pengeboran harus dilakukan terlebih dahulu uji geolistrik karena tidak semua daerah di zona merah ada potensi sumber air untuk dibor dan lahan yang mengalami kekeringan berat harus melakukan pompanisasi agar tidak menjadi puso," paparnya.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat