visitaaponce.com

Mandiri Lewat Teh Daun Kelor

Mandiri Lewat Teh Daun Kelor
UKM Mawar berhasil mandiri melalui teh daun kelor. UKM ini merupakan salah satu binana Pertamina Patra Niaga.(MI/Palce Amalo)

KANTONG-KANTONG mungil berisi teh daun kelor (Moringa oleifera) tersusun hampir setengah dari luas kotak plastik. Dengan bantuan sendok, lima mahasiswi magang program kampus merdeka mengisi lagi serbuk daun kelor ke dalam kantong yang masih kosong, lalu menyusunnya ke dalam wadah itu sampai penuh.

Kantong direkatkan dengan mesin penyegel kemasan (continuous band sealer), mengemasnya ke dalam pembungkus berwarna cokelat yang sudah disiapkan. Tiap kemasan diisi 30 kantong celup selesai. Pada bagian luar kemasan tertera kalimat 'Binaan Pertamina Patra Niaga, Seduhan Teh Celup Kelor Queenjor'

Saban hari, kesibukan seperti itu terlihat di ruang produksi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Mawar di tengah perrmukiman penduduk Kelurahan Lasiana, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Berjarak 200 meter dari jalur padat Jalan Timor Raya, UMK Mawar mudah ditemukan dengan cepat.

Baca juga: Peta Jalan Energi Hijau Kilang Cilacap Menuju Target Nol Emisi 2060

Dengan modal terbatas, Welhelmus Mbulu, 59, bersama sang istri Welhelmina Manafe, 54, membangun usaha ini dengan modal seadanya sejak  2013. Mereka memproduksi dan menjual makanan berbahan dasar ikan, seperti abon, dendeng, kerupuk, dan stik. Ada juga produk keripik pisang aneka rasa.

Sampai pandemi covid-19 yang berimplikasi melemahnya dunia usaha, keduanya siasati dengan mengembangkan produk baru dari kelor tersebut. Gayung bersambut, tahun yang sama, pemerintah daerah gencar kampanye tanam dan konsumsi kelor. Setiap keluarga setidaknya menanam lima pohon kelor.

Baca juga: Bantu warga atasi kekeringan, PT ADS salurkan bantuan 200 ribu liter air bersih

Daun kelor kaya gizi jadi alasan kampanye ini. Kelor digunakan sebagai suplemen kesehatan alamiah, organik, berenergi, mendukung ketahanan tubuh dan makanan bagi anak-anak gizi kurang dan stunting. Bisnis hasil olahan kelor pun langsung naik daun karena paling banyak diburu masyarakat.

"Kami tidak hanya memproduksi teh daun kelor, ada juga serbuk kelor dan stik kelor," kata Welhelmina Manafe, akhir pekan lalu.

Dari produk kelor inilah usaha mereka mulai berkembang, dikenal luas, dan menjadi lokasi tujuan magang mahasiswa dari empat kampus yaitu Universitas Timor, Universitas Katolik Madya Mandira, Universitas Muhammadiyah, dan Politeknik.

Pesanan teh daun kelor datang dari mana-mana, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), cafe, rumah makan, kantor pemerintah, kantor perbankan, dan hotel berbintang. Tercatat, lima hotel berbintang di Kota Kupang menjadi pelanggan tetap teh daun kelor UKM Mawar.

Namun semua itu baru satu tahun belakangan. Tiga tahun lalu mereka dibuat repot lantaran proses produksi yang serba manual. Pengeringan daun kelor basah terlalu lama karena mengandalkan sinar matahari. Alhasil, pencacahan daun kering menjadi serbuk juga lama, perekatan kantong pun masih mengandalkan seterika listrik.  "Dari hotel pesan 5.000 kantong teh, kami hanya mampu penuhi setengahnya saja," kenang Welhelmus Mbulu.

Suatu hari di Oktober 2022, karyawan PT Pertamina  berkunjung ke sana. Dari kunjungan itu, UKM Mawar menerima bantuan program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina berupa mesin pengering kelor, mesin penyegel kemasan, mesin pres plastik, mesin pencacah (chopper), vakum, blender, mol mi, dan kompor 30 sumbu.

Setelah bantuan datang, proses produksi produk olahan kelor serba mudah dan cepat. Daun kelor basah yang dipetik dari kebun keluarga seluas 50x50 meter, dibersihkan untuk selanjutnya dikeringkan di dalam mesin selama dua hari di bawah suhu yang terjaga antara 30-40 derajat celcius.

Di dalam mesin ada beberapa lampu kekuatan cahaya masing-masing lima watt sehingga suhu tetap terjaga. "Jika suhu tiba-tiba naik lebih dari 40 derajat celcius, otomatis salah satu lampu akan mati sehingga suhu turun lagi," jelas Welhelmus Mbulu.

Sekarang daun kelor dikeluarkan dari mesin untuk dihaluskan dengan mesin pencacah. Chitye Rampang, mahasiswi magang dari Politeknik Kupang bersama teman-temannya  dan Welhelmina Manafe bersama empat pekerja di ruangan seluas 3x4,5 meter itu mulai bekerja, mengambil serbuk kelor dan mengisinya ke dalam kantong. "Kami mempelajari proses pembuatan teh daun kelor, nanti kami buka usaha sendiri lewat program wirausaha merdeka dari kampus," kata gadis berdarah Rote-Toraja ini.

Lain halnya bila daun kelor dikeringkan langsung di bawah sinar matahari, selain merusak kandungan gizi di dalamnya. Panas matahari yang sangat tinggi dan kadang turun drastis membuat proses pengeringan daun kelor lebih lama, sampai empat hari.

Produksi Meningkat

Bantuan mesin pengolah daun kelor dari PT Pertamina, membuat produksi teh daun kelor naik signifikan. Saat ini rata-rata produksi mencapai 7.000 saset per hari, bertahan sampai delapan bulan dalam kantong tanpa bahan pengawet. Begitu juga produksi tepung kelor naik sampai 100% atau sebesari 20 kilogram per bulan, jika dibandingkan sistem manual 10 kilogram per bulan.

Sama halnya stik kelor, dari produksi sebelumnyai 5 kilogram per bulan, naik jadi 10 kilogram per bulan. Lumayan, peningkatan produksi berimbas pada pendapatan.  "Pendapatan rata-rata saat ini Rp5 juta sampai Rp7 juta per bulan, kalau pendapatan saat masih sistem manual antara Rp2 juta sampai Rp5 juta per bulan," tutur Welhelmina Manafe.

Community Development Officer (CDO) PT Pertamina Patra Niaga, Fuel Terminal Tenau Kupang, Indah Haerunisa, mengungkapkan bantuan yang digelontorkan itu menyasar kelompok usaha kecil di sekitar perusahaan. "Kita ingin mensejahterakan kelompok-kelompok kecil ini, berinovasi lagi untuk meningkatkan ekonomi mereka dan menyebarkan pengetahuan yang mereka peroleh ke orang lain," kata Dia.

Tidak terhenti di situ saja. Usaha mereka juga terus dipantau dan dievaluasi. "Progresnya gimana, suplai ke mana saja, rencana produk apa yang bisa dikembangkan lagi, kita juga pernah buat pelatihan mengenai straregi pemasaran digital, inovasi kewirausahaan dan strategi branding ke mereka," kata Dia.

Sepertinya harapan Pertamina tidak meleset. Pasalnya, Welhelmus bersama sang istri sama-sama menjadi menjadi fasilitator bagi kelompok usaha yang baru dirintis di desa-desa sampai perkotaaan.

Terakhir pada Mei 2023, mereka memfasilitasi pengolahan produk hortikultura di Kabupaten Ende, termasuk para mahasiswa magang itu. Ini bukti yang tak bisa dimungkiri, UKM Mawar mandiri lewat teh daun kelor. (Z-3)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat