visitaaponce.com

Cerita Ribuan Lansia Produksi Tusuk Sate di Lampung Selatan

Cerita Ribuan Lansia Produksi Tusuk Sate di Lampung Selatan
Kini sudah ada 26 kelompok produksi tusuk sate dengan anggota ribuan lansia.(Dokpri.)

TIGA orang lansia tampak khidmat melakukan aktivitas menyulap bambu menjadi tusuk sate. Ketiganya duduk berbaris di balik meja kerja. Satu di antara para lansia itu terlihat bertugas membelah batang bambu yang sudah dipotong berukuran sekitar 30 cm. Sementara lansia lain tampak fokus menyerut belahan bambu menjadi tusuk sate.

Aktivitas tersebut rutin dilakukan kelompok lansia di Desa Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, yang merupakan binaan anggota Grup Mind Id, PT Aneka Tambang Tbk (PTBA) Unit Pelabuhan Tarahan. Ternyata kehadiran pohon bambu tersebut mampu menyerap emisi karbon dioksida (CO2) mencapai 3.509 ton COe per tahun. Menggandeng Paguyuban Krajan, produksi tusuk sate tersebut sudah dimulai sejak 2018. Selain digawangi lansia, produksi tusuk sate tersebut melibatkan kelompok rentan lain, seperti penyandang disabilitas, janda, dan rumah tangga miskin.

Kini sudah ada 26 kelompok produksi tusuk sate dengan anggota ribuan lansia. Melalui pemberdayaan tersebut, para anggota kelompok berhasil mendapatkan penghasilan Rp1,2 juta per bulan. Kepala Asosiasi Paguyuban Krajan, Samadi, 49, mengatakan pemberdayaan produksi tusuk sate tersebut membantu mengatasi masalah pengangguran di Desa Sidomulyo. "Produksi tusuk sate dapat mencapai lima kilogram per orang setiap hari dengan rata-rata harga Rp8 ribu per kg, sehingga anggota kelompok mendapat pendapatan Rp1,2 juta per bulan. Ini hanya pekerjaan paruh waktu dan bisa dikerjakan di waktu luang," kata Sumadi.

Baca juga: Kebakaran Lahan Gambut di Kecamatan Lewolema Meluas

Program pemberdayaan produksi tusuk sate diawali karena ada peluang sekaligus keresahan dalam mengatasi masalah perekonomian kelompok lansia di Desa Sidomulyo. Peluang terkait penjualan tusuk sate juga terbilang sangat menjanjikan. Soalnya, selama ini Indonesia masih ketergantungan pada tusuk sate impor. Alhasil, dengan dukungan penuh dari PTBA, produksi tusuk sate yang dilakukan kelompok lansia akhirnya bisa terus berkembang dan memberi nilai ekonomi bagi masyarakat.

"Sangat miris setiap bulan kita harus mengimpor empat kontainer yang masing-masing berisi 27 ton tusuk sate untuk kebutuhan Jakarta dan Surabaya. Untuk memenuhi target produksi dalam negeri, pada 2022 kita memberdayakan seribu warga lanjut usia. Jika setiap orang bisa memproduksi 5 kg tusuk sate, per hari menjadi 5 ton, berarti kebutuhan dalam negeri bisa tercukupi," katanya.

Baca juga: PLTSa Putri Cempo Akhirnya Resmi Beroperasi

"Kami menilai Bukit Asam Pelabuhan Tarahan sebagai orangtua yang telah mewujudkan impian kami dengan meningkatkan pendapatan kelompok rentan, menyiapkan bengkel mandiri dan pasar induk," tambahnya. Selain itu, kata dia, komunitas pelaku usaha tusuk sate menyisihkan pendapatannya dari hasil produksi tusuk sate untuk kegiatan amal. Per bulan, kelompok tersebut menyumbang Rp6 juta sampai Rp8 juta kepada TPQ Mutiara Ummat Insani yang membidani 37 siswa. Per tahun, tusuk sate yang diproduksi para lansia mencapai 168 ton per tahun.

Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan Mind Id atau Mining Industry Indonesia Heri Yusuf mengatakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PTBA melalui kelompok produksi tusuk sate menjadi bentuk komitmen grup dalam memberikan nilai lebih juga manfaat bagi masyarakat. Menurutnya, diperlukan sinergis antara berbagai pemangku kepentingan untuk mengakhiri masalah impor tusuk sate. "Dalam rangka mencapai target produksi tusuk sate domestik, PTBA bekerja sama dengan pemerintah, praktisi, dan masyarakat," ucapnya.

Pengembangan produk tusuk sate tersebut merupakan bagian dari Program Bamboo for Life Bukit Asam yang mulai digagas sejak 2014. Program ini semula dilakukan di daerah Pelabuhan Tarahan, kemudian berkembang dan diperluas ke berbagai daerah di sekitar wilayah operasional perusahaan. Ada sekitar 13.624 pohon bambu di atas lahan seluas 49 hektare yang ditanam PTBA secara kumulatif di beberapa daerah di Provinsi Lampung. Adapun sejumlah pohon bambu tersebut juga mampu menyerap emisi karbon dioksida (CO2) mencapai 3.509 ton COe per tahun. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat