visitaaponce.com

Tudang Sipulung, Petani CSA Pinrang Tentukan Jadwal Tanam Oktober-Maret

Tudang Sipulung, Petani CSA Pinrang Tentukan Jadwal Tanam Oktober-Maret 
Menghitung hasil produktivitas CSA setelah panen raya di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.(Ist)

PETANI berwawasan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang memadukan teknologi CSA dan kearifan lokal untuk menentukan jadwal tanam Oktober - Maret (Okmar) setelah hasil panen mencapai lebih 7 ton gabah kering panen (GKP) per hektare di Kecamatan Watang Sawitto, pekan lalu.

Penentuan jadwal tanam, salah satu komponen teknologi CSA, mengemuka pada Rapat Tudang Sipulung yang dihadiri Sekretaris Daerah Pemkab Pinrang, Andi Tjalo Kerrang dan Camat Watang Sawitto, Andi Sinapati Rudy serta dihadiri para ketua kelompok tani [Poktan] dan Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Watang Sawitto, H Kaharuddin.

Diketahui, Tudang Sipulung atau Empo Sipitangarri adalah tradisi masyarakat Bugis dan Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan, untuk duduk bersama membicarakan (berunding) untuk memecahkan suatu masalah melalui musyawarah.

Baca juga: Mentan Amran Ajak Para Senator DPD RI Kawal Produksi Pertanian Hingga Swasembada

Sekda Pinrang, Andi Tjalo Kerrang mengakui beberapa kali mengikuti panen raya di Kecamatan Watang Sawitto selalu memperlihatkan hasil menggembirakan, khususnya lahan yang menerapkan CSA, hasil panennya tergolong luar biasa berkat dukungan Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP).

Upaya petani CSA Pinrang sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak petani dan penyuluh di seluruh Indonesia meningkatkan produksi padi dan jagung guna mendukung pencapaian swasembada sehingga dapat menekan impor.

"Kami siapkan Alsintan dan pupuk. Kalau dulu harus ada Kartu Tani, baru dapat pupuk. Sekarang cukup KTP dapat pupuk, ini sedang kita proses harmonisasinya," katanya.

Baca juga: Hima IPB: Kami Dukung Kementan Optimalkan Lahan Rawa Jadi Lahan Produktif

Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDM) Kementan Dedi Nursyamsi bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa.

"Pemerintah akan terus mendukung seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian, terutama kegiatan olah tanah, olah tanam, hingga masa panen, harus tetap berlangsung di tengah kondisi seperti saat ini," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, manfaat teknologi CSA dari SIMURP untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global seperti fenomena El Nino, yang saat ini melanda Indonesia.

Camat Watang Sawitto, Andi Sinapati Rudy saat membuka Rapat Tudang Sipulung mengajak semua pihak terkait di wilayah kerjanya, untuk mensyukuri karunia panen raya meskipun terdampak musim kemarau ekstrim El Nino, petani masih bisa produksi di atas tujuh ton per hektar pada sejumlah kelurahan di Watang Sawitto.

Baca juga: Hemat Air Adaptif Iklim, Pertanian CSA Dukung Banyuasin Capai Swasembada Pangan

"Semua itu berkat petani komitmen mematuhi jadwal tanam setelah ditetapkan musim lalu. Diharapkan jadwal turun sawah Okmar 2023 dan 2024 yang telah kita sepakati dapat memadukan kearifan lokal dan teknologi CSA," katanya saat membuka rapat Tudang Sipulung.

Tampak hadir pada rapat Tudang Sipulung antara lain Kapolsek Watang Sawitto; Danramil 1404-04/Pinrang; Kabid Penyuluhan Distanhorti, para Kepala UPTD PSDA, Ketua KTNA Watang Sawitto; sejumlah petani beserta penyuluh.

Sekda Pinrang, Andi Tjalo Kerrang mengharapkan dukungan teknologi CSA dan komitmen petani serta penyuluh dalam penentuan jadwal tanam.

"Tentukan jadwal tepat ´turun sawah´ dan memperhatikan hama dan penyakit yang akan menyerang, curah hujan dan ketersediaan air, pupuk rekomendasi, varietas padi yang tepat untuk ditanam," katanya.

Penyusunan e-RDKK untuk pupuk subsidi 2024, katanya, telah dibuka, kiranya para petani melakukan pendaftaran ke kelompok masing-masing atau datang ke kantor BPP," kata Andi Tjalo Kerrang.

Dia mengakui, pupuk subsidi kerap bermasalah karena keterbatasan anggaran pemerintah pusat, maksimal hanya mampu memenuhi 45% dari total kebutuhan, sehingga petani harus memiliki alternatif menutupi kekurangannya, dengan memanfaatkan pupuk organik dan pestisida nabati. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat