visitaaponce.com

Taman Kehati AQUA Klaten Kerap Jadi Sarana Edukasi Pelajar dan Mahasiswa

Taman Kehati AQUA Klaten Kerap Jadi Sarana Edukasi Pelajar dan Mahasiswa  
Taman Keanekaragaman Hayati atau Taman Kehati Aqua Klaten kerap dimanfaatkan sebagai sarana edukasi.(Ist)

TAMAN Keanekaragaman Hayati atau Taman Kehati Aqua Klaten kerap dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi para pelajar dan mahasiswa.

Danone-Aqua Klaten terus berkomitmen untuk beroperasi secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, termasuk menjaga kelestarian lingkungan yang diwujudkan lewat Taman Kehati ini.
 
Rama Zakaria, Stakeholder Relations Manager Pabrik Danone AQUA Klaten mengatakan Taman Kehati Aqua Klaten merupakan kawasan pelestarian flora dan fauna hasil inisiasi PT. Tirta Investama Pabrik Klaten dengan luas sekitar 4,6 hektare.

Baca juga: Agroeduwisata Jadi Sarana Kenalkan Dunia Pertanian kepada Anak Sejak Usia Dini

“Semua orang bisa mengakses dengan izin ke Danone-AQUA Klaten. Nanti akan didampingi petugas kami," ujar Rama dalam keterangan pers, Selasa (5/12).
 
Pelestarian flora fauna di Taman Kehati Aqua Klaten salah satunya dengan terkoneksinya 130 jenis vegetasi yang diawasi secara berkelanjutan, dimana estimasi secara total memiliki serapan karbon sebesar 320,96 ton.

 “Terdapat lebih dari 200 spesies tanaman tumbuh subur di taman tersebut, sedangkan jumlah populasinya mencapai lebih dari 1.000 tanaman,” tukasnya.
 
Taman Kehati Klaten ini berfungsi sebagai living library, yaitu lokasi yang berfungsi sebagai ruang belajar dan perpustakaan hidup untuk penelitian, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Di taman ini juga terdapat 23 spesies anggrek, di antaranya Vanda Tricolor yang merupakan bunga eksotis Merapi.

"Anggrek tersebut juga nyaris punah karena erupsi. Ini anggrek endemik Merapi, nyaris punah dan berhasil ditemukan kembali. Kini kami ikut membantu menyelamatkan varian itu disini,” ucap Rama.

Baca juga: Lembang Wonderland, Tempat Wisata Ramah Keluarga di Bandung

Sejumlah tanaman keras dari Merapi mulai ditanam di Taman Kehati sekitar dua tahun lalu. Saat dibawa dari lereng Merapi, tinggi pohon baru sekitar 20 cm. Beberapa di antaranya adalah pohon nyamplung, saputangan, dan Afrika, selain tanaman herbal.
 
Taman Kehati dibagi dalam beberapa zona, yakni zona spesies bambu, anggrek, tanaman keras, dan tanaman herbal. Rama menjelaskan pengenalan keanekaragaman hayati sangat penting.

Salah satu tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran menjaga kehati, agar tidak terjadi biopiracy yakni kejahatan pencurian genetik hayati.

"Contohnya kalau ada warga negara asing datang, ijin ambil hayati, spesies tertentu diteliti, dikembangkan lalu diklaim dipatenkan milik mereka," kata Rama.
 
Tidak hanya sebagai perpustakaan hidup, Taman Kehati Klaten ini juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan di Sub-Daerah Aliran Sungai Pusur, anak sungai Bengawan Solo di Klaten, Jawa Tengah.

Hal itu terbukti  dengan melimpahnya air dari Sungai Pusur kepada para petani di Kabupaten Klaten. Untuk kawasan tengah berada di kecamatan Tulung dan Polanharjo, sedangkan untuk kawasan hilir di Kecamatan Delanggu dan Juwiring.

“Dengan adanya aliran air di sungai tersebut membuat para petani di daerah ini tidak pernah kekeringan,” tuturnya.
 
Berkat pengairan persawahan dari Sungai Pusur ini, para petani di Klaten juga berhasil memproduksi beras Rojolele Srinar Srinuk, yang berasal dari varian IP 400. Beras primadona dari Solo Raya ini pertama kali dikembangkan di Desa Delanggu, Kecamatan Polanharjo. (RO/S-4)
 
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat