visitaaponce.com

Erupsi Marapi Rusak Sejumlah Alat Pemantauan

Erupsi Marapi Rusak Sejumlah Alat Pemantauan
Anggota tim SAR Indonesia berkumpul untuk melakukan apel saat mereka mengakhiri operasi pencarian di Gunung Marapi.(AFP/Adi Prima.)

ERUPSI Gunung Marapi, Sumatra Barat, pada 3 Desember lalu merusak dua unit atau titik alat pemantauan gunung api Marapi. Kendati demikian, pemantauan dipastikan tidak terkendala, karena masih ada titik yang lain.

Kedua alat yang rusak ialah stasiun seismograf dan alat pemantauan deformasi. Keduanya terpasang di titik puncak, dekat kawah yang erupsi sekarang.

Kerusakan dua alat ini, menurut Kepala Pos Pemantauan Gunung Api (PGA) Marapi Teguh Purnomo, tidak menjadi kendala bagi pemantauan Gunung Marapi. Sebab, sambungnya, stasiun seismograf untuk pemantauan Gunung Marapi terpasang di delapan titik.

Baca juga: Operasi Pencarian Korban Gunung Marapi Dihentikan

"Dengan multistasiun, walau ada persoalan, masih ada tujuh lagi. Pemantauan tidak terpengaruh," ujar Teguh di Stasiun Pemantauan Gunungapi Marapi, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Kamis (7/12).

Ia menjelaskan tujuh titik alat seismograf lain tersebar di lereng Marapi seperti Batu Palano ada 2 stasiun, Sungai Jambu Pariangan 1 stasiun, Sungai Tarab 2 stasiun, arah ke Lintau 1 stasiun, dan kawasan Air Hangat 1 stasiun.

Baca juga: IDI Siagakan Tenaga Kesehatan untuk Penanganan Korban Bencana Erupsi Gunung Marapi

Di samping stasiun seismograf, pemantauan Marapi juga dilakukan metode deformasi serta melalui CCTV. Untuk deformasi, alat yang dipasang untuk mengetahui berkembang atau mengempisnya Gunung Marapi.

Ada dua stasiun yakni di Batu Palano dan Puncak. "Puncak rusak (titik sama dengan seismograf). Cuma tinggal Batu Palano. Jadi pemantauan tetap nyala," jelasnya.

Teguh juga memastikan, peralatan pemantauan menggunakan teknologi terbaru. Artinya, tak ada persoalan alat saat terjadi erupsi yang memakan korban jiwa sebanyak 23 orang.

Saat terjadi erupsi, ungkap Teguh, sebenarnya alat bekerja, tetapi tidak menunjukkan gejala signifikan. "Seluruh metode yang kita gunakan tidak menunjukkan gejala signifikan bahwa gunung ini akan meletus," bebernya.

Bahkan tak ada gempa tremor sebelum erupsi. "Tremor muncul setelah erupsi. Kecil dan menurun," ucapnya.

Menurutnya, PVMBG sebetulnya telah mengingatkan kewaspadaan terhadap keaktifan Gunung Marapi sejak 2011. "Rekomendasi yang diberikan sudah jelas seperti tak boleh mendekati radius 3 km dari kawah. Rekomendasi itu belum diubah, belum dicabut," terangnya.

Menyangkut alat, Teguh menyayangkan ada pencurian baterai stasiun seismograf, seperti kejadian di stasiun Pasir Laweh, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, sebanyak dua kali pada 2020 dan 2023. "Alat membutuhkan daya jelas mati. Namun kita tak membiarkan. Setiap rusak kita perbaiki. Setiap hilang, diganti," tandasnya. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat