visitaaponce.com

Gunakan Lampu, Petani Banyuwangi Panen Buah di Luar Musim

Gunakan Lampu, Petani Banyuwangi Panen Buah di Luar Musim
Edy Lusi dan Erick Thohir.(Dokpri.)

EDY Purwoko atau yang akrab disapa Edy Lusi ialah seorang petani buah naga yang berasal dari desa Tambakrejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Berkat pencapaian Edy di bidang pertanian, ia menerima Svarna Bhumi Award, penghargaan hasil kolaborasi Pupuk Indonesia dan Benih Baik yang dianugerahkan kepada sosok inspiratif pahlawan pangan nasional.

Penghargaan itu diserahkan langsung Menteri BUMN Erick Thohir, Jakarta, Senin (18/12. Erick mengucapkan terima kasih kepada para pemenang karena sudah menjadi pahlawan sesungguhnya bagi negeri. "Sudah saatnya pemerintah membuat kebijakan yang pro terhadap petani dan bersama seluruh pemangku kepentingan mewujudkan ekosistem yang transparan. Di 2045 Indonesia diprediksi mengalami masalah pada jumlah petani di Indonesia seperti yang dialami Jepang saat ini. Oleh karena itu, digitaliasasi distribusi pupuk penting untuk segera dilakukan. Saya yakin dengan kerja sama semua pihak kita bisa berhasil."

Sejumlah tokoh turut berpartisipasi menjadi juri pada Svarna Bhumi Award ini antara lain Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi, tokoh media & masyarakat Andy F. Noya, aktivis Tri Mumpuni & akademisi Rhenald Kasali. Penghargaan ini juga dianugerahkan kepada empat sosok inspiratif lainnya, antara lain Maria Loretha yang menggalakkan kembali budi daya sorgum yang telah lama mati di NTT dan Lasiyo Syaifuddin sebagai petani Bantul yang mengembangkan bisnis budi daya pisang untuk mendorong perekonomian di desanya. Selain itu, ada Sugeng Handoko yang menjadi penggerak potensi desa di Nglanggeran, Gunung Kidul, sampai menjadi desa wisata terkenal dan Surono Danu sebagai inovator varietas padi dari Cirebon yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian nasional.

Baca juga: Pemkab Klaten Berkomitmen Membangun Budaya Inovasi

Sempat menjadi TKI di Taiwan, pada 2010 Edy memilih pulang kampung untuk menikah dan mulai berbisnis. Karena kecintaannya pada buah naga, perlahan Edy mempelajari seluk beluknya secara menyeluruh. Pada 2013, Edy mengamati buah naga yang ditanam di bawah lampu penerangan jalan dapat berbuah di luar musim panen. Sejak itulah Edy berani mencoba menggunakan lampu pada tanaman buah naga. Sebagai permulaan, Edy mulai menanam buah naga dengan penerangan lampu di malam hari. Rupanya, uji coba itu berhasil dan tanaman buah naga berbuah di luar musim. 

Mulai 2015, Edy tak lagi menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar untuk menghasilkan listrik. Ia mulai menggunakan listrik dari PLN. Hasilnya, ongkos produksi jauh berkurang. Ide inovatif ini mampu meningkatkan produktivitas petani buah naga sampai dengan 200% menghasilkan omzet per bulan lebih dari Rp50 juta.

Edy pun menciptakan lampu LED khusus untuk pertanian buah naga, yaitu Panaba LED. Dengan menggunakan lampu khusus buah naga tersebut, selain watt kecil, juga bagus untuk penerangan perkebunan buah naga. Sejak itu, Edy mulai berbagi pengetahuan dengan petani-petani di desanya. Hingga desa Tambakrejo mendapat julukan sebagai desa buah naga. 

Baca juga: Hadapi Nataru Perbaikan Trans Kalimantan Ditargetkan Tuntas

Pada malam penghargaan Svarna Bhumi Award 2023, Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menjelaskan sesuai dengan tujuan perusahaan, penghargaan ini merupakan apresiasi kepada para sosok inspiratif yang mendukung perkembangan industri pertanian serta ketahanan pangan nasional Indonesia. "Sosok seperti mereka ini ialah motor penggerak industri pertanian sebenarnya dan apresiasi setinggi-tingginya kami berikan pada mereka, para pahlawan pangan Indonesia."

Berkat inovasi yang dilakukannya, Edy didapuk menjadi ketua Persatuan Buah Naga Banyuwangi (Panaba). Selain inovasi lampu yang ia ciptakan, salah satu yang menjadi kunci keberhasilan para petani buah naga merah di daerahnya ialah pupuk NPK Phonska Plus. Pupuk produksi Petrokimia Gresik tersebut dinilai paling cocok atau memiliki unsur kandungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman buah naga.

"Pada kesempatan ini saya ingin berterima kasih kepada keluarga saya, Pupuk Indonesia, dan petani di seluruh Banyuwangi yang tergabung pada organisasi Panaba. Teknologi lampu ini sekarang telah diadopsi oleh para petani di penjuru Indonesia karena teknologi ini memungkinkan petani buah naga untuk panen sepanjang tahun. Saat ini petani di Banyuwangi telah bisa memproduksi 100 ton buah naga per hari," tutup Edy. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat