visitaaponce.com

Bangun Kesadaran Bersama, Gerakan Mahasiswa Indonesia Bersatu Bagikan Catatan Kelam Perjalanan Bangsa

Bangun Kesadaran Bersama, Gerakan Mahasiswa Indonesia Bersatu Bagikan Catatan Kelam Perjalanan Bangsa
Gerakan Mahasiswa Indonesia bersatu membagikan catatan kelam perjalanan bangsa di Solo, Jawa Tengah(MI/Widjajadi)

GERAKAN Mahasiswa Indonesia Bersatu (MIB) menggelar aksi serentak di seluruh Indonesia pada Kamis (11/1), dengan mengangkat tema "Aksi Mahasiswa Berbagi". Mereka membagikan hasil kajiannya selama ini tentang catatan-catatan kelam perjalanan bangsa yang harus diwaspadai bersama.

Di Solo Raya, aksi serentak digelar di 13 kampus ternama. 13 kampus tersebut adalah Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Islam Batik (Uniba), Universitas Surakarta (Unsa), Universitas Tunas Pembangunan (UTP), Universitas Slamet Riyadi (Unisri), Universitas Setia Budi Surakarta (USBS), UIN RM Said, Universitas Pignatelli Triputra, Universitas Veteran (Univet) Sukoharjo, Institut Maba'ul Ulum Surakarta, Universitas Muhammadiyah Karanganyar, dan ISI Surakarta.

Di kampus UNS, para aktivis mahasiswa membagi-bagikan cetakan yang telah mereka bawa kepada sesama mahasiswa yang keluar masuk pintu gerbang kampus dan sebagian lainnya membagi-bagikannya kepada para pengguna jalan dan juga pedagang di sekitar area kampus.

Baca juga : Ganjar Pranowo Disambut Meriah oleh Mahasiswa saat Berikan Kuliah Umum di Unpas

"Kami menggelar 'Aksi Mahasiswa Berbagi', dengan membagikan hasil kajian kami terkait noktah hitam perjalanan bangsa, rekam jejak kekerasan di masa lalu, pengkhianatan demokrasi, hingga pembegalan amanat reformasi oleh para konspirator yang patut diduga sebagai kekuatan neo-Orba yang ingin membangun kembali rezim otoriter bercorak militeristik," ujar koordinator Gerakan MIB untuk Solo Raya, Rayhan Verdiansyah, kepada wartawan di depan kampus UNS, Solo, Kamis (11/1).

Dalam aksinya, para aktivis kampus membagikan sekitar 5.000 eksemplar cetakan hasil kajian bersama. Cetakan itu dibagikan cuma-cuma kepada sesama mahasiswa, pengguna jalan, dan tempat-tempat keramaian.

Reyhan mengatakan pembagian cetakan hasil kajian bertujuan membangun kesadaran bersama bahwa masih ada persoalan-persoalan penting yang belum terselesaikan,    namun kemudian ditutup-tutupi dengan berbagai cara oleh para pelakunya.

Baca juga : Debat Kandidat Capres di Kampus tak Perlu Dilarang

"Apalagi pihak-pihak para pelaku kini punya kepentingan politik bersama untuk meraih kekuasaan lewat Pilpres 2024 mendatang. Karena itu kami ungkap kasus penculikan aktivis dan daftar korban yang hingga kini masih hilang," imbuh dia.

Dalam cetakan juga diungkap soal pemerkosaan konstitusi hingga melahirkan anak haram konstitusi yang kini melenggang maju dalam kontestasi Pilpres.

"Semua kalangan harus disadarkan bahwa sedang ada ancaman besar bagi Indonesia ke depan jika para pelaku kejahatan HAM dan pelanggar konstitusi berkuasa," tambahnya.

Pemilihan tanggal 11 bulan 1 pukul 11, menurut Rayhan, adalah kesepakatan bersama gerakan mahasiswa dengan mengambil makna simbolis dari tanggal 11, bulan 1, pukul 11.

"Satu angka yang sama berjajar tersebut bermakna konsistensi untuk bersatu terus menerus memperjuangkan kebenaran.Kami sepakat bergerak bersama secara serentak di seluruh Indonesia dan terus bersatu untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan," pungkas Rayhan. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat