visitaaponce.com

Penjelasan Bayi Lahir Kecil akibat Ibu Hirup Asap Rokok

Penjelasan Bayi Lahir Kecil akibat Ibu Hirup Asap Rokok
Sosialisasi dan KIE program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana di Kabupaten Sleman, DIY, Jumat (26/1).(Dokpri.)

BAHAYA rokok dan paparan asap rokok tidak hanya berbahaya bagi perokok. Rokok dan asap rokok juga sangat berbahaya bagi janin dan ibu hamil. 

"Kalau kita sedot rokoknya, (asap) rokok mengandung karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi kesehatan. Kalo CO-nya masuk di dalam darah, kemudian darah tidak bisa mengikat oksigen, akhirnya tubuh kita kekurangan oksigen," jelas Kepala BKKBN Hasto Wardoyo pada Sosialisasi dan KIE program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan program Percepatan Penurunan Stunting (PPS) bagi Mitra di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (26/1/2024).

Bahaya asap rokok bagi bayi pun dijelaskan. "Bila bayi masih di dalam perut ibu, terus ibunya menghirup asap rokok, bayinya akan kekurangan oksigen dan dilahirkan dalam kondisi lebih kecil. Jadi, hampir semua perempuan perokok, bayinya pasti kecil," ujar Hasto.

Baca juga: Penghapusan Tembakau, Perang Kepentingan Bisnis dengan Kesehatan Masyarakat

"Akibat ibu hamil mengisap asap rokok, berat bayinya kurang dari 2,5 kilogram, lahir kecil, dan stunting. Jadi, kalau ibu hamil kena asap secara pasif, jelas yang dirugikan bayinya," ulasnya.  

Disinggung pula rokok di asbak yang dibiarkan menyala, sehingga asapnya ke mana-mana. "Itu juga bahaya karena asapnya berada dalam ruangan yang racunnya 50 kali lipat dibandingkan asap yang sudah diisap. Kenapa yang di asbak lebih berlipat-lipat racunnya? Karena racunnya belum diisap si perokok," tambah Hasto.

Pada kesempatan itu, ia juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). "Allah menciptakan manusia dan ubun-ubun manusia menutup di 1.000 HPK. Allah memberikan pesan, sempurnakanlah menyusui sampai 24 bulan, karena begitu 24 bulan ubun-ubunnya menutup. Jadi, otak sudah sulit bertambah kalau sudah 24 bulan."

Baca juga: Asap Rokok di Dalam Ruangan Ternyata Sama Berbahayanya dengan Polusi Luar Ruangan

"Maka, mencegah stunting sejak 1.000 HPK sangat penting sejak dalam kandungan. Kemudian jarak usia anak selanjutnya 3 tahun, lalu sampai 6 bulan, tidak boleh dikasih makanan tambahan, hanya air susu ibu (ASI) eksklusif. Jarak memberi ASI sesering mungkin, karena bayi itu lambungnya kecil, hanya setelur ayam, mungkin hanya cukup 15 cc," sambung Hasto.

Tiga kerugian stunting

Praktisi kesehatan dan Tenaga Ahli BKKBN Riyo Kristian Utomo menyebutkan stunting memiliki tiga kerugian. "Kerugian stunting ya tiga ini: pendek, tidak cerdas, dan sakit-sakitan," kata Riyo.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menambahkan upaya yang telah dilakukan jajarannya dalam program Percepatan Penurunan Stunting (PPS). "Kami juga telah membentuk TPPS, mulai dari tingkat kabupaten hingga kelurahan. Saat ini jumlahnya 2.088 orang."

Kustini juga mengatakan bahwa pemkab membentuk 104 kader pembangunan manusia untuk TPK risiko stunting. "Salah satu strategi kami dalam penurunan stunting ialah menggunakan konsep pentahelix yang melibatkan pemerintah sebagai regulator akademisi, dunia usaha, organisasi masyarakat," ujarnya yang berharap  melalui kolaborasi ini tercapai visi zero stunting di Kabupaten Sleman. 

Kabupaten Sleman juga telah melakukan berbagai upaya, salah satunya program Dapur Sehat Atasi Stunting atau Dashat, berlokasi di Kampung Keluarga Berkualitas. Saat ini semua kelurahan di Kabupaten Sleman telah menjadi Kampung Keluarga Berkualitas atau Kampung KB.

Menilik progress for stunting berdasarkan e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM)  pada 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Sleman sebesar 6,88% alias turun menjadi 4,51% di 2023. Atas capaian tersebut, Kabupaten Sleman berhasil meraih penghargaan Manggala Karya Kencana dan sembilan penghargaan di tingkat nasional pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2023. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat