visitaaponce.com

7 Fakta Penting Gempa Bawean versi BMKG

7 Fakta Penting Gempa Bawean versi BMKG
BMKG mengumumkan 7 fakta penting terkait gempa bumi di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur.(Antara)

MELALUI akun Instagram @stageofsleman, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fakta penting terkait gempa bumi yang mengguncang Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur pada 22 Maret 2024.

Gempa beruntun pertama kali terjadi pada pukul 11.22 WIB dengan magnitudo 5,9. Kemudian, pada pukul 15.52 WIB, terjadi gempa susulan dengan magnitudo lebih kuat, yaitu 6,5. Pada Minggu (24/3) pukul 10.00 WIB, BMKG mencatat adanya 239 kali gempa susulan.

Selain itu, BMKG mencatat dampak dari gempa ini sangat signifikan. Puluhan bangunan, termasuk rumah sakit, kantor pemerintah, masjid, sekolah, pondok pesantren, dan rumah warga mengalami kerusakan. Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 17.564 orang terdampak oleh gempa ini.

Baca juga : Rumah Rusak Akibat Gempa Bawean Capai 4.679 Unit, 774 di Antaranya Rusak Berat

Berikut 7 fakta yang diungkapkan BMKG melalui Instagram @stageofsleman:

1. Gempa Kerak Dangkal

BMKG menganalisis bahwa gempa ini terjadi pada kerak dangkal yang disebabkan oleh sesar geser di bawah laut Jawa.

2. Dirasakan di Wilayah Luas

Gempa Bawean tidak hanya dirasakan di daerah Gresik, Tuban, dan Surabaya, tetapi juga menjangkau wilayah lain di Jawa Timur serta Jawa Tengah. Bahkan, getaran gempa ini mencapai daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

3. Kerusakan Bangunan

Gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan di berbagai daerah, seperti Gresik, Tuban, Sidoarjo, Surabaya, Lamongan, Bojonegoro, dan Madura.

Baca juga : Sesar Aktif Picu Gempa Dangkal di Perairan Tuban, Apa Dampaknya?

4. Tidak Berpotensi Tsunami

Berdasarkan pemodelan BMKG, gempa Bawean tidak memiliki potensi untuk menyebabkan tsunami.

5. Episenter dan Jalur Sesar

Episentrum gempa terletak di Sesar Mulia, yang merupakan bagian dari pola sesar tua Meratus. Salah satu jalur sesar ini diduga aktif kembali dan menjadi penyebab terjadinya gempa.

6. Jarang Terjadi

Gempa di zona ini sangat jarang terjadi. Biasanya, di laut Jawa, terjadi gempa dalam dengan kedalaman mencapai 500-600 km.

7. Frekuensi Gempa Menurun

BMKG mencatat frekuensi kejadian gempa menurun setelah gempa utama, meskipun tetap ada beberapa gempa susulan.

BMKG terus melakukan pemantauan dan analisis lebih lanjut terkait gempa ini untuk memberikan informasi yang lebih akurat dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi bencana yang tepat bagi masyarakat yang terdampak. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi resmi dari BMKG melalui saluran komunikasi yang disediakan. (Z-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat