visitaaponce.com

Seminggu Terakhir, Guguran Lava Gunung Merapi 44 Kali Mengarah ke Hulu Sungai Bebeng

Seminggu Terakhir, Guguran Lava Gunung Merapi 44 Kali Mengarah ke Hulu Sungai Bebeng
Asap solfatara keluar dari kawah Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah(Antara)

BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat selama seminggu dari hari Jumat (22/3) sampai dengan hari Kamis (28/3) terjadi 46 kali guguran lava, dua kali mengarah ke hulu Sungai Boyong dengan jarak luncur maksimal 800 meter dari puncak dan selebihnya, 44 kali mengarah ke hulu Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal sejauh 1.500 meter dari puncak.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santosa dalam keterangannya, Jumat, mengungkapkan, puncak kawah mengeluarkan asap tebal berwarna putih dengan ketinggian maksimal 350 meter dari puncak. 

"Asap kawah tertinggi terjadi pada hari Jumat pekan lalu pada pukul 05.35 WIB dan teramati oleh Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, Magelang," kata Agus.

Baca juga : Awan Panas Guguran Gunung Merapi Meluncur hingga 1,5 Km

Sedangkan kegempaan yang terjadi dalam seminggu terakhir tersebut, tercatat satu kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 4 kali gempa frekuensi rendah (LF), 22 kali gempa multi phase, 49 kali gempa tektonik dan 346 kali gempa guguran.

Adanya aktivitas vulkanik Gunung Merapi, jelasnya, terjadi perubahan morfologi kubah lava barat daya. Sedangkan kubah lava tengah relatif tengah. 

"Volume kubah lava barat daya terukur 2.066.400 meter kubik dan volume kubah lava tengah terukur 2.358.500 meter kubik," imbuhnya.

Baca juga : Empat Bulan Hiatus, Gunung Merapi Muntahkan Guguran Awan Panas

Agus Budi Santosa menambahkan pula, tercatat terjadinya hujan dengan intensitas curah 62 milimeter per jam selama 135 menit di Pos Pengamatan Gunungapi Merapi di Kaliurang pada Minggu, 24 Maret.

"Namun tidak menyebabkan terjadinya aliran lahar hujan," jelasnya.

Ia membenarkan aktivitas ini relato masih tinggi sehingga BPPTKG belum menurunkan status.Hingga saat ini status masih pada Level III atau Siaga. 

"Hasil pemantauan kami, masih terjadi suplai magma yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran," katanya. (AU/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat