Mengajarkan Anti Korupsi Melalui Pendidikan
![Mengajarkan Anti Korupsi Melalui Pendidikan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2020/07/bb776a1ece48a8af59a65f5f38f72e16.jpg)
SEJAK saya duduk di bangku sekolah sampai kemudian menjadi guru, kasus korupsi selalu terjadi di negeri ini. Di berbagai platform media massa, kasus korupsi selalu ada dan tak henti-hentinya menjadi trending topik setiap tahunnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui laman resminya telah mempublikasikan laporan kasus korupsi dengan transparan kepada masyarakat. Bahkan, statistiknya pun ada di laman tersebut. Sejumlah nama pejabat tingkat daerah bahkan pusat tersandung jeratan korupsi. Apa yang sebenarnya terjadi dengan sejumlah pemimpin kita?
Menjadi pemimpin di negeri ini bukanlah perkara mudah. Setiap orang harus menjadi pribadi pemimpin dulu sebelum memimpin banyak orang. Dalam buku national best seller berjudul Kubik Leadership: Solusi Esensial Meraih Sukses dan Hidup Mulia yang ditulis oleh Poniman dkk. (2014) menyatakan bahwa kepemimpinan dalam kubik leadership adalah kemampuan untuk menentukan ke mana hidup akan kita arahkan, apa-apa saja yang ingin kita lakukan dalam hidup ini, dan jalan mana yang harus kita tempuh untuk mencapainya. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dimulai dari diri sendiri dan untuk mendapatkan jiwa-jiwa pemimpin dibutuhkan sebuah proses yang panjang sehingga menjadi karakter.
Sebenarnya, kapan karakter orang dewasa yang sekarang menjadi pemimpin di negeri ini dibentuk? Jawabannya ialah ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah. Lalu, bagaimana menyelamatkan calon pemimpin-pemimpin masa depan Indonesia. Jawabannya masih sama, yaitu ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah. Sekolah tidak hanya sebagai wadah bagi siswa untuk memperoleh ilmu saja. Namun, sekolah seharusnya dapat membentuk karakter siswa yang nantinya melekat dan akan digunakan pada kehidupan di masyarakat. Ada beberapa hal dan kegiatan yang seharusnya ditanamkan pada diri anak di sekolah untuk membentuk karakter;
Pertama, ajarkan berbagi dan peduli pada siswa. Kepedulian yang terus dipupuk akan menumbuhkan rasa simpati dam empati siswa. Simpati dan empati memang harus dibentuk sejak dini. Sekolah sebagai tempat mencari ilmu semestinya juga harus mewadahi siswa agar dapat memunculkan simpati dan empati. Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat program sekolah, seperti program-program sosial. Program inilah diharapkan dapat memberi pengalaman berharga siswa.
Kedua, ajarkan kejujuran pada diri siswa. Kebohongan kecil dapat memicu kebohongan yang besar. Kalimat tersebut tidaklah salah. Kebohongan itu akan terus berlanjut. Tidak ada kebohongan demi kebaikan. Sekolah bisa mengajarkan nilai-nilai kejujuran yang di integrasikan pada pembelajaran. Misalnya, saat mata pelajaran bahasa Indonesia membuat karya tulis, guru bisa memberikan topik yang berkaitan dengan pendidikan anti korupsi. Dengan demikian siswa akan berusaha memahami dan mencari tentang nilai-nilai anti korupsi.
Ketiga, ajarkan keikhlasan pada diri siswa. Semua manusia akan rusak, kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu pun akan rusak, kecuali orang yang beramal. Orang yang beramal pun akan rusak kecuali yang ikhlas. Begitulah penggalan kalimat dari Imam Al-Ghazali. Untuk menjadi pemimpin yang baik harus mengedepankan keikhlasan. Sebab, negeri ini sudah banyak orang yang pintar tetapi masih sedikit orang yang ikhlas. Siswa harus diajarkan ikhlas menerima kegagalan terhadap pencapaian yang tidak sesuai harapan. Guru dan orang tua dapat memberi dorongan untuk mendukung semangat siswa.
Keikhlasan haruslah diajarkan sejak kecil. Baik ikhlas dalam memberi maupun dalam membantu sesama. Jika anak sudah terbiasa ikhlas sedari ia kecil, hal sederhana tersebut akan tumbuh menjadi keikhlasan yang besar di kemudian hari. Anak-anak kita sejatinya merupakan pemimpin masa depan. Kelak mereka yang akan menempati kursi-kursi kepemimpinan di negeri ini. Pembentukan karakter dapat dilakukan sejak dini. Peran orang tua, guru, dan lingkungan yang mendukung sangat dibutuhkan anak. Berilah sedikit ruang mereka berekspresi namun tetap ajarkan kebaikan. Lewat kejujuran, keikhlasan, berbagi, dan kepedulian yang dibingkai keteladanan dalam pendidikan, anak nantinya akan dapat menjadi pemimpin yang jujur dan baik. Untuk saat ini mereka mungkin masih memakai seragam. Namun, di masa depan mereka adalah pemimpin dan harapan bangsa.
Terkini Lainnya
Kapolda Metro Janji Tuntaskan Semua Perkara Firli Bahuri
KPK Antisipasi Karen Agustiawan Kembali Dibebaskan
KPK Minta Polisi Perkuat Pengamanan di Rumah Barang Sitaan
Uang Rp1 Triliun PT Taspen Diputar ke 3 Jenis Investasi Fiktif
KPK Isyaratkan segera Tahan Tersangka Kasus Korupsi APD Kemenkes
KPK Usut 4 Pengadaan LNG di Pertamina
Permasalahan Berulang, Transparansi Pelaksanaan PPDB Harus Ditingkatkan
Mams, Berapa Sih Usia Ideal Anak Masuk SD? Jadi Ini Saran Ahli
Beri Dukungan pada Dekan FK Unair, AIPKI Minta Rektorat Tinjau Ulang
Launching Program Satu Pelajar Satu Rekening, Wali Kota Helldy Terus Fokus Benahi Pendidikan Cilegon
Indonesia-Prancis Perkuat Kolaborasi di Bidang Pendidikan Tinggi
SMK Khusus Cat Jawab Kebutuhan Industri
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap