visitaaponce.com

Megawati, Antara Pengajian dan Stunting. Berbasis Data atau Opini

Maksudnya sih baik, hanya cara penyampaiannya saja yang 'unik' Kira-kira ini yang bisa kita lihat dibalik ucapan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri tentang ibu-ibu pengajian.

Dalam pidatonya di sebuah acara bertajuk Sosialisasi Pancasila, Megawati menyebut ibu-ibu pengajian tidak memiliki waktu untuk keluarga. Padahal, peran kehadiran ibu dinilai penting untuk tumbuh kembang anak.

Ibu Mega heran, mengapa para ibu asik dengan urusannya sendiri. Pidatonya mendapat tanggapan dari netizen. Mega dianggap memberi label bahwa ibu-ibu pengajian tidak mampu urus rumah tangga dengan baik.

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) juga mendukung sejumlah ormas yang mengkritisi pernyataan megawati. Ormas yang dimaksud antara lain BKMT (Badan Kontak Majlis Taklim) se-Indonesia, PP Muslimat NU, dan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

Dia menekankan selama ini juga tidak ada data resmi maupun survei valid yang terpublikasi bahwa anak-anak menjadi stunting karena ditinggal ibu aktif ke pengajian.

Apalagi, tambah HNW, pengajian yang diikuti ibu-ibu itu bersifat fleksibel yang diperkenankan membawa anak-anak. Di sisi lain, jadwal pengajian juga tidak setiap hari dengan waktu yang berkepanjangan sehingga menelantarkan anak-anak sampai menjadi stunting.

Baca juga: Emak-emak Demo Megawati Gara-gara Dibilang Doyan Pengajian

Buntutnya, Koalisi Pegiat HAM Yogyakarta melaporkan Megawati ke Komnas Perempuan atas ucapan yang dianggap kurang pantas. Saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan pengajian sebagai faktor ibu menelantarkan anak mereka sehingga terjadi stunting.

Dalam berbagai pidato sebelumnya, Ibu Mega memang selalu mengangkat isu terkait perempuan dan anak. Beliau nampak peduli terhadap isu stunting dan tumbuh kembang anak.

Baca juga: DPR Harap Megawati Turun Gunung Atasi Masalah BRIN

Wajar saja mengingat selain menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN dan BPIP, Presiden ke-5 Indonesia ini juga merupakan ibu dari tiga orang anak dan nenek dari tujuh cucu.

Saking pedulinya terhadap gizi dan tumbuh kembang anak, Mega meminta para cucunya untuk mencari calon pasangan hidup yang tidak bertubuh pendek. Memang apa salahnya? Apakah orang dengan tubuh pendek sudah pasti memilki gizi buruk?

Dalam sebuah survei, rata-rata tinggi badan masyarakat Indonesia berkisar antara 166 cm. Namun ternyata Mega menganggap tinggi badan ini belum ideal dan masih berada di bawah rata-rata.

Baca juga: Bareng Ibu Hamil dan Menyusui, Ganjar Rayakan Ulang Tahun Megawati

Terkait tinggi badan, Megawati juga sempat meminta agar calon prajurit TNI memiliki tinggi badan minimal 180 cm. Sementara syarat tinggi minimal prajurit dari Panglima TNI era Jenderal Andika Perkasa adalah 160 cm. Andika mengaku kesulitan mencari prajurit dengan tinggi badan 180 cm.

Baca juga: Orang Indonesia Pendek, So What?

Sebagai informasi 10 negara dengan tinggi badan di atas rata-rata yaitu, Belanda 183 cm, Montenegro 183 cm, Serbia, Jerman, Kroasia, dan Norwegia 180 cm, dan Denmark 181 cm.

Sebetulnya, kami paham bahwa Megawati memiliki maksud yang baik. Jika diperhatikan lebih seksama Megawati juga tidak keberatan dengan adanya pengajian.

Dengan kodratnya sebagai seorang perempuan dan seorang ibu, tidak bisa dipungkiri Megawati memang memiliki kepedulian untuk isu perempuan dan anak. UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PDKRT) terbit saat dirinya menjabat sebagai presiden.

Sehingga, kita percaya sajalah kalau Megawati berbicara sudah berbasis fakta dan data. Iya kan, bu? Tinggal bagaimana kita selaku masyarakat husnuzan.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat