visitaaponce.com

Serba-serbi Sifilis

Serba-serbi Sifilis
Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, Sp.An-TI., Subsp.TI., M.Si., MM., MARS.(Dok Pribadi)

INFEKSI menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua hubungan seksual dalam berbagai bentuk baik melalui organ kemaluan, dubur atau mulut, baik berlawanan jenis kelamin ataupun sesama jenis kelamin, dapat menjadi sarana penularan penyakit tersebut.
 
Salah satu IMS yang saat ini mulai menjadi pembicaraan kembali adalah Sifilis (Raja Singa). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan diawali oleh luka yang tidak berasa nyeri pada alat kelamin, dubur atau mulut. Bakteri Treponema pallidum tidak dapat bertahan lama hidup di udara, sehingga tidak dapat ditularkan melalui kamar mandi, kolam renang, toilet, ataupun melalui berbagi alat makan atau pakaian.

Kelompok remaja sampai dewasa muda, merupakan kelompok yang memiliki risiko paling tinggi terkena IMS. Selain itu, risiko infeksi sifilis meningkat terutama bagi orang yang sering berganti pasangan seksual, menjadi pekerja seks, menggunakan jarum suntik yang telah terinfeksi secara bersama-sama pada pengguna obat terlarang, melakukan tindakan tato yang tidak aman, dan dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayi dalam kandungan atau yang dilahirkannya.

Berdasarkan jenis penularannya, sifilis dapat dibagi menjadi sifilis didapat dan sifilis kongenital. Sifilis didapat berkaitan dengan aktivitas seksual dan sifilis kongenital terjadi pada penularan dari ibu ke bayi. Sifilis didapat dapat dibedakan menjadi sifilis primer, sekunder, laten dan tersier.

Sifilis primer memberikan gejala sekitar 2-4 minggu setelah terinfeksi dengan adanya luka kecil di sekitar alat kelamin, mulut atau anus, sesuai dengan tempat masuknya bakteri, luka ini disebut chancre dan rentan menjadi fokus penularan kepada pasangan seksual, serta dapat sembuh sendiri dalam waktu 1-2 bulan.

Sifilis sekunder terjadi sekitar 2-10 minggu setelah terinfeksi ditandai dengan demam, ruam dan bercak basah di sekitar alat kelamin. Umumnya gejala lebih berat dan dapat berlangsung selama 1 bulan sampai 1 tahun. Sifilis laten merupakan periode yang terjadi antara sifilis sekunder sampai tersier, berkisar antara 2-3 tahun. Sifilis tersier timbul bertahun-tahun setelah gejala pertama dan merupakan stadium paling berbahaya karena dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan otak, tulang belakang, organ vital lain, kelumpuhan dan kematian.

Sifilis kongenital merupakan sifilis pada bayi yang berasal dari ibunya dan dapat ditularkan selama kehamilan ataupun pada saat melahirkan sehingga dapat menyebabkan keguguran atau kelainan pada bayi yang dilahirkan.

Saat ini terjadi kecenderungan penderita sifilis dari para ibu rumah tangga meningkat. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan Sifilis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari 2016 sampai 2022, dari 12.000 kasus menjadi hampir 21.000 kasus dengan penambahan setiap tahunnya rata-rata 17.000 sampai 20.000 kasus.

Salah satu penyebab dari peningkatan ini adalah cakupan pengobatan sifilis masih rendah. Ibu hamil dengan sifilis yang mendapatkan pengobatan hanya sekitar 40% dan selebihnya 60% tidak diobati sehingga berpotensi besar menjadi sumber penularan dan kelainan atau cacat pada bayi yang dilahirkan. Hanya 25% ibu hamil dari 5 juta kehamilan setiap tahun yang menjalani skrining sifilis dan dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 positif sifilis.

Faktor malu dan stigma masyarakat masih merupakan penghambat utama untuk berobat, padahal bila diobati lebih dini, morbiditas dan mortalitas baik pada ibu dan anak yang dilahirkan dapat diminimalisasikan. Lebih jauh lagi, anak-anak dari penderita sifilis akan terhindar dari berbagai kondisi kesakitan yang dapat menurunkan kualitas generasi penerus bangsa.

Sifilis merupakan penyakit yang dapat diobati, antibiotika dalam hal ini penisilin, menjadin pilihan terapi pada sifilis primer dan sekunder. Bila dketahui seseorang terkena sifilis, maka pasangan seksualnya juga harus menjalani pengobatan juga untuk menghindari fenomena saling menularkan apabila satu sembuh dan pasangannya masih sakit dan sebaliknya.

Pencegahan utama sifilis adalah dengan tidak melakukan kontak seksual berisiko, menggunakan pelindung (kondom) saat berhubungan seksual dan melakukan skrining pada pasangan yang akan menikah serta ibu hamil. Bagi ibu hamil yang menderita sifilis dapat  melakukan konsultasi kepada dokter spesialis kandungan atau pusat kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan sesegera mungkin.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat