visitaaponce.com

Berebut efek Jokowi Cermin Ketidakpercayaan Diri Parpol

Berebut efek Jokowi Cermin Ketidakpercayaan Diri Parpol
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato pada puncak acara Musyawarah Rakyat (Musra) di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5/2023).(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A )

PAKAR politik Universitas Airlangga Kris Nugroho menilai ada ketidakpercayaan diri dari pendukung calon presiden yang diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto dan calon presiden PDI Perjuangan Ganjar Pranowo. Hal ini terlihat dari pernyataan para pendukung keduanya yang berebut efek dari Joko Widodo untuk meningkatkan suara elektoralnya. Kondisi ini bisa jadi akan menimbulkan ketegangan di tengah suhu politik yang mulai memanas.

“Efek Jokowi ini sebetulnya saya melihat ada yang tidak percaya diri dan ini bisa jadi ada potensi bersitegang,” ujarnya, Kamis (18/5)

Kondisi ini juga terjadi pada partai lainnya yang digadang-gadang membentuk koalisi besar. Secara psikologi partai politik juga baru menyadari posisinya yang berada dalam hegemoni atau subkoordinasi PDI Perjuangan.

Baca juga: Pengamat Nilai Dukungan Jokowi terhadap Salah Satu Calon, Belum Tentu Signifikan

“Padahal kalau sudah menunjuk Ganjar itu bisa maju sendiri. Artinya PDIP ada ketidak percayaan diri karena kekuatan elektoralnya terbatas jika hanya berdasarkan kadernya maka dia butuh partai lain untuk mendukung capresnya”

Pernyataan yang mengatakan relawan Jokowi berpotensi menjerumuskan atau Jokowi setengah hati mendukung Ganjar juga tidak bisa diabaikan. Manuver yang dilakukan mantan Wali Kota Solo itu disebutnya sebagai upaya meningkatkan nilai tawar kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

Baca juga: Kritik PDIP jadi Peringatan agar Keberpihakan Presiden Jangan Vulgar

“Menurut saya ini strateginya untuk menaikan nilai tawarnya ke Megawati. Karena dia sadar betul dia punya modal untuk menggerakan. Pasti Megawati menyadari kekuatan Projo (Pro Jokowi) itu sehingga akan menyodorkan cawapres versi Jokowi,” ungkapnya.

Berbagai strategi yang dilakukan Jokowi seperti hadir dalam Musra dan mengundang parpol koalisi termasuk memunculkan tiga nama calon presiden versi pendukungnya, merupakan investasi politik yang berisiko karena lembaga kepresidenan harus dijamin dari ombang ambing tarikan politik.

“Apakah ini strategi Jokowi yang diketahui Megawati untuk memecah perhatian lawan politiknya tapi tampaknya ini bisa jadi kontra produktif dengan adanya koalisi bersama. Adanya counter attack dari kenetralan kelembagaan kepresidenan. Harusnya dia bisa menahan diri,” sambungnya. (Sru/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat