Sekum Muhammadiyah Paparkan 5 Modal Indonesia Jadi Pusat Peradaban Islam
![Sekum Muhammadiyah Paparkan 5 Modal Indonesia Jadi Pusat Peradaban Islam](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/35ee73ba78d1f4a8492311f7cddbb982.jpeg)
Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menilai Indonesia memiliki modal besar untuk menjadi pusat peradaban Islam masa depan.
Pertama, modal demografis mengingat Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia. Kedua, modal sosial, dengan corak umat Islam Indonesia yang toleran dan terbuka.
Baca juga: Muhammadiyah Ingin Lebih Banyak Nama Capres-Cawapres Pemilu 2024 Dimunculkan
Ketiga, modal ekonomi karena Indonesia memiliki karunia kekayaan alam yang melimpah. Keempat, modal politik dengan penerapan sistem demokrasi yang stabil berlandaskan Pancasila.
Baca juga: Pengertian dan Makna Wawasan Kebangsaan bagi Bangsa Indonesia
Dan kelima, posisi geopolitik Indonesia yang bebas aktif dan membuat Indonesia tidak terlibat permusuhan secara langsung dengan negara lain.
Baca juga: Guru Besar Ilmu Politik Ingatkan Elite Jangan Buka Kotak Pandora Kekuasaan
Selain menjadi peradaban Islam, Abdul Mu'ti menilai, Indonesia yang merupakan negara majemuk juga terbukti mampu menjalani demokrasi tanpa tercerai berai.
Padahal, lanjut dia, banyak pihak yang sempat mengira Indonesia akan terpecah setelah menjalani demokrasi seperti Uni Soviet, Yugoslavia, dan beberapa negara Arab.
“Selama kita menempatkan Indonesia sebagai rumah kita bersama dan menempatkan kebinekaan sebagai kekayaan, politik Identitas tidak akan dapat mengoyak negara kita,” kata dia dalam siniar Bung Karno Series bersama Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti yang tayang di akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Minggu (25/6/2023).
Baca juga: Ideologi Pancasila dan Islam Miliki Hubungan Kelekatan
Politik identitas
Terkait politik identitas, Abdul Mu'ti menjelaskan, tantangan dalam mengelola kemajemukan adalah menjaga agar sentimen primordial menjadi faktor disintegrasi. Dan sentimen primordial bisa berlatar belakang agama. suku, etnis, kedaerahan, dan ekonomi.
Sebab, lanjutnya, ada kelompok yang sangat primordial karena merasa secara ekonomi sangat kuat sehingga tidak mau bergaul. "Kaum elit tidak mau gumbul sama orang alit (kecil). Presiden pertama Indonesia Bung Karno justru memberi contoh sebagai orang elite tapi sangat pro sama kelompok alit atau sekarang disebut wong cilik," kata dia.
Baca juga: Pembeda Kopiah BK dari Peci: Hadiah untuk Soekarno dari Sumatra Barat
Akan tetapi, menurut dia, Indonesia justru relatif lebih mampu mengatasi sentimen rasial ketimbang negara lain. Di Amerika Serikat (AS) dan negara di Eropa, lanjut dia, juga masih terjadi praktik sentimen rasial berbasis etnis.
"Yang masih menjadi tantangan beberapa primordialisme berbasis kedaerahan dan yang primordial dijustifikasi pemahaman keagamaan yang sempit," kata dia.
Baca juga: Yudi Latif Ingatkan Pentingnya Pembangunan Karakter Bangsa
Sehingga, dia mengingatkan agar politisi dan semua pihak tidak menyalahartikan, menyalahgunakan, bahkan merusak dalil agama demi kepentingan politik kekuasaan.
"Saya sering istilahkan, misuse dan abuse. Misalnya, pilih partai a insyaallah masuk surga atau jangan pilih partai b karena partai kafir. Itu harus kita jauhkan karena tidak menunjukkan pemahaman agama yang benar dan bentuk penyalahgunaan agama untuk kepentingan kekuasaan belaka," kata Mu'ti.
Dia mengakui, sebagian umat Islam sangat konservatif dalam beragama, kaku, tertutup, dan anti terhadap kemajuan dalam memandang agama.
Makanya, sambung dia, Bung Karno juga sempat menyampaikan kritik dengan masih adanya umat di negeri ini, di era modern, yang masih hidup dengan cara 1.000 tahun lalu.
“Islam tentu harus berkemajuan dalam cara, yang kita ambil dari semangat masa lalu itu kan etos dalam berjihad, etos dalam mempertahankan keyakinan, dan tetap berpegang teguh pada ajaran agama, bukan abunya,” terangnya.
Bung Karno dan Muhammadiyah
Abdul Mu'ti menjelaskan, Bung Karno dan Muhammadiyah faktanya memiliki nafas perjuangan yang sejalan dalam membangun Indonesia. Kesamaan tersebut pada akhirnya diyakini akan menjadikan Indonesia sebagai episentrum peradaban Islam dunia di masa mendatang.
“Waktu Bung Karno di Surabaya, beliau sering mengikuti pengajian yang diadakan oleh KH Ahmad Dahlan, yang ceramah-ceramahnya itu sangat mencerahkan dan memberikan perspektif bagaimana berislam dan beragama yang berkemajuan,” ujar pria yang sempat menjadi Ketua PP Pemuda Muhammadiyah tersebut.
Baca juga: Dari Soekarno hingga Jokowi, Ini Biodata Lengkap Presiden Indonesia dan Wakilnya
Abdul Mu’ti menambahkan, Bung Karno yang berpandangan progresif dan juga memiliki minat yang tinggi dalam memperdalam agama menjadikan ceramah KH Ahmad Dahlan tidak hanya untuk memperkuat keyakinannya terhadap Islam, akan tetapi juga memberikan inspirasi bagaimana agama dapat menjadi sumber ajaran dan motivasi agar umat Islam turut dapat meraih keunggulan dan kejayaannya.
“Bung Karno sejatinya jatuh cinta dengan Muhammadiyah saat KH Ahmad Dahlan sering mengadakan pengajian di kediaman teman dekatnya yakni HOS Cokroaminoto, yang juga menjadi tempat indekos Bung Karno saat itu. Meskipun secara resmi beliau baru menjadi pengurus dan struktural Muhamadiyah saat menjalani pengasingan di Bengkulu,” ungkap cendekiawan Muhammadiyah tersebut.
Abdul Mu'ti menuturkan, setidaknya ada tiga pondasi penting bagaimana pikiran Bung Karno dapat sejalan dengan Islam progresif dan berkemajuan Muhammadiyah.
Pertama, pemahaman ajaran agama yang terbuka. Kedua, sikap positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, egalitarianisme antara manusia dan kemanusiaan.
“Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang terbuka. Pertemuan di Muhammadiyah itu tidak hanya melibatkan laki-laki dan perempuan, dalam berbagai kegiatan melibatkan lintas suku, dan bahkan lintas agama. Hal ini juga menjadi salah satu alasan kenapa Bung Karno merasa Muhammadiyah itu seperti rumah, karena senafas dan sejalan dengan kepribadian Bung Karno,” kata Abdul Mu’ti.
Ia menyampaikan, Muhammadiyah sebagai organisasi tidak antikritik. Bahkan Bung Karno turut mendorong Muhammadiyah menjadi lebih terbuka dalam berbagai hal.
“Setidaknya ada tiga faktor kunci yang membuat Bung Karno sangat dekat dengan Muhammadiyah, pertama yakni kesamaan pandangan agamanya dengan Muhammadiyah. Kedua, kedekatan personal dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Ketiga, kedekatan secara kultur egaliter, keterbukaan dan semangat untuk senantiasa ingin maju,” jelasnya. (X-7)
Terkini Lainnya
Baca juga: Muhammadiyah Ingin Lebih Banyak Nama Capres-Cawapres Pemilu 2024 Dimunculkan
Baca juga: Pengertian dan Makna Wawasan Kebangsaan bagi Bangsa Indonesia
Baca juga: Guru Besar Ilmu Politik Ingatkan Elite Jangan Buka Kotak Pandora Kekuasaan
Baca juga: Ideologi Pancasila dan Islam Miliki Hubungan Kelekatan
Politik identitas
Baca juga: Pembeda Kopiah BK dari Peci: Hadiah untuk Soekarno dari Sumatra Barat
Baca juga: Yudi Latif Ingatkan Pentingnya Pembangunan Karakter Bangsa
Bung Karno dan Muhammadiyah
Baca juga: Dari Soekarno hingga Jokowi, Ini Biodata Lengkap Presiden Indonesia dan Wakilnya
Gereja Katedral Jakarta Sumbang Seekor Sapi Kurban ke Masjid Istiqlal
Fatwa MUI Haramkan Salam Lintas Agama Lemahkan Toleransi dan Kebinekaan
Fatwa Salam Lintas Agama, Menag Yaqut tidak Sepakat dengan MUI
Makna dan Pengamalan Sila Pertama Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Nana Sudjana Ajak Masyarakat Membumikan Nilai-nilai Pancasila
PITI Sesalkan Ceramah yang Melecehkan Islam
20 Pertanyaan Trivia tentang Geografi, Paling Seru Dimainkan Bersama Keluarga
Wujudkan Potensi Indikasi Geografis hingga Komersial
Prinsip-Prinsip Geografi dan Contohnya
Mengenal Jenis-Jenis Awan dan Ciri-Cirinya
Mengenal Angin Muson Penyebab Indonesia Alami Perubahan Musim
Ini Dia 10 Negara di Asia Tenggara Lengkap dengan Data Terkait
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap