visitaaponce.com

Manuver Kader Parpol Bentuk Perlawanan Terbuka

Manuver Kader Parpol Bentuk Perlawanan Terbuka
Kader PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko(MI)

Sikap kader partai politik yang secara gamblang mendukung sosok lain di luar dukungan partainya dinilai sebagai bentuk perlawanan terbuka. Pakar politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam mengatakan, jika hal tersebut terjadi dalam suatu partai, itu mengindikasikan rapuhnya soliditas internal dari partai tersebut.

Pernyataan Ahmad disampaikan untuk menanggapi manuver kader PDI Perjuangan yakni Effendi Simbolon dan Budiman Sujadmiko yang justru mendukung Prabowo Subianto secara terbuka dalam Pemilu 2024 mendatang.

"Manuver ini adalah bentuk perlawanan terbuka para kader PDIP yang merasa tidak mendapatkan ruang ekspresi di tengah ketatnya model organisasi yang terpimpin. Para aktivis itu sepertinya merasa terpinggirkan dan tidak mendapatkan ruang ekspresi dalam sistem pengambilan keputusan politik strategis di internal PDIP," ujar Ahmad, Kamis (20/7).

Baca juga: Temui Prabowo, Budiman Sudjatmiko Dianggap Melawan PDI Perjuangan

Ia melihat situasi tersebut jarang terjadi. Itu hanay terjadi jika mesin politik tidak solid dan loyalitas kader tidak terjaga.

"Ini harus menjadi peringatan dini bagi PDIP dan tim pemenangan Ganjar untuk memitigasinya. Jika tidak bisa diantisipasi, mesin politik pencapresan Ganjar bisa mengalami pembusukan internal," sambungnya.

Baca juga: Dukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko Dipanggil PDI Perjuangan

Sementara itu, kedatangan politisi PDIP Budiman Sujatmiko di kediaman Ketum Partai Gerindra Prabowo Subiyanto mengindikasikan kian terpecahnya barisan internal PDIP yang tengah mengusung Ganjar Pranowo. Di saat yang sama, pernyataan Budiman yang menggarisbawahi tentang pentingnya pemimpin militer, senior dan berpengalaman guna mengadapi ketidakpastian global, juga menyiratkan secara jelas dukungan politiknya pada pencapresan Prabowo di Pilpres 2024 mendatang.

"Manuver Budiman kali ini tampaknya betul-betul di luar kontrol PDIP. Langkah itu dia lakukan sebagai reaksi atas upaya pihak-pihak tertentu di internal PDIP yang mencoba meminggirkan perannya di PDIP," tegasnya.

Upaya peminggiran Budiman terlihat dari langkah PDIP yang tidak memberikannya posisi pencalegan yang layak. Ia juga tidak dilibatkan dalam tim pemenangan pencapresan Ganjar Pranowo.

"Budiman merasa tidak punya beban dan memilih untuk menjadi partikel bebas yang seolah tidak ingin didikte oleh aturan organisasi konstitusi partai PDIP," imbuhnya.

Di sisi lain, merapatnya Budiman ke Prabowo juga menunjukkan sinyal kian kuatnya konsolidasi kalangan mantan aktivis 98 di lingkaran Prabowo Subiyanto. Hal ini tentu unik sekaligus ironis. Unik karena Prabowo akhirnya bisa meyakinkan simpul jaringan kekuatan yang dulu sangat efektif mendegradasinya di Pilpres 2014 dan 2019. Namun, juga ironi karena sejarah Reformasi 1998 juga mewariskan tanggung jawab moral perjuangan kepada jaringan aktivis 98 yag kini bertransformasi jadi politisi dan sel-sel relawan itu.

"Tentunya manuver ini akan memantik kekecewaan besar dari masyarakat yang masih peduli sejarah reformasi, namun nature politik hari ini memang telah berubah," tandasnya. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat