visitaaponce.com

Refleksi Kemerdekaan Presiden Joko Widodo Bicara soal Tantangan Geopolitik Indonesia

Refleksi Kemerdekaan: Presiden Joko Widodo Bicara soal Tantangan Geopolitik Indonesia
Presiden Joko Widodo saat menyampaikan RUU APBN 2024 dan nota keuangan di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/8).(AFP/Adek Berry)

PRESIDEN Joko Widodo mengatakan, perubahan lanskap global yang sangat cepat, khususnya karena pergeseran geopolitik. Pergeseran geopolitik ini telah menciptakan pola kerja sama internasional yang terkotak-kotak.

Kemudian muncul fenomena untuk menarik rantai suplai manufaktur ke negeri sendiri atau memindahkan ke negara yang dianggap kawan. Fragmentasi global tersebut, kata Presiden, telah menghambat aliran perdagangan dan investasi dunia, serta melemahkan perekonomian dunia.

"Fragmentasi global menciptakan disrupsi rantai pasok yang meningkatkan risiko krisis pangan, energi, serta keuangan dunia," kata Presiden RI Joko Widodo, pada Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN Tahun Anggaran 2024, Beserta Nota Keuangam di Rapat Paripurna DPR RI, Rabu (16/8).

Baca juga : Refleksi Kemerdekaan: Jangan Sampai Indonesia Maju Secara Fisik, Tetapi Jiwanya Rapuh

Selain itu, tensi geoekonomi yang memanas juga mendorong tren embargo serta hambatan perdagangan atas beberapa komoditas vital, seperti semi konduktor, mineral, dan bahkan pembatasan arus modal.

"Konstelasi global harus disikapi dengan strategi kebijakan yang jitu dan antisipatif, bukan yang biasa-biasa saja," kata Jokowi.

Baca juga : Risiko Geopolitik semakin Menguat

Presiden mengingatkan, kebijakan ekonomi dan fiskal harus mampu mentransformasi ekonomi untuk menghadapi tantangan hari ini dan ke depan.

 

Bangun industri pertahanan

Ketahanan pangan dan energi serta transformasi manufaktur menjadi sangat penting. Di sisi lain, industri pertahanan harus dibangun secara kompetitif untuk menjawab kebutuhan pertahanan keamanan Indonesia.

Tidak hanya itu, dunia juga dihadapkan pada potensi krisis akibat perubahan iklim. Dampak fenomena ini memiliki ancaman serius pada kehidupan dan ekonomi dunia, termasuk Indonesia.

Hal itulah yang menyebabkan transformasi struktur ekonomi dalam mengembangkan sektor yang berkelanjutan dan ramah lingkungan menjadi krusial. "Transisi ke penggunaan energi hijau perlu dilaksanakan secara progresif, namun tetap adil dan terjangkau," kata Presiden Jokowi.

"Potensi nilai ekonomi hayati Indonesia harus kita manfaatkan sebagai faktor penting dalam mengembangkan dan meningkatkan investasi ekonomi hijau di dalam negeri," imbuhnya lagi.

 

Adopsi teknologi kecerdasan buatan

Selain itu, cepat atau lambat, perkembangan digitalisasi dan artificial intelligent juga akan semakin penting dan mendominasi kehidupan perekonomian dunia, termasuk Indonesia.

Adopsi teknologi dalam perekonomian dapat memberikan manfaat yang signifikan apabila dihadapi dengan strategi yang tepat.

Pembangunan kualitas sumber daya manusia, infrastruktur fisik dan non-fisik terkait teknologi informasi terus ditingkatkan.

Kesempatan Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) tidak terbuka selamanya. "Struktur penduduk muda akibat bonus demografi, kita manfaatkan secara maksimal," kata Jokowi.

Transformasi ekonomi terus dilanjutkan untuk meningkatkan daya tarik investasi dan pembukaan lapangan kerja yang layak secara masif.

Partisipasi Indonesia dalam rantai pasok global, khususnya pada sektor berteknologi tinggi dan ramah lingkungan, terus didorong. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat