visitaaponce.com

3 Anggota Polisi Tidak Terlibat dengan Terorisme Karyawan KAI, Kenapa

3 Anggota Polisi Tidak Terlibat dengan Terorisme Karyawan KAI, Kenapa?
Tiga anggota polisi terlibat kasus pembelian senjata api ilegal di Semarang(MG Press)

Polda Metro Jaya menegaskan tiga anggota polisi yang ditangkap kasus pembelian senjata api ilegal di pabrik modifikator senjata api wilayah Semarang, Jawa Tengah tidak terlibat dengan tersangka terorisme DE, 28, karyawan PT KAI. Motif pelaku disebut tidak berhubungan dengan teror.

"Sementara motifnya, saya tegaskan lagi, tidak ada hubungannya dengan teror. Pertama, tidak masuk dalam jaringan. niatnya, mensreanya karena memang tidak saling mengenal. Online mereka, tidak saling berhubungan jual beli senjatanya," kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (18/8).

Meski begitu, dia menegaskan ketiga anggota dikategorikan melakukan pelanggaran karena membeli senjata api modifikasi ilegal di pabrik tersebut. Ketiga anggota itu adalah Bripka Reynaldi Prakoso anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Bripka Syarif Mukhsin anggota Renmin Samapta Polresta Cirebon Kabupaten dan Iptu Muhamad Yudi Saputra Kanit Reskrim Polsek Bekasi Utara.

Baca juga: Karyawan BUMN Pelaku Terduga Terorisme di Bekasi Ditangkap

Reynaldi dan Yudi telah ditahan di tempat khusus (patsus). Sedangkan, Syarif ditangani Polda Jawa Barat. Ketiga polisi ini akan di sidang etik untuk dikenakan sanksi baik etika maupun administratif.

"Motif Reynaldi tidak ada hubungannya (dengan teror), dia hanya hobi senjata aja," ungkap Hengki.

Baca juga: Polda Metro Bongkar Pabrik Penyuplai Senjata Api Modifikasi ke Tersangka Teroris Karyawan PT KAI

Hengki mengatakan setiap penyelidikan yang dilakukan Polda Metro Jaya selalu berdampingan dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri. Menurutnya, tersangka teroris DE menjual senjata api modifikasi lewat e-commerce atau penjualan daring yang keuntungannya digunakan untuk membeli senjata api pabrikan.

Hengki menuturkan alasan pihaknya melakukan penyelidikan bersama Densus 88 apabila senjata itu dijual ke jaringan teror maka Densus langsung melakukan penangkapan. Detasemen berlambang burung hantu itu dipastikan akan langsung mendeteksi apakah anggota polisi itu terafiliasi dengan jaringan terorisme atau tidak.

"Apakah akidahnya ini juga sama, kemudian niatnya juga ada, nah itu Densus yang akan deteksi. Tetapi apabila tidak terafiliasi dengan teror kami yang akan melakukan penangkapan. Jadi, ini sudah kami deteksi juga, tapi tetep bersama-sama juga," jelasnya.

Selain tidak terlibat terorisme, Hengki memastikan tiga anggota polisi itu juga tidak membeli senjata api dari tersangka teroris DE. Anggota polisi disebut membeli ke modifikator yang memiliki pabrik di Semarang.

"Bukan, justru polisi beli dari modifikator ini. Padahal harusnya senjata dinas ada, mungkin kurang puas dia beli lagi yang lain kita enggak tahu juga," ungkap Hengki.

Tiga anggota polisi ini dikabarkan ditangkap terkait kasus jual beli senjata api terhadap tersangka terorisme DE. Pasalnya, DE memiliki 16 senjata api yang rata-rata telah dimodifikasi dari air gun menjadi senjata api penuh.

Ke-16 senjata api itu diketahui pabrikan maupun rakitan. DE diketahui membeli senjata api di pabrik yang sama dengan ketiga anggota polisi ini. Pembelian dilakukan lewat penjualan daring baik Tokopedia maupun Shopee.

"Kemudian, cluster yang berikutnya adalah pabrik modifikator, ini yang kami baru ungkap kemarin di Semarang. Ini adalah penyuplai termasuk ke teroris ini," kata Hengki. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat