visitaaponce.com

Rocky Gerung Jika Dilarang Bicara di Jogja, Jogja Akan Jadi Kota Buzzer

Rocky Gerung: Jika Dilarang Bicara di Jogja, Jogja Akan Jadi Kota Buzzer
Rocky Gerung Menyampaikan Pemaparan di Forum Diskusi Kebangsaan di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (9/9/2023)(MI/Ardi Teristi Hardi)

ROCKY Gerung menanggapi persekusi yang diterimanya sebagai bentuk upaya menghalangi pemikiran dan diserang secara fisik.

"Kemarin, saya dan Refly (Harun) dipersekusi. Tulisannya gede-gede, Jogja adalah Kota Pelajar. Rocky Gerung dilarang datang ke Jogja," kata Rocky dalam Diskusi Menggugat Kedaulatan Rakyat: Tinjuan Kritis Terhadap Pelaksanaan Demokrasi Substansial di Indonesia di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (9/9).

Ia mengatakan tulisan spanduk tersebut sudah gila. Pasalnya yang mengundangnya adalah mahasiswa, orang terpelajar.

"Kalau saya, Refly Harun, dan rekan-rekan yang ada di sini dilarang berbicara di Jogja, Jogja akan berubah dari kota pelajar menjadi kota
Buzzer," lanjutnya.

Rocky mengatakan Jogja sedari awal diniatkan oleh KH Ahmad Dahlan untuk menjadi kota yang berpikir. Ahmad Dahlan kala itu memutuskan tidak mau menjadi buzzernya Belanda.

Ia kemudian memilih berinvestasi di dunia pendidikan dan Ilmu pengetahuan. Alhasil, saat ini Muhammadiyah punya sekitar 180 perguruan tinggi. Rocky juga menyebutkan Muhammadiyah berhenti berpikir. "IQ bangsa ini bisa terjun bebas hingga 70 persen," lanjutnya.

Ia meyakini IQ bangsa ini banyak disubsidi oleh Muhammadiyah dengan banyaknya sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada. "Rezim ini doyan memperpanjang jalan tol, memperpendek jalan pikiran," kata dia.

Investasi yang ada saat ini lebih banyak dipakai untuk jalan tol daripada jalan pikiran. Padahal, kompetisi di masa depan adalah kompetisi ide. Hal itu juga sudah diajarkan oleh Ahmad Dahlan.

Refly Harun dalam kesempatan itu juga menyampaikan, dirinya sudah tidak lagi diundang di kampus yang menjadi almamaternya sejak bersuara kritis.

"Sejak bersuara kritis (terhadap pemerintah), tidak pernah diundang ke kampus itu," kata Refly yang mengaku lebih sering diundang di kampus
Muhammadiyah.

baca juga: Rocky Gerung Enggan Restorative Justice

Ia menambahkan pentingnya kampus tetap menjaga nulari, menjaga jarak dengan kekuasaan. Pasalnya, kekuasaan pasti ada bolong-bolongnya. Itu pula yang dilakukannya selama ini, yaitu berupaya menjaga jarak dengan kekuasaan. Refly mengaku, pada 2015 pernah menulis buku, Harapan Itu Bernama Jokowi. "Namun, cukup 2017 saja,saya berubah haluan. Kita rasional objektif," kata dia.

Menurut dia, Indonesia mulai 2024 harus ditata ulang. Setelah 78 tahun merdeka, kata dia, yang dibutuhkan bukan lagi mengubah dan memperbaiki, tapi reinstal atau restart (tata ulang)

Sementara itu, mantan pimpinan KPK, Saut Situmorang menyebut  negara ini benar-benar sakit dengan indikasi rendahnya indeks demokrasi dan indeks persepsi korupsi.

Sebelumnya, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Gunawan Budiyanto mengatakan kampanye dilarang di kampus Muhammadiyah, tetapi dialog diperbolehkan. "Kalau mahasiswa kita singkirkan dari isu-isu kebangsaan, kita bikin bodoh mahasiswa. Padahal, dua puluh tahun lagi, mereka yang pegang bangsa ini," kata dia.

Ia mengatakan, pihaknya terbuka menerima dialog. Refly harun sekitar lima kali datang di UMY, sedangkan Rocky Gerung sekitar dua kali datang ke UMY. (N-1)

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat