visitaaponce.com

Pengamat Penjegalan Dukungan untuk Anies Bukan Hal Baru

Pengamat: Penjegalan Dukungan untuk Anies Bukan Hal Baru
Anies Baswedan di acara Bicara Gagasan Bacapres di UGM.(Antara)

PENGAMAT politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, mengatakan model penjegalan pengusaha untuk mendukung calon presiden tertentu seperti yang dialami Anies Baswedan bukanlah hal baru. Menurutnya, fenomena itu kerap muncul jelang pemilihan presiden dengan tujuan melemahkan lawan politik.

"Sebenarnya ini udah pola umum yang terjadi sejak lama kalau ada pengusaha yang ingin menyumbang kepada pihak oposan, atau lawan pemerintah, pasti akan dikerjai," kata Ujang kepada Media Indonesia, Rabu (20/9).

Menurut Ujang, penjegalan para pengusaha dalam mendukung calon presiden tertentu merupakan pola umum setiap gelaran pilpres. Ia menyebut praktik itu tidak baik bagi Indonesia yang menerapkan sistem demokrasi. Oleh karenanya, fenomena yang diungkap Anies dinilainya dapat merusak demokrasi.

Baca juga: Prabowo tidak Permasalahkan Masyarakat Terima Uang dari Politisi

"Itu cerita lama yang terjadi di politik belakang layar dan hingga saat ini terjadi, begitu juga menimpa Anies. Jadi tidak bagus, tidak baik, tapi itu kerap terjadi setiap pemilu," tandasnya.

Sebelumnya, Anies yang diusung sebagai calon presiden oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mengaku pengusaha besar tidak berani mendekati dan membantunya dalam proses pencalonan pada Pilpres 2024.

Baca juga: Pengusaha Besar Takut Bantu Anies, Penguasa Dinilai belum Dewasa Berpolitik

"Takut, karena kami mengalami, pengusaha-pengusaha yang berinteraksi, bertemu, sesudah itu mereka akan mengalami pemeriksaan, pemeriksaan pajak, pemeriksaan yang lain-lain," ungkap Anies dalam acara 3 Bacapres Bicara Gagasan di UGM, Yogyakarta, Selasa (19/9).

Anies menduga, alat negara mengintimidasi pencalonannya sebagai presiden pada Pemilu 2024. Ia mencontohkan, pengusaha di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang pernah membantu kegiatan relawannya justru diperiksa pajak. Pemeriksaan itu dilakukan dengan dalih acak.

"Katanya random, tapi sepuluh-sepuluh perusahan miliknya, seluruhnya, diperiksa pajaknya. Apa yang terjadi? Takut mereka membantu."

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat