visitaaponce.com

Pemerintah Dinilai belum Konsisten Kejar Visi Indonesia Emas

Pemerintah Dinilai belum Konsisten Kejar Visi Indonesia Emas
Siluet pembangunan gedung pencakar langit di Jakarta(MI / Usman Iskandar )

DIREKTUR program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai pemerintah belum konsisten mengejar visi Indonesia Emas 2045. Hal ini terlihat dari tidak fokusnya program yang dikerjakan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju.

Esther menerangkan untuk memajukan perekonomian negara, pemerintah harus fokus melakukan pembangunan sumber daya manusia (SDM), memupuk investasi dan menciptakan teknologi atau research and development (R&D) secara masif.

"Selama ini saya melihat pemerintah belum konsisten dan belum menjadikan tiga faktor itu sebagai program prioritas. Pemerintah masih fokus pada pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek mercusuar," ungkapnya saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (29/10).

Baca juga: Pelatihan Vokasi Cetak Tenaga Kerja Berdaya Saing

SDM Indonesia dikatakan masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Data dari World Bank di 2022 menyebut human capital index Indonesia masih di urutan 130 dari 199 negara. Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2023 menunjukkan hampir 90% angkatan kerja di Indonesia berpendidikan setingkat sekolah menengah atas (SMA) ke bawah.

Kemudian, Esther juga mengatakan untuk pengembangan R&D, Indonesia masih tertinggal. Mengutip data Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), saat ini Indonesia berada di peringkat delapan dari 11 negara Asia Tenggara dalam melakukan riset dan inovasi. 

Baca juga: Ketidakpastian Ekonomi akan Berlangsung Satu Dekade ke Depan

"Kesimpulannya sulit bagi Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia emas, yaitu menjadi negara adidaya di 2045," tegasnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Ketenagakerjaan Bob Azam juga berpandangan kualitas SDM yang rendah menjadi penyebab utama Indonesia sulit menjadi negara maju. Pihaknya mencatat daya saing anak muda Indonesia menempati posisi kelima di Asean.

"Harus ada perombakan di bidang SDM. Padahal anak muda cerminan masa depan bangsa," terangnya.

Selain itu, Bob juga menuturkan Indonesia perlu meningkatkan pendapatan per kapita sekitar tiga kali lipat untuk loncat dari negara berpenghasilan menengah atas menjadi negara maju. Pendapatan per kapita Indonesia baru sebesar US$4.580 di Juli 2022. Sedangkan, negara pendapatan tinggi memiliki pendapatan per kapita di atas US$13.845.

"Pendapatan per kapita yang tinggi itu harus dicapai sebelum selesainya bonus demografi, yaitu tahun 2030-2035," imbuhnya. (Ins/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat