visitaaponce.com

Debat Pilpres Harus Lebih Panas

Debat Pilpres Harus Lebih Panas
Surat suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024(Dok.KPU )

KOORDINATOR Umum Komite Independen Sadar Pemilu (KISP) Moch Edward Trias Pahlevi menilai KPU harus belajar dari penyelenggaraan debat paslon capres-cawapres pada Pilpres 2019. Menurutnya, debat Pilpres 2024 harus lebih bisa menguji kapasitas capres/cawapres.

Edward mengungkapkan baiknya pada Pilpres 2024, format debat benar-benar mampu mengungkapkan kapasitas dan kualitas utuh masing-masing capres dan cawapres. "Untuk 2024, dari sisi soal, tidak boleh dibocorkan. Artinya mereka hanya mendapatkan kisi-kisi tapi tidak gambaran pertanyaan yang utuh," ujarnya di Jakarta, Kamis (30/11).

KPU dituntut untuk bisa menghadirkan debat yang bukan sekadar presentasi dan formalitas. "Menurut saya, besok KPU harus mendorong bagaimana para kandidat itu mampu debat bahkan lebih panas," tambahnya.

Baca juga: Soal Debat Capres-Cawapres, Anies: Sudah Persiapan Bertahun-tahun

Debat itu harus mampu menguji kemampuan capres-cawapres dalam menjawab persoalan bangsa. "Tidak ada istilah etis dan tidak etis, tapi ini adalah persoalan bangsa. Jadi mereka harus dipertontonkan perdebatan-perdebatan menarik. Supaya masyarakat bisa menilai dari perdebatan itu menghasilkan nilai dan konsensus," tegasnya.

Edward mengungkapkan patutnya debat paslon juga memberi ruang pada masing-masing calon untuk berhadapan. Semisal capres vs capres, cawapres vs cawapres. "Iya yang penting berimbang saya pikir juga begitu," imbuhnya.

Baca juga: Anies tak Pernah tak Datang Debat

Selain itu, setiap calon juga harus memperdebatkan suatu isu dalam durasi waktu yang cukup panjang. "Kedua, formatnya lebih mengarah pada perdebatan isu atau memang diberikan waktu yang cukup panjang. Jadi tidak memaparkan tapi memang masing-masing calon diberikan pertanyaan dan dijawab, tapi dengan durasi waktu yang panjang," tukasnya.

Ia pun berharap KPU tidak mengulangi kesalahan pada 2019. Saat itu format debat cenderung tidak menarik dan lebih pada pemaparan bukan perdebatan. "Formatnya terlalu kaku, tidak dialogis karena skemanya tidak mengarah ke perdebatan, tapi ke presentasi," terangnya.

 

Bukan Adu Gimik

Sementara itu, Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti mendorong pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk adu gagasan, bukan adu gimik. Waktu kampanye yang ada, termasuk saat debat oleh Komisi Pemilihan Umum. 

“Saya mendorong semua calon mengoptimalkan kampanye bentuk-bentuk untuk adu gagasan, tidak papa saling serang visi misi, itu yang diharapkan. Jangan main di simbol, terlalu banyak di gimmick yang melupakan substansi,“ kata Ray saat diskusi di Kantor PARA Syndicate (30/11).  

Gagasan mereka juga harus bisa dikritisi oleh penyelenggara Pemilu maupun masyarakat. “Gimana men-challenge itu. Kalau rakyat challenge, yang forum siapa? Yang challenge calon presiden lain lah,”  sebut Ray. 

Selain oleh sesama Paslon, masyarakat, lembaga penyelenggara pemilu yang melakukan acara Debat, bisa lebih kritis melontarkan pertanyaan. 

Pemilih sekarang, lanjut Ray, meski didominasi oleh millennial dan Gen Z, perlu diedukasi untuk mendapatkan pendidikan politik. “Kalau mereka terbiasa melihat politisi viral, substansi kosong itu artinya bahaya bagi bangsa,” sebut Ray.

Jadi bagi Ray, lebih baik kampanye yang tidak adem ayem, asalkan berisi gagasan. “Itu pentingnya demokrasi, kita menyatakan beda tetapi ada di level gagasan, bukan senjata, itu tidak boleh. Makanya ‘berantem’ gagasan, hebat-hebatan gagasan,“ tandas Ray. 

Ada tiga pasang capres-cawapres yang akan berlaga di Pilpres  2024. Ketiganya adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar; Ganjar Pranowo-Mahfud MD; dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. (Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat