Jokowi Lakukan Dekadensi Demokrasi
![Jokowi Lakukan Dekadensi Demokrasi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/01/71781bf790fc516752d48b1a60d359a3.jpg)
MANUVER yang secara terang benderang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam Pemilu 2024 disebut sebagai bentuk sulitnya mengharapkan netralitas dari kekuasaan. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Sitorus bahkan mengatakan perilaku ketidaknetralan dari oknum beberapa institusi tidak mungkin muncul begitu saja tanpa ada pemicu.
"Memang kalau melihat tindak tanduk dan perilaku oknum dari beberapa institusi penyelenggara negara, kita sulit mengharapkan kekuasaan bersikap netral.
Hal ini terjadi karena Pak Jokowi mencalonkan anaknya sendiri dalam pilpres. Secara alamiah naluri seorang bapak tentu berusaha membela anaknya dan itulah persis yang terjadi sejak pencalonan Gibran sebagai cawapres," ujarnya, Rabu (10/1).
Baca juga: Survei: Masyarakat Puas terhadap Jokowi karena Bagi-bagi Bansos
Sikap tersebut praktis mendegradasi bahkan dekadensi demokrasi dan sangat nyata dirasakan ketika Jokowi melakukan berbagai manuver politik yang cukup vulgar.
"Kita sulit membedakan antara Jokowi sebagai presiden dan Jokowi sebagai bapaknya Gibran yang maju sebagai cawapres. Apa yang terjadi hari-hari ini bahkan lebih buruk dan vulgar dibanding zaman orde baru," cetusnya saat dihubungi.
Baca juga: Jokowi Absen di HUT, PDIP: Partai tidak Besar karena Satu Tokoh Saja
Terpisah Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri mengingatkan, pemilu sebagai agenda politik merupakan hal biasa yang terjadi lima tahun sekali.
“Sebenarnya ini hari-hari yang biasa setiap lima tahun. Tetapi, ternyata saya sering berbicara pada diri saya, kok pemilu ini sepertinya selalu dijadikan ajang. Padahal regulasinya itu sudah mantap, sudah ngerti siapa yang mesti coblos gitu,” ungkap Megawati.
Menurutnya pemilu adalah alat bagi rakyat Indonesia untuk menyampaikan seluruh aspirasi politiknya. Megawati pun meminta, siapapun yang ke depan menjadi pemimpin, harus dipertimbangkan dengan matang.
Dia pun meminta rakyat dalam memimpin Indonesia, harus melihat rekam jejak calon pemimpin tersebut.
“Cermati rekam jejaknya, moral dan etikanya, tanggung jawabnya, dan kemampuan memahami harapan lebih dari 270 juta rakyat indonesia,” tukasnya. (Sru/Z-7)
Terkini Lainnya
Anggota KPU DKI Dilaporkan ke KPK Terkait Dugaan Gratifikasi Caleg DPRD
Langgar Kode Etik, DKPP Pecat Tiga Penyelenggara Pemilu
Urus Kampanye Pilkada 2024, KPU-Bawaslu Diminta Belajar dari Pemilu 2024
Partisipasi Warga Jakarta untuk Pemilu 2024 Capai 78%
Perputaran Uang Pemilu 2024 Mencapai Rp80 Triliun
Menteri PPPA: Pelaku Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Harus Diberikan Efek Jera
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
PKS Menyerahkan Pembentukan Koalisi Pilkada Jakarta Kepada Anies
Peta Koalisi Parpol di Pilpres dan Pilkada Diperkirakan Berbeda
Anies Maju Pilgub Jakarta, Suasana Politik Dinilai Serupa Pilpres 2024
Kader Barisan 8 Center Dipersiapkan Maju di Pilkada 2024
Putusan PN Jakpus Langgar UUD 1945
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap