visitaaponce.com

Warga NU Masih Cukup Otonom dalam Menentukan Pilihan Capres-Cawapres

Warga NU Masih Cukup Otonom dalam Menentukan Pilihan Capres-Cawapres
Bendera dan logo NU(Dok.MI)

PENGAMAT sekaligus guru besar FISIP Universitas Airlangga Hotman Siahaan mengungkapkan sebagian besar warga Nahdlatul Ulama (NU) masih cukup otonom dalam menentukan capres-cawapres yang akan mereka pilih.

Hotman berpendapat sikap otonom dari warga NU di Jawa Timur cenderung tidak nampak karena adanya tekanan dan penetrasi yang cukup kuat dari berbagai pihak yang membuat warga tidak berani menyampaikan pendapat.

“Saya kira otonomi warga NU masih cukup berarti di dalam mengambil keputusan,” kata Hotman dalam webinar ‘Preferensi Warga NU dan Dinamika Elektoral di Jawa Timur’, Kamis (1/2).

Baca juga : Cak Imin akan Perbesar Peluang Anies untuk Memenangi Suara NU

Meski telah terbaca dan gestur dari para tokoh dan ulama NU yang menunjukkan dukungan ke salah satu paslon, Hotman berharap warga NU tetap mengedepankan pilihan berdasarkan hati nurani.

Sekjen PBNU sekaligus Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf dalam kesempatan yang sama juga menuturkan pengaruh kiai dan ulama dalam mendukung salah satu paslon di ajang pilpres 2024 besar. Namun, umumnya kiai dan ulama itu tidak semua memiliki preferensi yang sama.

“Memang umumnya kiai dan ulama tidak semuanya sama. Tetapi yang diikuti itu yang menjadi pendapat mayoritas kiai atau ulama,” kata dia.

Baca juga : Munculnya Cak Imin Dorong Perebutan Cawapres Berlatar NU

 

Pengaruh Jokowi Effect

Diketahui, dalam hasil survei Indikator Politik Indonesia pada Januari 2024, warga Jawa Timur sebanyak 53, 3 persen memilih Prabowo Subianto sebagai presiden. Elektabilitas Prabowo naik tajam dari bulan Desember 2023 yang masih berkisar di angka 42,8 persen.

Sementara itu, sebanyak 15,2 persen warga Jawa Timur memilih Anies Baswedan dan 18,1 persen memilih Ganjar Pranowo.

Baca juga : Anies-Cak Imin, Peneliti Senior BRIN: Upaya Rebut Massa NU

Peneliti Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyampaikan pengaruh ‘Jokowi effect’ di Jawa Timur memberi pengaruh yang cukup besar terhadap kenaikan elektabilitas Prabowo. Disebutkan Burhanuddin, Jawa Timur memang menjadi lokasi pemenangan Jokowi pada pilpres 2019 silam.

“Ternyata setelah masyarakat tahu bahwa Presiden Joko Widodo cenderung mendukung 02, pendukungnya 03 berkurang. Menurut survei itu ternyata setelah ada Jokowi effect, pendukung 03 pindah ke 02. Untuk 01 relatif stagnan,” jelas Burhanuddin.

Meski begitu, Burhanuddin mengatakan hasil survei yang mengatakan warga Jawa Timur yang tidak begitu terpengaruh dengan adanya Jokowi effect juga banyak. Hasilnya setara dengan yang memilih untuk mengikuti dukungan Jokowi.

Baca juga : Sulit Memprediksi Suara Nahdliyin dalam Pilpres 2024

“Ada yang mengatakan mereka tahu pilihan Jokowi, lalu mereka ikut. Tetapi ada juga yang mengatakan mereka tahu pilihan Jokowi, namun pilihan yang akan mereka coblos berbeda dengan Jokowi. Responden yang menjawab berbeda sekitar 20,8 persen,” pungkasnya. (Dis/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat