Puisi-puisi Wayan Jengki Sunarta
![Puisi-puisi Wayan Jengki Sunarta](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/698afe145628362484466018535218c1.gif)
Merti Desa
Kami berjalan menyusuri hutan
menyisir lereng gunung
di antara pohon-pohon rimbun
menyunggi berbagai sesajen
Tiba di tempat yang dituju
langit biru menyambut kami
sesekali kabut tipis
menegaskan rahasia semesta
Jaran kepang, topeng ireng
menari riang
hingga kami lupa terkadang
pada pedih perih sehari-hari
Nasi tumpeng, ayam panggang,
lauk-pauk, jajanan pasar
terhidang di hampar tikar
doa syukur melantun
mengudara bersama asap menyan
Semesta telah memberikan anugerah
hasil panen ladang kami melimpah
Begitulah kami selalu
sujud takzim pada leluhur
pada Semesta
yang memberkati kami,
kaum tani
2023
Sekilas Puisi Belum Selesai
Kaukira dunia ini suci
seperti pot-pot tanaman
yang kaucat putih semua
di taman yang kauciptakan
Kaukira dunia ini mulia
seperti kaucintai bunga-bunga
yang tak peduli padamu
Kaunyanyikan ratapan untuk malam
yang makin menyiksamu
dalam kubangan derita
Kaubakar sampah di sudut taman
ketika hatimu makin kelabu
dilumuri debu busuk dunia
Kau menatap langit malam
bunga-bunga jati gugur menimpa kepalamu
makin mempertegas batas getas
jiwa-jiwa hampa dan pohon-pohon
yang menjauh dari belaian jemarimu
"Kita belum selesai," ujarmu
Ya, kita belum selesai
seperti waktu yang sibuk
dengan diri sendiri
dan abai pada kita.
2023
Terbang
Belum sempurna sepasang sayapmu tumbuh
kau telah merindukan cahaya emas di ujung Semesta
kau ingin terbang menggapai cahaya itu.
Tapi apa daya, kau belum paham cara menggunakan sayapmu
kau meraba bulu-bulu halus di pundakmu
berharap menemukan nasihat atau petuah sang guru di situ.
Namun tak ada guru yang mampu mengajarimu terbang.
Sepasang sayap yang baru tumbuh itu mengepak perlahan.
Namun cahaya emas masih terlalu jauh dari tempat kau berdiri.
Kau berkali-kali berusaha, namun tetap saja tak bisa terbang.
Kau putus asa.
Dengan kecewa kau mencabut paksa
kedua sayap yang baru tumbuh itu.
Kau mencampakkan sayapmu ke semak belukar.
Kedua sayap itu perlahan menjelma bunga,
mekar di antara semak dan duri
Kau tercenung.
Mengapa sayap bisa
menjelma bunga?
Hasratmu untuk terbang kembali muncul
kau merentangkan dan mengepakkan
kedua tanganmu menyerupai sayap.
Aneh, kau merasa bisa terbang.
Dalam keheningan kau merangkul Semesta,
mengitari galaksi, meraih cahaya emas
dalam keheningan, kau tersenyum bahagia.
Kau bisa terbang leluasa, garudaku
2023
Apa guna bermimpi Indonesia Emas jika kau tak mampu beli beras.
Memimpikan Indonesia Emas
Ketika sawah dan ladang tak lagi milik petani
ketika perempuan-perempuan desa jadi buruh pabrik
ketika anak-anakmu terpaksa jadi pelacur online
masih berartikah puisi di androidmu?
Ketika laut tak lagi milik ikan-ikan
ketika sungai-sungai tercemar limbah-limbah industri
ketika hutan-hutan tak lagi rumah hewan-hewan liar
masih bergunakah puisi yang setengah mampus kautulis?
Ketika orang-orang utan kelaparan di jalan-jalan berdebu
ketika ikan-ikan keracunan membusuk di tepian pantai
ketika petani bunuh diri di sawah tuan tanah
maka buang saja puisimu ke tempat sampah
Indonesia emas?
Tukang-tukang parkir mengering di jalanan
ibu-ibu pedagang sayur layu di pasar-pasar rakyat
pelajar-pelajar sakit jiwa dihajar kurikulum
Apa guna bermimpi Indonesia Emas
jika kau tak mampu beli beras
jika kau hanya jadi pecundang koruptor rakus
jika kau hanya jadi alas kaki penguasa culas
2023
Tan Malaka dan Indonesia Emas
Di Suliki
pohon besar itu berakar
pohon menjulang
bermimpi cahaya
merdeka
Gema talempong dari rumah tua
menuntun matahari muda
menyusuri jalan sunyi
hingga tiba di arah kiri bumi
Di negeri tulip cintanya bersemi
di antara dera pleuritis
dan godaan marxisme
Ia mengembara dalam belantara kata
merangkai alenia demi alenia
menyusun buku demi buku
menggaungkan pemberontakan
Di suatu hutan rahasia
pada suatu masa yang kelam
di Februari yang basah
jauh dari Suliki
jauh dari Payakumbuh
jauh dari dongeng ibu
jauh dari rumah gadang
jauh dari lengking pilu saluang
pohon besar itu rubuh
ditebang paksa penguasa
Indonesia akan rindu padanya
rindu pada jiwa yang merdeka
rindu pada buku-buku emasnya
yang menggelorakan perlawanan
2023
Baca juga: Puisi-puisi Anton Sulistyo
Baca juga: Puisi-puisi Yana Risdiana
Baca juga: Puisi-puisi Konstantin Simonov
WAYAN JENGKI SUNARTA, pesastra, lahir di Denpasar, Bali, 22 Juni 1975. Alumnus Antropologi Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Tulisan-tulisannya, baik puisi, esai, maupun prosa dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional. Buku-buku sastranya yang telah terbit adalah Jumantara (puisi; Pustaka Ekspresi, 2021), Solilokui (puisi; Pustaka Ekspresi, 2020), Amor Fati (puisi; Pustaka Ekspresi, 2019), Petualang Sabang (puisi; Pustaka Ekspresi, 2018), Senandung Sabang (catatan perjalanan; Badan Bahasa, 2017), Montase (puisi; Pustaka Ekspresi, 2016), Magening (novel; Kakilangit Kencana, 2015), Perempuan yang Mengawini Keris (cerpen; Jalasutra, 2011), Pekarangan Tubuhku (puisi; Bejana, 2010), Impian Usai (puisi; Kubu Sastra, 2007), Malam Cinta (puisi; Bukupop, 2007), Cakra Punarbhawa (cerpen; Gramedia, 2005), Purnama di Atas Pura (cerpen; Grasindo, 2005), dan Pada Lingkar Putingmu (puisi; Bukupop, 2005). Puisi-puisi di sini diterima redaksi dalam rangka mengikuti Lomba Cipta Puisi Media Indonesia 2023. Sehari-hari bergiat dan bersastra di Denpasar. Ilustrasi header: Valentin Pavageau, Lost In Psychedelia, 30 x 42 cm. (SK-1)
Terkini Lainnya
Merti Desa
Sekilas Puisi Belum Selesai
Terbang
Memimpikan Indonesia Emas
Tan Malaka dan Indonesia EmasKhitah Negara pada Sastra Masuk Kurikulum
Masuk Kampus Unggulan berkat Puisi
Pengertian Rima dalam Puisi serta Jenis dan Contoh
10 Syair Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
Sajak Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah Bagian II
Lima Puisi Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
Rumah Akademik Masa Depan Profesional dan Kreatif di Prodi PBSI Unika Santu Paulus Ruteng
Kemendikbud Ristek Siap Perbaiki Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra
Polemik Buku Sastra, DPR RI Minta Nadiem Makarim tidak Kebablasan Keluarkan Kebijakan Pendidikan
Berbagai Aktivitas Kesusastraan di Daerah Sambut 100 Tahun AA Navis
Prosa: Penjelasan, Jenis, Ciri-Ciri, dan Contoh
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap